Di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Ajung, Kabupaten Jember, upaya pengendalian OPT menjadi fokus utama
TABLOIDSINARTANI.COM, Jember -- Dengan kepiawaiannya dalam berkomunikasi dan membangun kepercayaan, Fikri berhasil menginspirasi petani-petani di sekitarnya untuk beralih ke metode pengendalian hama yang ramah lingkungan menggunakan agensia hayati.
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) seperti hama dan penyakit sering menjadi penyebab utama menurunkan produksi tanaman padi bahkan menyebabkan gagal panen.
Untuk menghindari dampak buruknya, penting sekali untuk menerapkan langkah-langkah pencegahan dan pengendalian sejak dini agar tidak terjadi ledakan populasi OPT.
Di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Ajung, Kabupaten Jember, upaya pengendalian OPT menjadi fokus utama, terutama di wilayah binaan seperti kecamatan Ajung, Jenggawah, dan Mumbulsari.
Wilayah ini memiliki kecenderungan tinggi terhadap serangan OPT seperti hama wereng coklat, walang sangit, dan penggerek batang, serta penyakit seperti kresek, blas, dan potong leher. Musim penghujan menjadi waktu yang rentan karena kelembaban udara tinggi dan angin yang mempercepat penyebaran OPT.
Petani biasanya mengandalkan pestisida kimia untuk mengendalikan OPT, meskipun penggunaannya tidak selalu aman dan berisiko meninggalkan residu yang merugikan lingkungan dan kesehatan manusia.
Perilaku berlebihan dalam penggunaan pestisida juga dapat menyebabkan resistensi OPT, menciptakan masalah baru. Oleh karena itu, alternatif cara pengendalian yang lebih aman, ramah lingkungan, dan terjangkau sangat diperlukan.
Melalui kegiatan Climate Smart Agriculture (CSA) program Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project (SIMURP), Bestyan bersama BPP Ajung telah memberikan bimbingan teknis (bimtek) kepada petani di Kecamatan Ajung dan Jenggawah.
Mereka menginisiasi inovasi pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dengan memanfaatkan pestisida hayati/agens hayati.
Agens hayati merupakan berbagai jenis organisme seperti serangga, nematoda, cendawan, bakteri, virus, dan lainnya yang dapat digunakan untuk mengendalikan hama, penyakit, atau organisme pengganggu lainnya dalam pertanian serta untuk keperluan produksi dan pengolahan hasil pertanian.
Awalnya, BPP Ajung memperkenalkan cara perbanyakan agens hayati Beauveria bassiana sebagai solusi untuk mengatasi hama wereng coklat, walang sangit, dan ngengat penggerek batang.
Mereka memilih agens hayati ini karena hama yang terinfeksi akan mengalami mumifikasi, sehingga petani bisa melihat secara langsung efek dari penggunaan agens hayati ini.
Setelah mengikuti bimbingan teknis, beberapa petani, seperti Saifullah (44) dari Poktan Maju Mapan Desa Cangkring dan Joni Wahyu (48) dari Poktan Mandiri Desa Wonojati, Kecamatan Jenggawah, mulai tertarik untuk membuat sendiri agens hayati di wilayah masing-masing.
Mereka tidak hanya membuat Beauveria bassiana, tetapi juga belajar membuat perbanyakan bakteri Pseudomonas fluorescens dan Paenibacillus polymixa, yang dapat mengendalikan penyakit kresek, blas, dan potong leher pada tanaman padi.
Kedua jenis bakteri ini juga berperan sebagai pemacu pertumbuhan tanaman (Plant Growth Promoting Bacteria/PGPB), membantu dalam penguraian fosfat, dan penambatan nitrogen, sehingga meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk.
Hasil dari aplikasi agens hayati ini langsung terlihat pada pertumbuhan tanaman padi mereka, yang lebih baik dibandingkan dengan tanaman lainnya, serta mampu menekan perkembangan OPT secara signifikan. Dengan penggunaan pestisida hayati ini, kedua petani tersebut semakin termotivasi dan bersemangat untuk beralih ke pertanian organik.
Kesuksesan langsung yang dirasakan oleh dua petani pelopor tersebut memberikan inspirasi kepada petani lain yang juga mengikuti bimbingan teknis.
Sebagai hasilnya, sejak dua bulan setelah berakhirnya bimtek, sudah ada lima petani lain yang mulai aktif dan bersemangat dalam memperbanyak agens hayati.
Pesnab Komersil
Dengan bantuan pelatihan Climate Smart Agriculture (CSA) yang diselenggarakan melalui Training of Farmer (ToF) Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project (SIMURP), Bestyan Fikri dan rekan penyuluhnya di BPP Ajung telah berhasil mengembangkan pestisida nabati menjadi produk yang sangat dibutuhkan dan bahkan dapat dijual.
Berkolaborasi dengan Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit Tanaman Pangan dan Hortikultura Tanggul Jember memungkinkan mereka untuk menguji dua varian pestisida nabati yang efektif: Beauveria Bassiana dan Pseudomonas Fluoresca.
Beauvaria Bassiana terbukti efektif dalam mengendalikan organisme pengganggu tanaman (OPT) seperti wereng coklat dan wereng hijau. Sementara itu, Pseudomonas Fluoresca digunakan untuk mengatasi penyakit seperti blas dan kresek pada tanaman padi.
Keberhasilan uji coba ini membuka jalan bagi produksi pestisida nabati di BPP Ajung, yang kemudian didistribusikan kepada Kelompok Tani di wilayah kerjanya.
Pestisida nabati diproduksi dalam kemasan 1000 ml dengan harga Rp30.000,00 per kemasan. Meskipun penggunaannya masih terbatas pada Kelompok Tani di BPP Ajung, respons positif dari para pengguna menunjukkan potensi besar produk ini
Diharapkan, dengan lebih banyak inovasi dari para penyuluh dan kerja sama dengan pihak terkait, penggunaan pestisida nabati dapat diperluas secara nasional.