TABLOIDSINARTANI.COM, Palembang --- Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Perkebunan saat ini mendorong peremajaan tanaman perkebunan melalui program BUN 500. Namun dalam proses peremajaan tersebut dapat dilakukan secara bertahap.
Artinya, petani/pekebun tidak meremajakan tanaman kebunnya 100%. Artinya, tanaman yang diremajakan hanya 60?ri luas total lahan. Sedangkan 40% lahan bisa dimanfaatkan untuk tanaman sela, seperti jagung dan kacang-kacangan.
Dirjen Perkebunan, Kasdi Subagyono mengatakan, salah satu komoditas perkebunan yang menjadi target peremajaan adalah karet, karena ada potensi seluas 700 ribu ha. Sesuai rencana, Ditjen Perkebunan Kementan akan melakukan peremajaan secara bertahap dengan target seluas 50 ribu ha/tahun.
Kasdi menuturkan, petani diarahkan agar tanam karet yang diremajakan hanya 60% dari total luas lahan. Sedangkan sisanya bisa dengan tanaman sela, seperti jagung, kacang, sayur-sayuran an tanaman bernilai ekonomi tinggi lainnya.
Kasdi berharap, dengan tumpang sari petani tak kehilangan pendapatan selama menunggu tanaman berbuah. “Sambil menunggu tanamannya berbuah (menghasilkan), mereka bisa mendapat hasil dari tanaman lainnya yang ditanam di kebunnya. Seperti jagung, selama tiga bulan sudah bisa dipanen,” katanya.
Untuk peremajaan karet, pemerintah juga sudah bekerjasama dengan industri pengolahan kayu. Hal ini dimaksudkan, saat petani menebang pohon karet yang sudah tua, pohon tersebut dapat dimanfaatkan industri pengolah kayu. Dengan demikian saat peremajaan, petani masih mendapatkan hasil dari penjualan pohon yang sudah ditebang tersebut.
Menurut Kasdi, peremajaan kebun karet yang sudah tua sudah dilakukan sejak empat tahun lalu. Diharapkan, peremajaan karet pada tahun ini bisa sesuai dengan rencana. Sebab, replanting karet sangat penting untuk meningkatkan produktivitas karet petani kurun 3-3,5 tahun ke depan.
Petani karet bisa tanam padi, jagung, nanas, sayur dan tanaman pangan lainnya berumur pendek di sekitar kebunnya untuk menambah penghasilan.
"Kita tak hanya mendorong hilirisasi industri karet di tingkat petani saja agar petani punya nilai tambah. Tapi, kami mendorong petani untuk melakukan tumpangsari supaya mereka punya penghasilan tambahan," kata Gubernur Sumsel, H. Herman Deru, saat dialog dengan petani karet di Sembawa, Kab.Banyuasin, Palembang.
Selain menambah penghasilan, tumpangsari dapat berfungsi sebagai konservasi tanah. Penyerapan air melalui perakaran tanaman akan meningkat, sehingga aliran permukaan berkurang dan erosi tanah dapat diminimalkan.
Berkat tumpangsari tersebut, tanaman pokok karet pun lebih tahan kekeringan. Alhasil, produktivitas lahan akan meningkat dan pendapatan petani juga meningkat.
Herman juga mendorong petani karet mengintegrasi kebunnya dengan ternak (sapi, kambing, unggas dll). Biasanya petani karet menyadap dari pukul 05.00 -10.00, sehingga masih ada waktu longgar untuk pelihara ternak. "Jadi masih ada waktu yang bisa dimanfaatkan lebih produktif lagi," ujarnya.
Kemitraan
Pemerintah Provinsi Sumsel juga mendorong petani berkelompok dan melakukan kemitraan. Petani dianjurkan membentuk UPPB (Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar) atau KUD (Koperasi Unit Desa).
Menurut Herman, petani yang harga karetnya rendah biasanya terjadi pada petani yang belum berkelompok. Sehingga, mereka belum melaksakan pasar lelang atau kemitraan dalam pemasaran.
Nah, untuk petani yang sudah bergabung dengan UPPB, harga karetnya lebih tinggi Rp 2.000-Rp 3.000/kg dibandingkan dengan petani yang menjual sendiri sendiri.
Tercatat, saat ini sudah terbentuk/teregistrasi 177 UPPB di Sumsel. Sebagian UPPB telah dibantu sarana prasana pengolah karet oleh pemerintah.
Data Pemprov Sumsel menyebutkan, luas kebun karet di Sumsel sebanyak 1.311.006 ha dengan produksi 1.053.272 ton/tahun. Dari luasan kebun karet tersebut kurang lebih 95% milik rakyat. Sehingga, keberadaan karet di Sumsel sangat mempengaruhi kehidupan sosial ekonomi masyakat.
Di tempat terpisah, Ketua Asosiasi Penangkar Benih Perkebunan Sumatera Selatan (Sumsel) Hasanuddin mengatakan, penangkar karet dari Sumsel siap menyambut program BUN 500. Sebanyak 24 penangkar karet Sumsel sudah menyiapkan benih karet bermutu sebanyak 5 juta-7 juta batang/tahun.
“Kami sudah siapkan benih karet unggul dan bermutu yang nantinya bisa dibagikan kepada petani karet. Bibit tersebut merupakan hasil okulasi. Bibit karet hasil okulasi tersebut siap dijual pada umur 4 bulan, 6 bulan dan 12 bulan dengan harga Rp 7.300-Rp 8.500/batang,” kata Hasanuddin.
Hasanuddin mengatakan, penangkar karet Sumsel selain memanfaatkan benih karet dari sejumlah kebun entres, juga bisa menggunakan benih karet hasil okulasi yang telah disiapkan di sejumlah balai penelitian dan penangkar karet.
Pertumbuhan benih karet okulasi dijamin lebih cepat dibanding benih karet lainnya. Bahkan, benih karet hasil okulasi pada panen awal produksi getahnya langsung deras. “Ketika petani melakukan penyadapan, getahnya lansung keluar banyak,” ujarnya.
Benih karet okulasi yang digunakan penangkar karet Sumsel, adalah varietas PB 250, PB 260 dan IRRI 112. Benih tersebut pertumbuhannya relatif cepat, sehingga benih karet yang ditanam petani selama 3,5-4 tahun bisa berproduksi.
“Kami juga punya lahan khusus untuk penangkaran benih karet seluas 25 ha. Di kawasan penangkaran benih karet tersebut sudah ditetapkan sebagai sumber benih karet Sumsel,” jelas Hasanuddin.