Jumat, 26 April 2024


Bagaimana Caranya Menjadi Penyuluh Hebat?

02 Mar 2021, 09:58 WIBEditor : Gesha

THL-TBPP Hamdan Tartusi setia melakukan penyuluhan untuk petani | Sumber Foto:Arifullah

TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta --- Sektor pertanian masa kini membutuhkan penyuluh yang tangguh, hebat dan berdedikasi tinggi. Bagaimana caranya? 

"Kunci produktivitas pertanian ada pada SDM pertanian dan menjadi tugas Penyuluh untuk membangun SDM pertanian sehingga bisa support habis pembangunan pertanian melalui peningkatan produktivitas, mutu dan kontinuitas produk pertanian," ungkap Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian dalam Ngobrol Asyik Penyuluhan (Ngobras) bersama Kepala BPPSDMP dan Ketua Dewan Pembina Perhimpunan Penyuluh Pertanian Indonesia (PERHIPTANI), Ir. Mulyono Machmur, MS, Selasa (2/3).

Lantas bagaimanakah caranya menjadi penyuluh yang tangguh, hebat dan berdedikasi tinggi bagi petani dan dunia pertanian? "Harus disepakati dahulu bahwa penyuluhan merupakan  proses pembelajaran pelaku utama dan pelaku usaha untuk mengorganisasi akses pasar teknologi dan sebagainya, termasuk untuk tingkatkan produktivitas, efisiensi dan kesejahteraan petani bersama," beber Ketua Dewan Pembina Perhimpunan Penyuluh Pertanian Indonesia (PERHIPTANI), Ir. Mulyono Machmur, MS.

Bahkan, penyuluhan menjadi proses pendidikan non formal sehingga bukan hanya sekedar transfer teknologi semata kepada petani. "Penyuluhan menjadi proses mengajar orang dewasa (andradogi) yakni inventarisasi permasalahannya kemudian mencari alternatif pemecahan masalahnya," tuturnya.

Karena itu, syarat minimal untuk menjadi penyuluh, harus mengerti teknis pertanian (budidaya), mampu mengajak serta memahami sosiologi perdesaan untuk bisa bergaul di kalangan perdesaan. 

"Menjadi penyuluh, dituntut bekerja dengan tulus, serius dan bertanggung jawab serta berdedikasi tinggi terhadap profesi penyuluhan pertanian," tambahnya.

Mengenai kompetensi, Mulyono Machmur menuturkan menjadi penyuluh setidaknya memiliki kompetensi metodologis, substantif dan kompetensi sosial. Mulyono bahkan menekankan pentingnya penyuluh memiliki kompetensi substansif yaitu hardskill dan softskill dalam kegiatan penyuluhan.

"Softskill dibutuhkan untuk mengubah perilaku masyarakat tani itu sendiri. Bagaimana berkomunikasi dengan mereka. Kalau hanya transfer teknologi, hanya ada miliki kompetensi hardskill saja. Sedangkan kompetensi sosial diperlukan untuk interaksi penyuluh dengan oetani mulai dari ilmu komunikasi," jelasnya.

Dengan kompetensi dan mengerti dasar dari kegiatan penyuluhan, Mulyono Mahcmur meyakini bahwa penyuluh menjadi manusia teladan bagi petani. Sehingga bisa membawa perubahan sikap bahkan perubahan konkrit pada produksi dan produktivitas pertanian setempat. 

Reporter : Nattasya
BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018