TABLOIDSINARTANI.COM, Bogor ---- Visi Indonesia menjadi lumbung pangan dunia di tahun 2045 mendatang harus dipahami sebagai bentuk integrasi pangan dari daratan maupun lautan. Karena itu, Institut Pertanian Bogor (IPB) mulai mengenalkan konsep Agro-Maritim 4.0.
"Agro-maritim menjadi konsep yang mengintegrasikan matra darat dan matra laut Indonesia, khususnya dalam konteks Sumberdaya Alam," ungkap Rektor IPB, Arif Satria ketika membuka Seminar Nasional "Agro Maritim 4.0 : Menyongsong Visi Indonesia 2045.
Arif menambahkan jika konsep ini merupakan bentuk sumbangan pemikiran dari civitas akademik IPB kepada pemerintah dan bangsa Indonesia guna menyongsong Indonesia 2045.
"Konsep ini disusun tim IPB lintas disiplin ilmu, dalam waktu singkat yaitu 6 bulan saja," tuturnya. Karena itu, dalam seminar yang digelar menjadi ajang bagi IPB untuk mendiskusikan gagasan tersebut guna untuk menyempurnakan, melengkapi pemikiran tersebut dari para peserta seminar, sebagai bentuk sumbangsih IPB kepada pemerintah, dan juga bangsa Indonesia.
Transformasi konsep menjadi Agro-maritim 4.0, menurut Arif sangatlah penting. Mengingat, Indonesia ke depannya akan berhadapan langsung dengan diskonektivitas (tidak tersambungnya) antara pembangunan agro dan maritim.
Arif mencontohkan tata ruang darat dan laut yang hingga kini belum terintegrasi dengan sempurna. Persoalan tata ruang menjadi sangat krusial karena dengan tata ruang yang baik, maka pengelolaan akan berjalan dengan baik.
Persoalan lainnya, mengenai sumberdaya alam khususnya kerusakan lingkungan. "Saat ini problem yang dihadapi di tingkat dunia, kelebihan penangkapan (over fishing), deforestasi, menurunnya hutan magrove, dan terumbu karang yang kondisinya sekarang 6,3 persen, serta kerusakan lainnya," bebernya.
Begitu pula faktor rendahnya kesejahteraan insan agro-maritim, pelaku-pelaku yang ada di agro-maritim menghadapi persoalan terkait kesejahteraan hewan, ketahanan pangan, kemandirian dan kedaulatan pangan. "Ini diindikasikan dengan produk-produk impor yang masih ada untuk memenuhi kebutuhan kita," katanya.
Konsep Agro-maritim 4.0 yang digulirkan oleh IPB juga diapresiasi oleh Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Prof Bambang PS Brodjonegor.
“Pembangunan pertanian yang baik akan berimbas pada perekonomian yang stabil. Pembangunan pertanian terhadap perekonomian suatu bangsa adalah berbanding lurus. Suatu bangsa dapat dikatakan menjadi bangsa yang maju apabila seluruh kebutuhan primer rakyatnya terpenuhi yaitu pangan,” jelas Prof Bambang.
Dirinya juga menyoroti inovasi pertanian yang harus mampu meningkatkan produksi panen dengan cara yang efisien dalam menggunakan sumberdaya dan metode produksi yang tepat.
“Smart farming dan precision farming harus kita kembangkan sebagai sebuah pendekatan pertanian maju yang efisien dan bersifat cost effective. Pendayagunaan teknologi informasi modern dan penguasaan data yang tepat dan akurat merupakan unsur penting dalam menjalankan proses produksi yang efisien dan berkelanjutan,” tuturnya.
Karena itu, Bambang berharap, sebagai lembaga pendidikan di bidang agro-maritim, IPB diharapkan dapat menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang tidak hanya mampu dari segi keilmuan tetapi juga memiliki kemampuan kreasi dan inovasi.
Konsep Pembangunan
Sebagai konseptor, Arif Satria mengatakan agro-maritim 4.0 adalah sebuah integrasi pengelolaan wilayah darat dan laut secara inklusif melalui pendekatan sistem sosial, ekonomi, ekologi yang komplek sehingga membutuhkan pendekatan transisi tim terpadu dan stabil.
Karena itu, konsep pembangunan agro-maritim 4.0 menggunakan tiga pendekatan yakni transdisiplin (lintas keilmuan), konektivitas wilayah ekologi, terintegrasi, dan partisipatif.
"Agro-maritim 4.0 tidak boleh ditafsirkan hanya untuk pencapaian efisiensi, kualitas, keuntungan berlipat, dan nilai tambah dalam pengelolaan sumber daya alam semata," tegasnya.
Konsep agro-maritim 4.0 perlu dibangun dengan semangat dan nilai-nilai universal yang membawa pada kebaikan, semangat kreativitas, dan berfikir kritis yang harus dipupuk untuk menghasilkan inovasi teknologi dan sosial kelembagaan yang bisa adaptif dalam menjawab tantangan zaman.