TABLOIDSINARTANI.COM, Malang --- Disaat pandemi COVID 19 masih merajalela, satu harapan pada dunia pertanian khususnya pada komoditas padi terus bergaung. Padi, beras, perut dan stabilitas sosial, kira-kira itulah yang menjadi perhatian semua orang. Jika tiap hari orang selalu butuh makan, maka tiap hari pula produksi padi harus terus berjalan. Tidak bisa dibayangkan, jika pada saat-saat genting seperti sekarang ini, petani tidak lagi berproduksi, tidak lagi menanam padi, tidak lagi memanen padi, tentu terima kasih tak terhingga kita sampaikan kepada seluruh petani yang telah menanam padi dan memanen padi, semua itu tentu demi keberlangsungan Negara tercinta Indonesia.
Suka cita itu panen tergambar di lahan panen padi di Dusun Pangganglele Desa Arjowilangun Kecamatan Kalipare, tepatnya di kelompok tani Wahyu Manunggal I, di lahan milik pengurus kelompok tani, Badi sebagai pemilik lahan padi dengan IP 300. Suka cita karena hasil panennya bagus dan suka cita karena panen di saat bulan Ramadhan dan beberapa saat menjelang hari raya, dan suka cita itu menjadi sempurna di tengah ancaman wabah penyebaran COVID 19, tentu ini menjadi sumbangsih kecil namun bermakna besar.
Totok Sumartono selaku pengurus kelompok tani Wahyu Manunggal I menyampaikan bahwa varietas yang ditanam oleh Badi adalah padi varietas Way Apo Buru. Namanya keren, dan banyak petani juga suka jenis varietas ini. Tekstur nasinya pulen dan hasilnya juga bagus. Rata-rata hasilnya 7,7 ton/ha dari hasil ubinan. Dan ini ada kenaikan dibanding hasil tahun lalu yaitu 7,45 ton/ha. Ada kenaikan 3,24 persen," bebernya.
Penyuluh Pertanian Desa Arjowilangun yaitu Sampuri, SP menambahkan bahwa varietas Way Apo Buru cocok di lahan padi sawah irigasi, sebagaimana lahan di Poktan Wahyu Manunggal I. "Varietas ini tahan hama wereng coklat dan tahan penyakit hawar daun bakteri. Ini sudah pertengahan musim panen, seperti THR bagi petani padi, mengingat hari raya sebentar lagi. Luasan total padi IP 300 di Desa Arjowilangun adalah 175 Ha dan mayoritas di poktan Wahyu Manunggal I," tuturnya.
Pada kesempatan yang sama Ferly P. Tambunan selaku koordinator penyuluh BPP Kecamatan Kalipare menyampaikan bahwa panen datang silih berganti, setelah jagung, cabe dan sekarang padi. "Menyusul sebentar lagi kacang tanah dan ubi kayu. Untuk varietas padi tentu kita berikan kebebasan kepada petani dan poktan memilih asalkan tahan hama penyakit, berganti tiap musim tanam dan produktifitasnya meningkat," tuturnya.
Padi hingga sekarang memang menjadi komoditas yang krusial. Di satu sisi menjadi kebutuhan pokok mayoritas masyarakat Indonesia, namun disisi lain petani mendapat godaan bahwa ada komoditas lain misalnya hortikultura, dengan hasil yang bisa lebih menjanjikan. Sebagai misal, pada satu lahan yang sama seorang petani bisa menanam padi dengan hasil rata-rata Rp 28 juta per hektar. Namun jika lahan tersebut ditanami cabe merah besar bisa menghasilkan lebih dari Rp 100 juta.
Tentu ini satu situasi yang memerlukan kebijaksanaan sendiri. Para petani bisa sangat bijak dengan membagi lahannya, yaitu sebagian ditanami padi sebagai kebutuhan pokok tak tergantikan dan sebagian ditanami tanaman lain seperti aneka hortikultura untuk memperoleh keuntungan optimal.