Jumat, 19 April 2024


KTNA : Biaya Produksi Padi 2,5 Kali Lipat Vietnam

14 Jan 2020, 14:35 WIBEditor : Indarto

Subsidi bagi petani juga penting untuk mendorong daya saing mereka | Sumber Foto:Dok. Indarto

Bentuk subsidi dari pemerintah bisa saja berupa benih dan pupuk.

TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta---Biaya produksi pertanian, khususnya padi di tanah air bila dibandingkan dengan sejumlah negara ternyata cukup mahal. Bahkan, biaya produksi padi di Indonesia dibanding dengan Vietnam, lebih mahal 2,5 kali lipat.

Ketua Umum KTNA, Ir. Winarno Tohir, mengatakan, karena biaya produksi padi di Indonesia relatif mahal, pemerintah sebaiknya tetap memberikan sejumlah stimulus berupa subsidi ke petani. “ Subsidi ini diharapkan mampu menggairahkan petani untuk tanam padi. Subsidi juga berguna mendorong petani untuk berdaya saing,” ujar Winarno Tohir, di Jakarta, pekan lalu.

 Menurut Winarno, bentuk subsidi  dari pemerintah bisa saja berupa benih dan pupuk. Sebab, subsidi yang diberikan ke petani tersebut setidaknya akan mengurangi beban mereka.

“Selain benih dan pupuk, pemerintah pada tahun 2020 tetap memberi subsidi pada asuransi usaha petani padi (AUTP) untuk memberi kepastian usaha taninya,” ujar Winarno.

Winarno juga mengatakan,  petani peserta AUTP preminya nanti tetap disubsidi pemerintah, sehingga petani hanya membayar Rp 36 ribu/ha/musim tanam. “Jadi, Pemerintah masih mensubsidi Rp 144 ribu/ha/musim tanam,” kata  Winarno.

Menurut Winarno,  stimulus berupa subsidi sangat diperlukan petani, mengingat biaya  produksi padi di Indonesia dibanding dengan Vietnam jauh lebih tinggi.  Tercatat, cost produksi padi di Indonesia  sebesar Rp 4.079/kg (GKP), sedangkan di Vietnam hanya Rp 1.679. Artinya, cost produksi padi di Indonesia lebih mahal 2,5 kali lipat dibanding Vietnam.

Tak hanya dengan Vietnam, biaya produksi padi di Indonesia dibanding dengan Filipina, Tiongkok, India, dan Thailand juga lebih tinggi. Mengingat, biaya produksi padi di Filipina hanya Rp 3.224/kg, Tiongkok Rp 3.661/kg, India Rp 2.306/kg dan Thailand Rp 2.291/kg.

Winarno juga mengatakan, komponen biaya produksi padi itu antara lain berupa bibit, pupuk, pestisida, buruh lepas, pekerja keluarga, hewan, alat mekanik, BBM, irigasi, sewa tanah, bunga modal dan lain-lain. “Rincian ongkos produksi padi yang paling tinggi di Indonesia adalah buruh lepas (Rp 1.115/kg) dan sewa tanah (Rp 1.719/kg). Sedangkan di Vietnam, untuk biaya buruh lepas hanya Rp 120/kg dan sewa tanah Rp 387/kg,” paparnya.

Menurut Winarno, biaya sewa tanah juga lebih murah di Filipina, Tiongkok, India dan Thailand. Tercatat, biaya sewa tanah di Filipina hanya Rp 549/kg, Tiongkok Rp 988/kg, India Rp 510/kg dan Thailand Rp 481/kg.

Meski ada sejumlah komponen biaya produksi yang relatif  mahal, menurut Winarno, biaya bibit padi di tanah air tercatat lebih murah, yakni hanya Rp 39/kg. Sedangkan di Filipina Rp 146/kg, Tiongkok Rp 200/kg, India Rp 117/kg, Thailand Rp 291/kg dan Vietnam Rp 114/kg.

Agar usaha tani lebih efektif dan efisien, lanjut Winarno, petani perlu didorong menggunakan mesin dan alat pertanian (alsintan). Terbukti, dengan penggunaan alsintan yang dikembangkan Kementerian Pertanian (Kementan) kurun lima tahun terakhir, komponen biaya alat mekanik, BBM dan hewan di tanah air bisa lebih murah, sekitar Rp 130/kg. 

“ Biaya alat mekanik, BBM dan hewan di Vietnam tercatat cukup mahal, yakni Rp 211/kg, Bahkan, di Filipina Rp 450/kg, Tiongkok Rp  822/kg, India Rp 463/kg, dan Thailand Rp 432/kg,” pungkas Winarno.

 

Reporter : Dimas
BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018