Sabtu, 20 April 2024


Pangan Lokal, Melepas Ketergantungan Gandum  

10 Agu 2022, 13:41 WIBEditor : Yulianto

Usaha tani sorgum patut dilirik | Sumber Foto:Dok.Sinta

TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta---Ancaman krisis pangan kini bukan lagi isu, tapi sudah menjadi sebuah kenyataan. Kondisi tersebut diperparah dengan ketegangan Rusia-Ukraina, gelombang iklim panas dan pandemi Covid-19 yang membuat beberapa negara kesulitan mendapatkan pangan.

Ketidakpastian global tersebut, berdampak stabilitas dan harga pangan, pupuk dan energi. Dampak lonjakan harga pangan, tak sedikit negara mengalami inflasi tinggi. Karena itu, ketahanan pangan nasional menjadi taruhan di masa datang. Dengan potensi pangan lokal yang sangat besar, Indonesia bisa keluar dari ancaman krisis pangan. 

Direktur Serealia, Ditjen Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian, M. Ismail Wahab mengatakan, salah satu cara mengantisipasi atau menangkis ancaman krisis pangan melalui pengembangan pangan lokal sebagai sumber nabati. Misalnya, singkong, sagu dan sorgum sebagai substitusi (pengganti) gandum.

Selama ini Ismail melihat, kebutuhan impor gandum untuk industri mie dan roti sangat besar dan sulit diatasi dengan cepat karena gandum memang tidak dikembangkan di Indonesia. Bahkan pemerintah berupaya mencari wilayah lahan sesuai tanaman gandum, namun sulit ditemukan kalaupun ada tidak efisien.

Sehingga pemerintah mengembangkan potensi sorgum, secara genetik satu keluarga (famili) dengan gandum,” tuturnya saat webinar Pataka: Menangkis Ancaman Krisis Pangan Global, Selasa (9/8)

Potensi pengembangan sorgum terdapat lahan 15 ribu ha. Tersebar di NTB, NTT, Jawa Barat, Jawa Timur hingga Lampung. Di NTT, produktivitas sorgum 3 – 4 ton/ha NTT dan di Jawa 4 – 5 ton/ha. “Sorgum bisa diratum, jadi sangat efisien dan tidak mengganggu tanaman jagung. Dimana tanaman jagung tidak bisa tumbuh, sorgum bisa tumbuh,” ujarnya.

Selain sorgum, Ismail mengatakan, jagung juga bisa sebagai substitusi gandum. Saat ini produksi jagung dalam negeri cukup bahkan surplus. Ketahanan stok jagung sampai Agustus 2022 rata-rata diatas 1 juta ton pipilan basah. Selama ini produksi jagung dalam negeri hampir 80 - 90 persen untuk pakan ternak. 

Substitusi Gandum 

Sementara itu Kepala Biro Perencanaan, Kerjasama dan Humas Badan Pangan Nasional (NFA) Risfaheri mengatakan, sesuai Perpres 48/2016 ada tiga komoditas yang dimandatkan kepada Bulog untuk mengelola cadangan pangan yaitu beras, jagung dan kedelai.

“Untuk beras, sudah berjalan dengan baik. Sedangkan jagung dan kedelai masih perlu dioptimalkan lagi sebagai cadangan pangan,” ujarnya. Bahkan produksi jagung dalam negeri dapat dipacu untuk mensubstitusi kebutuhan tepung terigu atau gandum.

Selain jagung, sorgum dapat dijadikan stok sebagai substitusi defisit gandum. Asumsinya, impor gandum 10 juta ton kemudian substitusi 30 persen melalui kandungan lokal. “Dengan dua kali tanam sorgum dalam setahun bisa mensubstitusi 30 persen kebutuhan gandum,” ujarnya.

Pakar Pertanian IPB University, Andreas Dwi Santoso mengatakan, pemerintah perlu mendorong NFA untuk memperkuat cadangan pangan nasional. NFA harus memiliki fungsi meningkatkan kesejahteraan petani dengan menampung produk petani.

Misalnya, membeli dengan harga yang pantas, lalu menjual saat kondisi tertentu (harga melonjak) di bawah harga pasar untuk stabilisasi harga. Untuk hal itu, NFA harus  menyiapkan biaya (cost). “Kalau tidak, NFA tidak akan mampu melakukan itu semua,” tegasnya. 

Menurutnya, selama ini gejolak harga pangan diatasi berdasarkan peraturan. Misalnya, kasus minyak goreng, keluar 8 aturan, tapi semuanya gagal, karena pemerintah tidak mempunyai cadangan stok.

“Jika pemerintah mempunyai cadangan dan harga melonjak tinggi, maka stok tinggal digelontorkan untuk menekan harga di pasar. Ini mekanisme yang paling jitu mengatasi itu. Tapi kalau hanya mengatasi dengan peraturan yang hanya menakut-nakuti ya bubar semua itu,” ujarnya. 

Reporter : Julian
BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018