TABLOIDSINARTANI.COM, BANDA ACEH - Dalam rangka mendukung Antisipasi Darurat Pangan Nasional, dilaksanakan rapat koordinasi (Rakor) rutin antara Kementan melalui BPPSDMP dengan Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Aceh beserta Dinas Pertanian Kabupaten dan Kota.
Kementerian Pertanian (Kementan) mengimplementasikan program Antisipasi Darurat Pangan Nasional dengan fokus utama pada komoditas padi dan jagung nasional, sebagai langkah antisipatif terhadap krisis pangan global yang dipicu oleh fenomena El Niño dan La Niña.
Dalam rangka mencapai tujuan ini, Kementan melakukan kegiatan optimalisasi lahan, pompanisasi, dan tumpangsari untuk padi gogo.
Di setiap kesempatan, Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman menyampaikan kekhawatirannya mengenai stok beras dalam negeri. Menurutnya, salah satu faktor utama yang menyebabkan kondisi ini adalah penurunan luas tanam padi.
Amran juga menjelaskan langkah-langkah yang telah diambil pemerintah dalam menangani darurat pangan."Penurunan luas tanam ini tentu berdampak langsung pada hasil panen dan produksi padi," ungkap Amran.
Namun kini, pemerintah telah melakukan upaya untuk memperluas lahan tanam melalui program pompanisasi air sungai di 11 provinsi untuk mendukung lahan sawah.
Hal tersebut juga sejalan dengan arahan dari Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi. Menurutnya, salah satu strategi untuk meningkatkan produksi pertanian adalah gerakan pompanisasi, yaitu penggunaan pompa air untuk mengoptimalkan irigasi dan pengairan lahan pertanian, sehingga dapat meningkatkan hasil panen dan produktivitas.
Untuk mendukung kegiatan ini, rutin dilakukan rapat koordinasi (Rakor) antara Kementan melalui BPPSDMP dengan Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Aceh, serta Dinas Pertanian Kabupaten dan Kota.
Pada Rakor tanggal 2 Mei 2024, Kementan mengundang narasumber dari Kepala Pusat Data dan Informasi Kementan, Intan Rahayu, yang memberikan arahan terkait pelaporan kegiatan strategis dalam mengantisipasi darurat pangan.
Dirinya menekankan pentingnya kriteria Perluasan Areal Tanam (PAT), Peningkatan Indeks Pertanaman (PIP), dan Optimalisasi Lahan (Oplah)."Data yang diinput harus akurat dan disinkronkan dengan data dari BPS," kata Intan.
Kunjungan lapangan dilakukan ke beberapa Kabupaten dan Kota di Provinsi Aceh. Kunjungan pertama di Kabupaten Aceh Jaya bertujuan untuk memverifikasi data oplah, PAT, dan Survey Investigasi Desain (SID) yang telah diinput dalam sistem dengan kondisi lapangan. Selanjutnya dilakukan peletakan batu pertama pembangunan Oplah.
Kunjungan berikutnya dilakukan di Kabupaten Aceh Tamiang untuk membahas potensi perluasan area tanam, pompa air, dan sistem irigasi perpompaan.
Selanjutnya, dilanjutkan dengan kunjungan ke lokasi irigasi perpompaan yang berasal dari Sungai Tamiang. Kemudian, dilanjutkan ke Kota Langsa dan Aceh Timur yang turut mendukung program perluasan area tanam dengan mengoptimalkan pemanfaatan sawah tadah hujan, yang selanjutnya akan ditingkatkan indeks pertanamannya dengan memaksimalkan penggunaan pompa air.