Saat ini memang Kelompok Ternak Senap Semu, Desa Rhee, Kecamatan Rhee, Kabupaten Sumbawa, kelompok ini telah menjadi rujukan dari berbagai daerah dalam pengembangan penggemukan sapi berbasis lamtoro.
Ketua kelompok ini bernama Indra K, ketika Tim Jelajah berhasil mengunjunginya, kata pertama yang keluar adalah, ”dulu kami dicaci, tapi kini kami dicari”. Perjuangan awalnya adalah soal meyakinkan peternak bahwa lamtoro itu sangat bagus untuk penggemukan sapi.
Tidak sedikit peternak yang mencemooh atau melecehkan inovasi ini. “Mengapa harus repot-repot ngurus sapi, kita lepas aja di hutan dan dikasih rumput saja sudah cukup,” begitu dia menirukan bahasa-bahasa sentimen yang muncul dia awal pengembangannya.
Sistem perkandangan dan lamtoro yang dibawa oleh BPTP ternyata jauh lebih baik. Untuk menggemukkan sapi dengan cara diliarkan perlu waktu sampai dengan setahun, tapi dengan perkandangan yang didukung dengan pakan lamtoro, dengan pemeliharaan selama 6 bulan saja berat sapi bisa bertambah sampai dengan 100 kg.
Sarjana sosial politik yang terjun ke penggemukan sapi ini awalnya juga tidak yakin dengan cara-cara ini, namun setelah melihat hasilnya, inovasi ini jauh lebih baik dan keamanan sapi juga terjamin. Sayangnya, saat ini ketersediaan lamtoro tidak mencukupi lagi untuk menopang populasi sapi mereka. “Terpaksa kami harus mencari sampai ke tempat lain yang lebh jauh,” katanya.
Menghadapi persoalan itu, tidak sedikit anggotanya yang telah memperluas tanaman. Kalau dulu mereka menanam hanya satu hektar sekarang sudah ada yang menanam lebih dari 5 hektar.
Info dari Dr. Tanda
Melihat begitu tren lamtoro di Pulau Sumbawa, Dr. Tanda Panjaitan menjelaskan bahwa lamtoro ini memiliki beberapa keunggulan yakni lamtoro memiliki protein lebih tinggi dari rumput. Untuk lahan satu hektar dengan jarak tanam 1 x 3 meter bisa untuk memenuhi kebutuhan hijauan pada musim kemarau 4-5 ekor sapi. Di samping itu pertumbuhan berat badan lebih cepat, kualitas daging jauh lebih baik.
Tanaman lamtoro bisa juga dilakukan tumpangsari dengan jagung atau kacang-kacangan. Dengan cara ini nilai tambah atas lahan semakin besar, dan pendapatan peternak juga meningkat.
Namun untuk sapi yang belum pernah diberikan lamtoro, diperlukan waktu adaptasi hingga dua minggu pemeliharaan. Pada awal pemberian memang kadang terlihat sapi tidak mau memakannya atau bahkan ada yang sampai mencret-mencret, namun jangan khawatir karena dengan cara adaptasi masalah itu akan selesai dengan sendirinya. Lis
Untuk berlangganan Tabloid Sinar Tani Edisi Cetak SMS / Telepon ke 081317575066