TABLOIDSINARTANI.COM, Jaakarta -- Indonesia bersama Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia atau Food and Agriculture (FAO) bekerja sama mencetak petani-petani muda. Kerja sama itu dilakukan melalui Kantor Staf Presiden (KSP) dan Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) dengan program Technical Cooperation Programmes (TCP) yang ditandatangani di KSP, Jakarta, Senin (15/1).
Dalam langkah proaktif menghadapi tantangan krisis sumber daya manusia di sektor pertanian, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko merinci bahwa kerjasama ini menjadi kunci jawaban untuk melawan ancaman terhadap ketahanan pangan global dan nasional.
Dengan data sensus pertanian 2023 yang mengungkapkan bahwa 42 persen petani Indonesia berasal dari generasi X dengan usia 43-58 tahun, Moeldoko menandatangani nota kesepahaman bersama FAO Representative Indonesia and Timor Leste, Rajendra K. Aryal.
"Permasalahan global dalam mewujudkan food security adalah regenerasi petani," ujar Moeldoko.
Dalam upaya pemberdayaan anak-anak muda di sektor pertanian, FAO akan memberikan bantuan teknis dengan fokus pada penggunaan teknologi digital melalui konsep smart farming.
Pada tahap awal, pelatihan ini akan melibatkan anak-anak muda dari Pramuka dan Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI).
"Kami telah menciptakan program percontohan di Cibubur yang telah dikunjungi oleh Presiden. Tujuannya tidak hanya agar anak-anak muda memahami pertanian, tetapi juga mencintainya, karena pertanian bukan sekadar memenuhi kebutuhan perut. Ini memiliki dampak yang meluas, termasuk pada stabilitas politik dan aspek lainnya," sebutnya.
Lebih jauh, Moeldoko menjelaskan bahwa program pemberdayaan anak-anak muda di sektor pertanian ini akan mendapatkan pengawalan dari sejumlah lembaga, termasuk Kantor Staf Presiden, FAO, Badan Pangan Nasional Kementerian Pertanian, Kementerian Pemuda dan Olahraga, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Bank Indonesia, dan Pertamina. Pelaksanaannya melibatkan berbagai pihak, seperti HKTI dan Kwartir Nasional (Kwarnas) Pramuka.
Ia merincikan bahwa bantuan teknis FAO dalam pemberdayaan anak-anak muda di bidang pertanian di Indonesia berawal dari kunjungan kerjanya di forum FAO di Roma pada 21 Oktober 2023. Moeldoko, mantan panglima TNI, pada saat itu menyoroti pentingnya regenerasi petani sebagai permasalahan global.
Dengan pertumbuhan dunia yang meningkat namun tanah, hasil, dan pelaku pertanian yang terus menurun, ia berinisiatif mengajak anak-anak muda untuk terlibat dalam pertanian modern, yaitu smart farming dengan memanfaatkan teknologi digital.
"Saya menyampaikan langkah konkret anak muda di sektor pertanian, Dirjen FAO pun tertarik dan memberi bantuan dalam bentuk technical corporation programme," ungkapnya.
Moeldoko menekankan bahwa kolaborasi menjadi kunci dalam menghadapi krisis regenerasi petani yang tengah dihadapi dunia. Dengan ancaman krisis pangan yang semakin nyata, ia mengajak semua pihak yang memiliki kepedulian untuk bergabung dalam kolaborasi bersama guna menjaga ketahanan pangan global.
Sementara itu, Rajendra K Aryal, FAO Representative Indonesia and Timor Leste, turut memberikan pandangan mengenai permasalahan regenerasi petani yang dihadapi tidak hanya oleh Indonesia, tetapi juga banyak negara lainnya.
Dalam keterangannya, ia menyampaikan bahwa FAO, melalui Technical Corporation Programme, siap memberikan dukungan kepada Indonesia dan negara-negara lain untuk membuat dunia pertanian lebih menarik bagi generasi muda.
"Indonesia sangat progresif dalam transformasi pangan, dan saya sangat senang proyek ini menghasilkan kolaborasi yang dapat membawa Indonesia selangkah lebih maju. Semoga kita bisa mendapatkan praktik baik dari Indonesia," ungkap Rajendra K Aryal dengan harapan agar kerjasama ini dapat menjadi contoh inspiratif bagi negara-negara lain dalam mengatasi tantangan regenerasi petani dan meningkatkan daya tarik sektor pertanian bagi generasi muda.