Sabtu, 20 April 2024


Penyuluhan Swadaya yang Lahir dari Petani Maju

28 Jan 2015, 14:23 WIBEditor : Ahmad Soim

PENGANTAR REDAKSI

Tulisan Berseri “Peran Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S) dalam Mencerdaskan Petani” ini adalah judul buku yang diterbitkan Yayasan Amal Masyarakat Pertanian Indonesia (YAMPI) yang dipimpin oleh Ir. Syamsuddin Abbas. Pria kelahiran Wajo-Sulawesi Selatan tahun 1937 itu pernah menjabat sebagai Kepala Badan Diklat Pertanian dan Sekretaris Pengendali BIMAS Kementerian Pertanian. Tulisan seri “Peran P4S dalam Mencerdaskan Petani” ini menarik untuk dicermati dan dibahas, mengingat peran P4S yang sangat strategis dalam upaya meningkatkan kualitas sumberdaya manusia petani dan mewujudkan kader-kader petani terdidik di masa depan.

Kelahiran lembaga pelatihan swadaya yang kemudian berkembang menjadi Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S), tidak dapat dilepaskan dari sejarah perjalanan panjang penyuluhan pertanian di Indonesia.

Terbentuknya Departement Van Landbouw (DVL) atau Departemen Pertanian pada 1 Januari 1905, dengan salah satu tugasnya melaksanakan kegiatan penyuluhan pertanian, merupakan awal sejarah penyuluhan pertanian di Indonesia. DVL dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jenderal Daendels tanggal 23 September 1904-No. 20 (staatsblad No. 982)., sesuai Surat Keputusan Kerajaan Belanda (Koning Klijke Besluit) tanggal 28 Juli 1904 No. 28 (staatsblad No. 380).

Lima tahun kemudian, yakni pada tahun 1910, dibentuk Landbouw Voorlichtings Dienst (LVD) atau Dinas Penyuluhan Pertanian (DPP) di dalam Departemen Pertanian. LVD yang di daerah-daerah merupakan bagian dari Pangreh Praja. Sebelas tahun kemudian, yakni pada tahun 1921, LVD dilepaskan dari Pangreh Praja dan dibentuk Dinas Penyuluhan Pertanian Daerah Provinsi. Sejak itu organisasi dan petugas Dinas Penyuluhan Pertanian berdiri sendiri, sementara itu petugas teknis bertanggung jawab kepada Departemen Pertanian, tetapi mereka tetap sebagai penasehat bagi Pangreh Praja. Petugas atau pegawai penyuluhan pertanian berasal dari lulusan Middelbare Landbouw School (MLS = SPMA) di Bogor dan lulusan Cultuur School (CS = Sekolah Pertanian Menengah Pertama) di Sukabumi dan Malang.

Kegiatan penyuluhan pertanian bukan hanya sekedar memberikan informasi ataupun propaganda. Sejak tahun 1970 an, penyuluhan pertanian didefinisikan sebagai sistem pendidikan non-formal bagi petani dan keluarganya di bidang pertanian, agar mereka mampu menolong dirinya sendiri untuk memperbaiki usahataninya guna meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan keluarga dan masyarakatnya.

Sekitar tahun 1927 pemerintah merintis pula pendidikan informal dalam bentuk kursus tani yang disebut Kursus Tani Desa (KTD) di 3 (tiga) tempat yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Agar KTD ini memberi dampak yang nyata di lapangan, maka kegiatan ini dilengkapi dengan fasilitas paket bimbingan lanjutan kepada setiap alumni peserta kursus, antara lain berupa kegiatan demonstrasi (percontohan) cara-cara berusahatani dan cara-cara mengolah hasil usahatani, perlombaan dan wisatakarya.

Dalam waktu yang hampir bersamaan, juga mulai dirintis penumbuhan kelembagaan petani dalam bentuk Kelompok Tani. Guna meningkatkan kesejahteraan rakyat khususnya petani, pemerintah semakin fokus ke arah  pemberdayaan SDM Pertanian. Oleh karena itu, pada tahun 1976, dibentuk kelembagaan penyuluhan di kecamatan dengan sebutan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP).

Keberadaan BPP di kecamatan sebagai kelembagaan pendidikan non formal bagi petani cukup strategis, terutama peranannya sebagai lembaga mediasi dan intermediasi dalam mempercepat akses informasi teknologi dan penguatan kelembagaan petani serta kelembagaan ekonomi petani di perdesaan.

Keberhasilan penyuluhan pertanian dan masa keemasan BPP dalam mengemban tugas sebagai home base penyuluhan pertanian di kecamatan terjadi pada era tahun 1980 an dan klimaksnya terjadi pada saat Indonesia mencapai swasembada beras tahun 1984. Keberhasilan ini pulalah yang menginspirasi petani-petani maju yang berhasil dalam usahataninya untuk membagi pengalaman kepada sesama petani melalui pendekatan petani belajar dari petani. Pendekatan ini merupakan cikal bakal tumbuhnya proses pembelajaran swadaya yang selanjutnya bermetamorpose menjadi lembaga diklat (pelatihan) swadaya dan sekarang ini berkembang menjadi Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S). Som

Untuk berlangganan Tabloid Sinar Tani Edisi Cetak SMS / Telepon ke 081317575066

Editor : Julianto

BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018