Kepercayaan masyarakat terhadap kebijakan pemerintah dan langkah-langkah kongkrit yang telah dilakukan pemerintah, ternyata tidak mampu meredam kenaikan harga sejumlah komoditas pangan penting pada awal bulan Ramadhan tahun ini. Harga gula, minyak goreng, daging ayam, daging sapi dan komoditas lain terus meroket naik.

Harga daging ayam dan daging sapi bahkan menyentuh angka yang sama sekali tidak wajar. Bayangkan, harga daging ayam di sejumlah tempat bisa mencapai Rp 40.000/kg sementara daging sapi sudah di atas Rp 150.000/kg. Bila tidak segera dikendalikan maka menjelang Lebaran nanti harga akan lebih ‘menggila’.

Menanggapi kondisi ini, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menjelaskan, ada anomali dalam perdagangan komoditas pangan. Jumlah pasokan bahan pangan sebenarnya sudah berlebih tetapi harga tidak bisa turun. Bahkan Presiden Jokowi telah minta kepada pihak kepolisian untuk mengusut kemungkinan adanya permainan dalam rantai perdagangan komoditas pangan. Bulog juga telah diminta untuk mempertahankan langkah-langkah yang telah dilakukan dalam mengendalikan harga pangan. Operasi pasar yang selama ini menjadi ujung tombak pengendalian harga juga terus dilakukan, sementara realisasi impor daging sapi akan segera diwujudkan untuk menekan harga.

Melihat ‘kehebohan’ yang terjadi saat ini, baik di kalangan pemerintah maupun pedagang dan masyarakat, kita bisa menyimpulkan memang ada yang tidak beres dalam tataniaga komoditas pangan. Benar apa yang disampaikan Menteri Pertanian, ada anomali atau ada yang ‘sakit’ dalam seluruh tatanan perdagangan komoditas pangan. Buktinya, pasokan melimpah dan pemintaan juga belum naik terlalu tinggi. Artinya, fenomena kenaikan harga ini tidak lagi mengikuti hukum ekonomi yang lazim terjadi. Bisa dipastikan ada dalang yang mengendalikan pergolakan harga komoditas pangan.

Untuk berlangganan Tabloid Sinar Tani Edisi Cetak SMS / Telepon ke 081317575066