Selasa, 29 April 2025


Penumbuhan P4S, Contohlah Saemaul Undong

25 Sep 2022, 22:41 WIBEditor : Yulianto

Pemberian bantuan kepada P4S di Jawa Timur

TABLOIDSINARTANI.COM, Denpasar---Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S) menjadi kelembagaan tempat pembelajaran dan magang petani. Sayangnya, kelembagaan tersebut masih sebatas human capital dan belum banyak menyentuh social capital.

Demikian pandangan Dewan Pembina Perhimpunan Penyuluh Pertanian Indonesia (Perhiptani), Mulyono Machmur saat FGD Fornas P4S di Denpasar, Minggu (25/9). “Jika ingin menumbuhkan P4S, contohlah konsep Saemaul Undong yang diterapkan di Korea Selatan,” ujarnya.

Menurut Mulyono, konsep yang diterapkan Saemaul Undong merupakan suatu gerakan kembali ke desa yang menyentuh human capital dan social capital. Dampak dari gerakan tersebut, kini terlihat banyak generasi muda balik ke desa. “Jadi P4S harus menjadi sebuah gerakan, seperti Saemaul Undong,” tegasnya.

Saat ini mantan Kepala Pusat Penyuluhan BPPSDMP itu juga melihat pengembangan P4S masih sebatas spot-spot, tergantung pelaku utamanya yakni pengelola P4S. Padahal ia menilai, seharusnya membangun P4S adalah membangun sebuah komunitas. “Kalau P4S hanya community development sifatnya individu, tapi kini harus diubah. Apalagi teknologi digital terus berkembang,” ujarnya.

Wikipedia menyebutkan, Saemaul Undong atau Saemaeul-ho Undong dikenal sebagai Gerakan Komunitas Baru, Gerakan Desa Baru, Gerakan Saemaul, Gerakan Saemaeul-ho, atau Gerakan Saema'eul. Gerakan ini adalah prakarsa politik yang diluncurkan pada 22 April 1970 oleh Presiden Korea Selatan, Park Chung-hee untuk modernisasi ekonomi pedesaan di negara ginseng tersebut.

Gerakan ini awalnya untuk memperbaiki meningkatnya kesenjangan standar hidup antara pusat kota yang mengalami industrialisasi dengan cepat dan desa kecil yang terus terperosok dalam kemiskinan. Ketekunan, swadaya, dan kolaborasi adalah slogan untuk mendorong anggota masyarakat berpartisipasi dalam proses pembangunan.

Tahap awal gerakan ini berfokus pada peningkatan kondisi kehidupan dasar dan lingkungan. Sedangkan proyek berkonsentrasi pada pembangunan infrastruktur pedesaan dan peningkatan pendapatan masyarakat. “Dengan gerakan tersebut, kini di Korea Selatan banyak generasi muda kembali ke desa dan bertani,” ujarnya.  

Korea Selatan kini tengah menghadapi fenomena baru dalam kehidupan generasi muda yang ramai-ramai pindah ke desa atau kwichon dan mayoritas memilih bekerja sebagai petani. Pada 2021 sebanyak 378 ribu orang pindah ke pedesaan, naik 15 persen dari 2015. Angka tersebut juga tertinggi dalam satu dekade.

“Di P4S harusnya kita bisa mendidik manusia menjadi LKT atau lurus, kuat dan tinggi. Petani mempunyai motivasi tinggi dan profesional, bukan hardskill, tapi juga soft skill,” kata Mulyono.

Ia berharap, P4S mampu menjalankan fungsi educating, promoting, securing, dan exploring. Educating yaitu pelatihan, pemagangan untuk meningkatkan hardskill petani. Promoting yakni menghasilkan generasi baru petani Indonesia. Securing yaitu mempuyai jejaring sistem sumber dan pasar untuk keberlangsungan usaha petani anggota. Sedangkan Exploring, P4S mampu mengelaborasi inovasi baru produksi, pascapanen, dan pemasaran.

Sebagai sebuah lini usaha, Mulyono mengatakan, P4S harus dilakukan penguatan, baik dari produksi, pemasaran, keuangan, SDM dan RnD. Keberadaan lima lini komponen organisasi P4S itu harus berjalan bersama menjadi jaminan agar peran P4S sebagai motor penggerak (pembaharu) di desa bisa optimal.

Reporter : Julian
BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018