Perubahan iklim yang kini terjadi membuat petani kerap terkecoh kondisi cuaca. Untuk membantu petani, pemerintah melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian telah mengeluarkan Kalender Tanam (KATAM) Terpadu.
Pada musim hujan 2014/2015 telah diterbitkan sistem informasi KATAM terpadu versi 2.0. Versi baru kali ini mengalami beberapa penyesuaian dalam upaya adaptive maintenance, terutama terkait dengan siklus meteorologis, nomenklatur klimatologis kalender tanam petani, secara dinamika sistem prediksi musim BMKG.
Kepala Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, Badan Litbang Pertanian, Haris Syahbudin mengatakan, mulai musim hujan 2014-2015 sistem informasi Katam Terpadu diluncurkan dua kali dalam setahun. Yakni, Katam Terpadu untuk Musim Hujan (MH) periode Oktober-Maret dan Musim Kemarau (MK) periode April-September.
Kedua Katam Terpadu tersebut tetap menginformasikan secara utuh tiga musim tanam (Musim Tanam-1/Musim Hujan, Musim Tanam-2/Musim Kemarau-1 dan Musim Tanam-3/Musim Kemarau-2). “Katam terpadu versi 2.0 juga dilengkapi dengan informasi Standing Crop mutakhir sesuai fase pertumbuhan padi sawah, khususnya di Pulau Jawa dan Bali,” katanya.
Beberapa penyesuaian atau pembaharuan pada Katam versi 2.0 antara lain penambahan data kabupaten dari 505 menjadi 511 kabupaten. Data kecamatan dari 6.911 menjadi 6.982 kecamatan sesuai dengan dinamika pemekaran wilayah.
Informasi Katam terpadu dapat dilihat melalui jaringan media sosial (facebook, twitter, google+, dan lain-lain). Sedangkan akses informasi cuaca, kerentanan, alat mesin dan standing crop bisa melaui SMS center dengan nomor 082123456500. Bisa juga monitoring CCTV online melalui web Katam.
Sementara itu Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Haryono menambahkan, Katam bagi petani adalah informasi yang sangat penting karena menjadi acuan untuk mulai tanam. Jika beberapa tahun lalu, waktu tanam selalu tepat yakni periode Oktober-April untuk musim hujan dan April-Oktober untuk musim kemarau.
“Tapi sekarang karena perubahan iklim, musim tanam di Indonesia ada yang maju dan ada yang mundur. Jadi ada istilah dasarian 1, 2, 3 artinya bisa mundur 10, 20 sampai 30 hari,” kata dia. Karena itu Haryono menilai, Katam Terpadu itu sangat penting untuk diinformasikan. Bukan hanya ke petani, tapi juga pengambil kebijakan pusat, provinsi, kabupaten dan para penyuluh.
Sifat Hujan Analisa Katam
Analisa Katam Terpadu musim hujan 2014/2015 menunjukkan sifat hujan normal menyebar di 4.780.895 ha sawah. Cakupannya, Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan dan Sulawesi. Sifat hujan bawah normal menyebar di 2.980.776 ha, mencakup sebagian Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku. Sedangkan sifat hujan atas normal menyebar di 481.651 hektar sawah baku mencakup sebagian Sumatera, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi dan Papua.
Awal waktu tanam diprediksi terjadi pada Oktober II-III dan November I-II 2014 serta Januari I-II dan Februari II-III 2015. Awal tanam pada Februari II-III umumnya merupakan musim tanam II dan musim hujan 2014-2015. Terutama daerah dengan tipe hujan equatorial dan lokal, seperti Sumatera dan Sulawesi bagian tengah-utara.
Potensi luas tanam padi secara nasional selama musim hujan 2014-2015 (musim tanam-1 dan musim tanam-2) untuk padi seluas 11.804.172 ha. Ditanam selama musim tanam-1 (Oktober-Desember) seluas 6.521.202 ha dan selama musim tanam-2 (Januari-Maret) seluas 5.282.970 ha. Sedangkan potensi luas tanam jagung dan kedelai 1.982.193 ha.
Sementara itu prediksi iklim musim hujan 2014/2015 dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menggambarkan bahwa awal musim hujan di Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara dan Kalimantan (73,4% zona musim) terjadi pada Oktober dan November 2014. Sifat hujan dominan (67,4%) adalah normal. Diprediksi terjadi kemunduran awal musim hujan 2014/2015 pada beberapa wilayah di Jawa, Sulawesi dan Bali (47,4 %) hingga lebih dari tiga dasarian. Tia/Yul
Untuk berlangganan Tabloid Sinar Tani Edisi Cetak SMS / Telepon ke 081317575066
Editor : Julianto