Pengairan basah kering untuk budidaya padi
TABLOIDSINARTANI.COM – Pemanfaatan air untuk mengusahakan budidaya tanaman padi perlu dilakukan dengan Teknik yang hemat apalagi musim kemarau segera tiba.
Sumberdaya air merupakan salah satu faktor penting suksesnya pertanian di Indonesia. Kulon Progo yang merupakan kawasan penghasil padi di Daerah Istimewa Yogyakarta ketersediaan air di awal bulan Mei ini masih cukup melimpah, namun menurut prakiraan BMKG bahwa mulai pertengahan Mei hujan sudah sangat jarang yang akan dapat berakibat kekurangan air
Ancaman perubahan iklim yang belakangan ini terjadi dapat berakibat kelangkaan pasokan air pertanian. Bila hal itu terjadi, sangat meresahkan petani dan dapat menjadi ancaman serius karena pada akhirnya kelangkaan air dapat menurunkan produksi dan bahkan menyebabkan kegagalan panen.
Kelangkaan air semata-mata bukan hanya disebabkan oleh perubahan iklim akan tetapi dapat juga disebabkan cara penggunaan air sawah yang terlalu boros karena petani kerap kali mengairi sawah mereka dengan cara menggenangi lahan secara terus menerus. Untuk meminimalisir terjadinya kelangkaan air, para ahli dan peneliti telah menemukan teknologi yang bertujuan menghemat air dalam irigasi yaitu AWD.
BPTP Balitbangtan Yogyakarta bersama dengan Kelompok Tani Kedungrejo dan Sideman Makmur Giripeni Wates dan Kostratani Wates, Kostrada Kulon Progo menerapkan pengaturan air sawah secara berselang (basah kering atau Alternate Wetting ang Drying/AWD). Hal tersebut karena tanaman padi memerlukan banyak air walaupun bukan tanaman air. Pada saat tanaman padi telah digosrok gulmanya (umur 2-3 minggu setelah tanam pindah) maka pengaturan air basah kering akan memberikan banyak manfaat kesehatan bagi tanaman padi, selain menghemat penggunaan air.
Langkah pembuatan pipa AWD adalah dengan menyiapkan pipa sepanjang 35 cm dengan diameter 2-5 cm, membuat lubang kecil-kecil setinggi 20 cm pada pipa, pipa yang sudah diberi lubang ditanam pada petakan sawah dan diatas permukaan tanah setinggi 15 cm. Sedangkan aplikasinya adalah AWD dipasang sebelum/sesaat setelah tanam dan baru dibenamkan sedalam 20 cm dengan ketinggian AWD 15 cm diatas permukaan tanah, setelah AWD dipasang maka tanah didalam pipa dikeluarkan, pengukuran dimulai pada 7-10 hst pada setiap tapin dan 21 hst pada sistem tabela, tingkat level air dimonitor setiap dua hari sekali dan dicatat, padi tidak perlu digenangi setiap hari, pada saat pembungaan pertahankan ketinggian air sekitar 3-5 cm dari permukaan tanah, pada saat pengisian bulir tanaman padi digenangi air serta pada saat 7-10 hari sebelum panen sawah dikeringkan. Pipa harus ditempatkan di bagian yang mudah diakses dari lapangan dekat dengan pematang sehingga memudahkan untuk memantau kedalaman airnya. Kedalaman air hendaknya mewakili kedalaman air rata-rata dari lahan sawah.
Waktu pengaturan air sawah kapan basah dan kapan kering sangatlah penting. Dengan menggunakan pipa (dengan menggunakan pipa berbahan plastik, kaleng bekas ataupun bambu) yang telah dilubangi. Pipa tersebut dipendam dalam tanah sawah. Manfaat pipa adalah membantu petani melihat ketersediaan air di dalam tanah sawah. Permukaan tanah tampak kering maka dengan menggunakan pipa AWD, petani akan dapat melihat kedalam pipa tersebut kedalaman air dibawah permukaan tanah sawah. Jika didalam pipa terdapat air dengan kedalaman kurang dari 15 cm dari permukaan tanah maka belum perlu dilakukan penggenangan, Namun jika kedalaman air di dalam pipa telah mencapai 15 cm di bawah permukaan tanah, maka tanah barulah diperlukan penggenangan sawah tersebut.yang lebih tinggi atau lebih rendah.
Manfaat pengaturan air basah kering adalah : Menghemat penggunaan air di daerah atas dekat saluran irigasi) sehingga daerah bawah (jauh dari saluran irigasi) dapat memperoleh bagian air, Mengurangi pertumbuhan gulma, Meningkatkan ketersediaan oksigen bagi akar tanaman (menciptakan lingkungan yang kaya oksigen), Meningkatkan kemampuan akar dalam menyerap pupuk, Menjaga kelembaban sawah sehingga tidak cocok bagi perkembangan hama penyakit tanaman seperti wereng dan keong sawah, Tanah menjadi lebih sehat, Tanaman lebih sehat
Penerapan AWD dapat dimulai pada 1-2 minggu setelah penanaman bibit padi. Apabila terdapat banyak gulma, AWD dapat ditunda selama 2-3 minggu untuk membantu menekan pertumbuhan gulma. Pada saat masa berbunga AWD perlu dihentikan sementara selama seminggu sebelum berbunga sampai dengan seminggu setelah berbunga selanjutnya AWD diterapkan kembali hingga menjelang panen, Teknologi ini dapat menghemat air irigasi sebesar 17-20 persen, selain ini juga dapat meningkatkan produksi hingga 1 ton per hektar dibanding dengan penggunaan air terus menerus. Inilah hal yang perlu disampaikan kepada petani agar hasil pertanian dapat meningkat dengan prinsip ekonomi penggunaan air secukupnya atau seminimal mungkin namun menghasilkan produksi yang sebesar-besarnya sehingga target peningkatan 7% yang dicanangkan pemerintah dapat terwujud.