TABLOIDSINARTANI.COM, Malang---Banyak usaha yang terpuruk gara-gara wabah Covid-19. Tak terkecuali usaha kedai kopi yang kini menjamur diberbagai daerah Indonesia, sehingga berimbas pada petani kopi.
Namun dengan ide kreatif, ternyata Dwiyanto, petani kopi asal Malang mampu bertahan diterpa hempasan badai corona. Bagaimana strateginya? Inilah resep dari Dwiyanto, salah satu petani kopi, yang tergabung dalam Gapoktan Ngudi Makmur.
“Saat wabah Covid-19 saat ini, petani semakin dituntut lebih inovatif dan kreatif dalam berkarya. Salah satunya dengan membuat produk fermentasi kopi dalam bentuk cair,” katanya.
Berangkat dari beberapa literatur tentang manfaat kopi sebagai salah satu suplemen kesehatan, Dwiyanto memanfaatkan produk fermentasi kopi cair tersebut. Awalnya hanya dikonsumsi kalangan sendiri, yakni orang tua dan sanak keluarga di lingkungan rumah.
Namun ungkapnya, seiring dengan banyaknya testimoni tentang manfaat produk fermentasi kopi cair tersebut, penikmat fermentasi kopi cair meluas hingga keluar kota. Bahkan menurut Dwiyanto, pemesanan melalui media sosial bisa tembus sampai Pulau Kalimantan.
Dikatakan, banyaknya manfaat terkait gangguan lambung, kolesterol, asam urat, prostat, dan flu dari kopi fermentasi semakin memberikan ruang pemasaran yang menjanjikan. “Dengan mengkonsumsi formula kopi cair beberapa konsumen menyampaikan adanya peningkatan stamina dan berkurangnya obesitas pada beberapa kasus,” tuturnya.
Dengan metode penjualan yang tidak hanya mengandalkan sistem konvensional, dalam tiga bulan di awal tahun 2020, peningkatan omset naik berkisar 23,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2019, hingga mencapai Rp 80 juta per bulan.
“Saya akan terus meningkatkan kualitas fermentasi kopi cair buatan saya, agar manfaatnya dapat dirasakan masyarakat dalam skala yang lebih luas. Dengan sendirinya akan meningkatkan kesejahteraan petani kopi Desa Sumberdem, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang,” tekad Dwiyanto sebagai formulator Kopi Kawi.
Pada tahun 2018 perkebunannya menghasilkan kopi kering sebanyak 2,3 ton/tahun dan pada tahun 2019 menghasilkan 2,1 ton/tahun kopi kering dengan luasan sekitar 2 ha. Hasil kopi tersebut rata-rata 60 persendijual dalam bentuk kopi bubuk di tahun 2018 dan meningkat menjadi 70% di tahun 2019. Omsetnya mencapai Rp 61,5 juta dengan cara pemasaran konvensional.
Kabupaten Malang sendiri memiliki produk unggulan kopu lokal yang berkualitas. Beberapa wilayah yang menjadi sentra produksi diantaranya Kecamatan Ampelgading, Sumbermanjing Wetan, Tirtoyudo, Dampit, dan Kecamatan Wonosari (Gunung Kawi).
Desa Sumberdem tepatnya di wilayah Kecamatan Wonosari merupakan salah satu sentra produksi kopi. Desa tersebut menyumbang 250 ton/tahun produksi kopi dengan luas area perkebunan sekitar 340 ha.
Apa yang dilakukan Dwiyanto merupakan bentuk aplikasi dari upaya Kementerian Pertanian menumbuhkan milenial yang kreatif. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) dalam beberapa kesempatan menyampaikan tiga program strategi untuk meningkatkan produksi dan kesejahteraan petani yakni meningkatkan pelayanan Kredit Usaha Rakyat (KUR), Komando Strategis Pembangunan Pertanian (Kostratani) dan yang ketiga yaitu Gerakan Tiga kali Ekspor (Gratieks).
Sejalan dengan hal tersebut, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian Dedi Nursyamsi juga menegaskan untuk mendukung program Strategis Kementerian Pertanian, petani harus terus didorong agar dapat melakukan hilirisasi kegiatan usaha taninya, baik secara on-farm maupun off-farm, terutama pengelolaan pasca panen.