TABLOIDSINARTANI.COM, Grobogan---Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah menjadi salah satu sentra kedelai nasional. Untuk membangkitkan kembali kedelai dalam negeri, kabupaten yang terkenal dengan varietas kedelai Grobogan tersebut menyiasati dengan sistem tumpang sisip dengan tanaman jagung.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Grobogan, Sunanto, mengatakan upaya untuk meningkatkan produksi kedelai dalam negeri salah satunya melalui sistem tanam Tumpang Sisip (Tusip) atau Relay Croping. Di Kabupaten Grobogan sistem tusip dikenal dengan istilah methuk.
“Methuk berasal dari kata pethuk dalam bahasa Jawa bermakna bertemu. Dalam bentuk aktif methuk bermakna menjemput. Jadi artinya menjemput tanam,” katanya.
Hal itu disampaikan Sunanto saat Bimtek Peningkatan Kapasitas Petani Bidang Tanaman Pangan bertema Peningkatan Efisiensi Lahan dengan Menggunakan Teknik Tumpang Sisip Kedelai dan Jagung di Purwodadi, Kabupaten Grobogan.
Kegiatan itu diselenggarakan Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (PPMBTPH). Bimtek tersebut juga dihadiri anggota DPR RI Komisi IV, Firman Subagyo; Kepala Balai Besar PPMBTPH, Warjito, Praktisi dari Fakultas Pertanian INSTIPER Setyastuti Purwanti, Praktisi dari PT. Hibrida Jaya Unggul, Satiyono dan 100 Petani Kabupaten Grobogan.
Menurut Sunanto, petani Grobogan selama ini menerapkan dua model tanam methuk. Pertama, kedelai methuk jagung. Jadi petani menanam kedelai ketika jagung berumur 80-90 hari. Ketika jagung panen, kedelai sudah berumur sekitar satu bulan. Sekitar 45 hari berikutnya kedelai dapat dipanen. Setelah itu jagung kedua dapat ditanam.
“Dengan cara tanam sistem ini, yang awalnya petani hanya dapat membudidayakan jagung dua kali pada musim tanam pertama dan kedua. Petani juga dapat menanam kedelai di sela-selanya antara musim tanam pertama dan kedua,” katanya.
Sunanto menjelaskan, teknik budidaya methuk dalam pemangkasan tunas jagung dilakukan setelah kedelai berumur 5-7 hari. Hal ini bertujuan untuk melindungi benih kedelai yang ditanam dari terpaan hujan dan gangguan lainnya.
Model kedua adalah jagung methuk jagung. Budidaya jagung kedua ketika berumur 80-90 hari atau satu bulan sebelum panen sudah ditanam benih jagung susulan berikutnya yakni tanam jagung ketiga. “Ini sebenarnya super intensif,” katanya.
Kepala Balai Besar PPMBTPH, Warjito mengatakan, Kabupaten Grobogan menjadi salah satu sentra kedelai nasional, bahkan sempat mengalami kejayaan. Namun kondisinya sempat menurun, karena tergerus masuknya kedelai impor.
Karena itu menurutnya, perlu Langkah kongkrit untuk mengembalikan kejayaan kedelai lokal di Grobogan. Salah satunya menembah areal luas tanam, peningkatan dan penyebarluasan adopsi teknologi sesuai kearifan lokal, yakni pengembangan sistem tumpeng sisip jagung dan kedelai.
Melalui bimtek Warjito mengharapkan bisa meningkatkan kompetensi petani untuk membangun pertanian. Utamanya dalam meningkatkan keahlian yang akan mendorong peningkatan produksi dan produktivitas tanaman pangan.
“Bimtek ini harus terus kita laksanakan untuk meningkatkan keahlian yang akan mendorong peningkatan kesejahteraan poktan dan anggotanya. Harapan kami teknologi methuk yang sudah jalan ini terus dikembangkan,” katanya.
Sementara itu dalam berbagai kesempatan, Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan, peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) menjadi salah satu fokus Kementerian Pertanian. Peningkatan SDM yang profesional bisa dilakukan melalui pendidikan, pelatihan, bimbingan teknis, maupun sertifikasi profesi, salah satunya untuk penyuluh dan petani.
Diakui, penyuluh dan petani menjadi garda terdepan dalam peningkatan produksi dan produktivitas komoditas yang berdaya saing guna mewujudkan pencapaian swasembada pangan dan penerapan teknologi pertanian yang modern. “Salah satu fokus kita adalah meningkatkan kualitas SDM. Dengan SDM yang berkualitas tersebut, kita akan meningkatkan pertanian,” tegas SYL.
Pentingnya peningkatan SDM juga ditanggapi Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Dedi Nursyamsi. "Jika ingin pertanian maju, majukan dahulu kualitas SDM. Karena SDM yang berkualitas bisa menghadirkan inovasi dan terobosan-terobosan yang dibutuhkan pertanian," ujar Dedi.