TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta --- Generasi muda Indonesia kini dihadapkan pada peluang besar untuk menjadi ujung tombak ketahanan pangan nasional. Wakil Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional (DPN) Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), Mulyono Makmur, menegaskan bahwa peran pemuda sangat penting dalam mempercepat swasembada pangan melalui inovasi dan profesionalisme.
"Anak muda harus terjun ke sektor pertanian, karena masa depan swasembada ada di tangan mereka," ujarnya dalam acara Dialog Tani Muda yang digelar FKK Himagri bekerjasama dengan Kementerian Pertanian di Gedung PIA, Kementerian Pertanian, Jakarta.
Mulyono Makmur, yang juga Dewan Pembina Pemuda Tani Indonesia HKTI ini mengenang betapa pentingnya peran generasi muda dalam keberhasilan swasembada pangan Indonesia yang tercapai pada tahun 1984.
"Di tahun 1984, kita berhasil mewujudkan swasembada pangan, dan kaum mudalah yang menjadi pilar utamanya. Mereka yang memperkenalkan benih unggul kepada petani, memperkenalkan pupuk, bahkan menjadi Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) yang membimbing petani di desa," ujar Mulyono dengan penuh semangat.
Namun, Mulyono juga mengungkapkan kekhawatirannya terhadap rendahnya minat anak muda untuk terjun ke dunia pertanian. Ia menyoroti kenyataan bahwa banyak mahasiswa yang berasal dari fakultas pertanian justru memilih bekerja di sektor lain, bahkan bergabung dengan dunia usaha atau startup, daripada berfokus pada sektor pertanian yang sangat penting bagi ketahanan pangan Indonesia.
“Sayangnya, belakangan ini banyak anak muda yang enggan terjun ke dunia pertanian, meskipun mereka memiliki latar belakang pendidikan di bidang pertanian. Bahkan beberapa startup yang mencoba bergerak di sektor pertanian banyak yang akhirnya gagal. Namun, kami di HKTI percaya bahwa anak muda masih memiliki peran besar dalam mewujudkan swasembada pangan seperti yang pernah tercapai pada 1984,” lanjutnya.
Pentingnya pembekalan soft skills bagi generasi muda juga menjadi perhatian utama dalam acara ini. Mulyono Makmur menegaskan bahwa keterampilan teknis memang penting, tetapi tidak kalah penting adalah kemampuan untuk mengelola diri, beradaptasi dengan perubahan, dan memiliki semangat yang tinggi dalam menghadapi tantangan di sektor pertanian.
“Jika jiwa atau semangat pertanian tidak tertanam dalam diri mereka, maka anak muda akan mudah menyerah ketika menghadapi masalah. Pertanian itu tidak hanya soal teknis, tapi juga soal tekad dan komitmen. Program-program seperti Brigade Pangan harus diikuti dengan semangat yang tinggi, agar swasembada pangan yang kita cita-citakan bisa terwujud,” tambahnya.
Namun, Mulyono juga mengingatkan bahwa kesuksesan program ini tidak hanya bergantung pada keterampilan teknis atau hard skills, melainkan juga pada pengembangan mental dan sikap mental yang kuat. "Anak muda harus siap menghadapi tantangan di lapangan, seperti serangan hama dan penyakit. Jika mental mereka kuat, mereka akan mampu mengatasi semua tantangan tersebut," katanya.
Menurut Mulyono, banyak di antara mereka yang merasa kurang termotivasi. Ia mengingatkan bahwa saat ini usia petani di Indonesia semakin tua, dan sektor pertanian sangat membutuhkan regenerasi yang tidak hanya mengandalkan tenaga kerja, tetapi juga semangat dan inovasi dari generasi muda.
Dalam kesempatan yang sama, Tenaga Ahli Menteri Pertanian, Suroyo, memaparkan bahwa pemerintah saat ini sangat serius dalam mewujudkan swasembada pangan pada tahun 2027. Salah satu program unggulan yang diperkenalkan oleh Kementan untuk melibatkan generasi muda dalam sektor pertanian adalah Brigade Pangan. Program ini melibatkan 15 anak muda yang dibekali dengan alat dan mesin pertanian modern (alsintan) untuk mengelola 200 hektare lahan pertanian.
“Melalui Brigade Pangan, kami memberikan kesempatan bagi anak-anak muda untuk langsung turun ke lapangan dan mengelola lahan pertanian dengan dukungan teknologi pertanian terbaru, seperti traktor roda empat, traktor roda dua, drone, hingga combine harvester. Dengan mengoptimalkan lahan yang semula hanya bisa panen sekali setahun menjadi dua atau bahkan tiga kali panen, diharapkan anak muda bisa mendapatkan pendapatan sekitar 10 juta per bulan,” ujar Suroyo.
Benny Rivaldy, Direktur Eksekutif DPP Pemuda Tani Indonesia, turut memberikan pandangannya. Menurutnya, Pemuda Tani Indonesia siap bermitra dengan mahasiswa dan generasi muda lainnya untuk berpartisipasi dalam swasembada pangan.
Ia juga menyampaikan bahwa Presiden Indonesia, yang juga merupakan Ketua Dewan Pembina Pemuda Tani, Prabowo Subianto, memiliki komitmen kuat untuk menjadikan Indonesia swasembada pangan dan memperkenalkan sektor pertanian sebagai peluang besar bagi anak muda.
“Pemuda Tani Indonesia siap mendukung dan menjadi mitra bagi anak-anak muda, terutama mahasiswa yang tertarik untuk terjun dalam dunia pertanian. Kami berharap program seperti ini bisa menjaring lebih banyak anak muda yang terlibat langsung dalam pembangunan sektor pertanian,” jelas Benny.
Acara Dialog Tani Muda ini menjadi momen penting untuk menggugah semangat dan motivasi generasi muda agar lebih aktif dalam sektor pertanian. Pemerintah, melalui berbagai program seperti Brigade Pangan, berharap dapat mencetak lebih banyak petani milenial yang siap mengelola lahan pertanian dengan menggunakan teknologi modern dan mekanisasi pertanian.
Sebagai penutup, Mulyono menekankan bahwa swasembada pangan bukanlah impian yang mustahil, tetapi membutuhkan kerja keras, semangat, dan kolaborasi dari semua pihak, terutama anak muda. "Jika anak muda mau turun tangan dan bekerja dengan sungguh-sungguh, saya yakin swasembada pangan bisa terwujud. Kami mengajak generasi muda untuk tidak hanya menjadi penonton, tetapi aktor utama dalam perubahan besar ini," pungkasnya.