Hama padi di sawah tak akan beranak pinak secara cepat jika kita rajin mengamati tingkah polahnya. Lewat kegemarannya mengamati hama padi, Jofrinal, pria asal Desa Petapahan, Kabupaten Indragiri Hulu Riau bukan hanya mampu memonitor perkembangan hama di lahan pertanamannya, namun banyak lagi manfaat yang diperolehnya.
Kepedulian dan keterlibatannya secara aktif dalam kegiatan pengamatan perkembangan organisme pengganggu tanaman (OPT) di persawahan lingkungan tempat tinggalnya menjadikan Jofrinal meraih gelar sebagai “Petani Pengamat Hama”. Pengukuhan dirinya sebagai petani pengamat hama dikuatkan dengan Surat Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Riau.
Belakangan status sebagai Penyuluh Pertanian Swadaya (PPS) dan Petani Berprestasi tingkat Nasional tahun 2014 juga disandangnya dan ini dijadikan tambahan “modal” baginya untuk melangkah lebih cepat dari petani lainnya dalam melaksanakan usaha tani secara profesional.
Dalam kegiatan pengamatan OPT sejauh ini strategi yang dilakukan ayah tiga anak ini adalah menjalin kerjasama erat dengan petugas OPT yang bertanggungjawab di wilayah pengelolaan padi sawah miliknya. Ketua Kelompok Tani, Dani Jaya yang juga Ketua Gapoktan Maju Jaya ini juga tak pernah berhenti belajar mengenai teknologi terbaru pengendalian hama tanaman dari banyak narasumber terkait.
Lulusan SMA di Lubuh Jambi, Kecamatan Kuantan Mudik tahun 1988 ini juga berhasil mengelola lahan sawahnya yang seluas 0,75 hektar dengan tanaman padi sistem jajar legowo. Pengaplikasian teknologi penanaman padi anjuran pemerintah tersebut mampu meningkatkan produktivitas pertanamannya dari hanya 4-5 ton per hektar menjadi 8-9 ton per hektar.
Mengelola Kebun Karet
Hasil penanaman padi sawah sistem jajar legowo yang sempat dinikmati Jofrinal pada tahun 2013 mencapai 2,13 ton dengan pendapatan nilai rupiah yang diterima sebesar Rp 31.201.500. Selain sukses menanam padi sawah, Ketua KTNA Kecamatan Gunung Toar ini juga mengelola tanaman karet yang sudah dilakoninya selama 14 tahun.
Lahan perkebunan karet yang dimiliki Jofrinal saat ini mencapai 2 hektar di mana 1 hektar di antaranya berupa lahan produktif dan 1 hektar lainnya dengan tanaman masa pertumbuhan. Hasil pendapatan dari tanaman karet pada tahun-tahun terakhir mencapai Rp 52.422.500/tahun dengan produksi 9.000 kilogram/tahun.
Keuletan dan ketekunan Jofrinal dalam mengelola semua usaha agribisnisnya membuat lelaki berusia 46 tahun ini panutan para petani anggota kelompok tani dan Gapoktan yang dipimpinnya. Ia memang senantiasa mengedepankan azas musyawarah dan kebersamaan di antara petani yang tergabung dalam kelembagaan kelompok tani dan Gapoktan. Ia juga terus mendorong petani untuk meningkatkan pengetahuannya di bidang budidaya tanaman yang diusahakannya sehingga pada akhirnya bisa berdampak meningkatkan kesejahteraan mereka. Ira
Untuk berlangganan Tabloid Sinar Tani Edisi Cetak SMS / Telepon ke 081317575066