Rabu, 11 Desember 2024


Bermodal Rp 5.000, Inovasi Penyuluh Sungai Tabuk Bikin Keong Mas Terperangkap

22 Feb 2024, 11:44 WIBEditor : Herman

Trap Khusus Keong Sawah Yang Dikembangkan Penyuluh Sungai Tabuk | Sumber Foto:Istimewa

TABLOIDSINARTANI.COM, Banjar --- Petani di Kalimantan Selatan yang bertani di lahan rawa pasang surut, menjadikan Kalambuay/keong sawah sebagai salah satu musuh utama. Berbagai cara dilakukan petani untuk membasmi hewan yang dapat merusak pertanaman padi mereka. Salah satunya dengan membuat jebakan/trap untuk menangkap keong sawah seperti yang dilakukan petani di Sungai Tabuk, Banjar, Kalimantan Selatan.    

Sungai Tabuk merupakan kecamatan yang berada di kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan, dimana luas lahan pasang surutnya ± 9.474,5 hektar dan sebagian besar sudah dijadikan sebagai lahan pertanian, namun masih berpotensi untuk alih fungsi lahan karena lokasinya berdekatan dengan ibukota provinsi Kalimantan Selatan.

Pemanfaatan lahan pasang surut untuk menanam padi juga dilakukan para petani di Kelompok Tani Maju Terus Desa Pematang Panjang.  Namun dalam menjalankan usaha taninya, kelompok tani yang menjadi binaan PPL Adhananita ini bisa dibilang hampir sama dengan petani di lahan pasang surut lainnya.

Kehadiran keong mas atau kalambuay (Bahasa Banjar) menyebabkan rendahnya produktivitas tanaman padi karena serangannya yang mampu menghancurkan tanaman hingga sampai batang tanaman padi terlebih jika pada fase vegetatif yang berakibat pada tanaman padi tidak menghasilkan.

Untuk mengendalikan serangan keong mas, Penyuluh Pertanian Lapangan yang berada di wilayah kecamatan Sungai Tabuk, Muksin membuat alat perangkap khusus untuk membantu masyarakat tani.

Inovasi ”Kaltrap (Kalambuay Trap)” yang dibuat telah digunakan petani padi di lahan pasang surut Ds. Pematang Panjang, bahkan sudah digunakan juga di luar kecamatan (kec. Kertak hanyar).

Menurut Muksin biaya yang dikeluarkan cukup Rp. 5.000 saja untuk satu buah kaltrap, yang terdiri dari kawat (50 cm x 45 cm) dan tali secukupnya dan dapat digunakan berkali kali. Penggunaan kaltrap di lahan pertanaman padi petani sangat mudah hanya dengan meletakkannya sampai berada di atas tanah yang berarti terendam dalam air dengan waktu kurang lebih 12 jam (pagi diletakkan besok pagi lagi diambil).

Dalam luasan satu hektar diperlukan ≥ 70 buah. Tiap kaltrap berisi antara 75 – 250 keong mas, yang teperangkap tidak hanya keong mas yang besar/dewasa namun yang kecil/anak juga terperangkap, dengan menggunakan ubi kayu yang sudah dikupas dan dipotong sebagai umpannya.

Berdasarkan pengalaman petani dan penyuluh yang mengujicobakan bahwa selama masih ada umpan/potongan ubi kayu dalam alat ini maka akan terus ada keong mas yang masuk sehingga sangat membantu petani dalam mengambil hama ini di lahan padi terlebih biaya yang dikeluarkan untuk membuat alat tergolong murah dan juga mudah, hal inilah yang memotivasi petani untuk menggunakannya.

Keong mas yang terperangkap tersebut digunakan kembali untuk pakan itik dan ayam yang di pelihara petani.  Petani dikecamatan Sungai Tabuk dengan 21 desa sudah mengenal alat ini sebagai alat untuk mengendalikan serangan keong mas secara fisik karena selama ini mereka lakukan dengan cara mengambil satu persatu dengan menggunakan tangan dan jika selesai mengambil keong mas dilahan padi biasanya petani merasakan sakit pinggang.

”Namun setelah menggunakan alat ini rasa sakit itu tidak terjadi lagi,” ungkap seorang petani, Sahidun.

Semua lahan desa yang ada di Kecamatan Sungai Tabuk adalah lahan rawa pasang surut yang dominan ditanami padi baik varietas lokal maupun VUB dengan hasil rata-rata 3,2-3,5 ton/ha gkp (lokal) dan unggul lebih tinggi ± 5,7 ton/ha gkp. Luasan lahan rawa pasang surut setiap desa di kecmatan sungai tabuk dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.

21 desa yang ada di Kecamatan Sungai Tabuk merupakan wilayah kerja binaan balai penyuluhan pertanian Sungai Tabuk.

”Lahan rawa pasut yang ada di Sungai Tabuk tergolong type lahan pasut B, C dan ada sebagian kecil D,” ungkap Koordinator BPP Sungai Tabuk, Rina Lola, S.P.

Informasi kaltrap diketahui saat diskusi umum setelah penyampaian materi tentang strategi pengumpulan angka kredit penyuluh berbasis SKP (Sistem Kinerja pegawai) oleh Ir. Sri Hartati, M.P. di aula pertemuan BPP Sungai tabuk.

Kunjungan tatapmuka/anjangsana  ke BPP dengan penyampaian materi dan dilanjutkan kunjungan anjangsana ke lahan petani merupakan salah satu metode penyuluhan yang tetap berpengaruh signifikan terhadap motivasi penyuluh dan petani karena selain menambah pengetahuan, membantu memecahkan masalah secara langsung dan yang lebih terasa adalah menjadikan hubungan persahabatan,  kekeluargaan dan kepercayaan dapat dibina dengan baik dan cendrung proses adopsi dapat lebih cepat.

Kalambuay Trap (Kaltrap) merupakan inovasi ramah lingkungan perlu terus diujicobakan di lahan petani rawa pasang surut tentunya, guna mendukung penerapan konsep dan prinsip pengendalian hama terpadu untuk meminimalisir penggunaan pestisida kimia di lahan petani.

 

Reporter : Ir. Sri Hartati, M.P. (BSIP Kementerian Perta
BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018