TABLOIDSINARTANI.COM, Bogor -- Penyuluh Pertanian merasakan manfaat penting dari Sekolah Lapang (SL) dalam peningkatan kapasitas mereka dalam kegiatan Penyuluhan kepada petani.
"Penunjang utama dari suksesnya produksi padi jagung adalah Sumberdaya manusia sehingga kami harapkan agar Sekolah Lapang ini diaktifkan kembali," sebut Ketua Perhimpunan Penyuluh Pertanian Jawa Barat, Dudy Tafajani dalam Bertani On Cloud yang digelar Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Kamis (28/12).
Diakui Dudy, Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) saat ini tengah fokus pada pendampingan program Pemerintah yang sifatnya administrasi seperti pendataan CPCL, pelaporan dan lain lain. Karena itu, keberadaan penyuluh swadaya dari Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA), sangat membantu kegiatan Penyuluhan di daerah.
"Kami beruntung dengan bantuan KTNA, diseminasi kepada petani bisa tetap terlaksana," sebutnya.
Kembali kepada Sekolah Lapang, Dudy bercerita, Sekolah lapang dipandang sebagai salah satu metode dalam proses belajar mengajar yang cukup efektif bagi petani karena merupakan metode pembelajaran bagi orang dewasa (andragogi) karena sifatnya yang tidak formal.
"Dalam kegiatan sekolah lapang kelompok tani ini para petani dipandu untuk menemukan masalah pada usaha taninya dan didiskusikan dengan para penyuluh sebagai pendamping kegiatan SL ini," ungkapnya.
Dudy menjelaskan, Pendidikan di Sekolah Lapangan bukan hanya "belajar dari pengalaman," melainkan suatu proses. Peserta didik, yang semuanya orang dewasa, dapat menguasai proses "penemuan ilmu" yang dinamis dan dapat diterapkan dalam manajemen lahan pertanian dan kehidupan sehari-hari.
"Ini penting karena zaman ini penuh perubahan, dan diharapkan Sekolah Lapangan dapat menyiapkan petani tangguh untuk menghadapi dinamika sekarang dan tantangan masa depan," tambahnya.
Dudy menguraikan, Sekolah lapangan memiliki siklus mingguan yang sistematis, di mana setiap unsur agro-ekosistem dikaji mendalam. Keputusan manajemen lahan minggu berikutnya didasarkan pada analisis menyeluruh yang dilakukan setiap akhir minggu, mengingat perubahan yang signifikan dalam agro-ekosistem sawah dari minggu ke minggu.
Siklus ini mencerminkan prinsip pantauan mingguan seperti yang diterapkan oleh petani, membiasakan peserta latihan untuk mengikuti perkembangan sawah dari persiapan lahan hingga pasca panen selama satu musim.