Jumat, 19 April 2024


Pakde Aris Sulap Bukit Gersang Jadi Greenhouse Melon

13 Okt 2020, 12:14 WIBEditor : Yulianto

Pakde Aris mengubah bukit gersang menjadi green house melon | Sumber Foto:BBPP Ketindan

TABLOIDSINARTANI.COM, Klaten---Pakde Aris, begitu panggilan petani  Dukuh Kalijaran Desa Bawak, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten.  Saat musim kemarau, jika petani lain membiarkan lahannya bera (tak ditanami), maka ia justru menyulap menjadi greenhouse untuk budidaya melon.

Kecamatan Cawas adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah mempunyai komoditas unggulan padi dan palawija. Namun di tengah kondisi kering seperti saat ini, Pakde mencoba mengembangkan tanaman melon.

Greenhouse melon milik Pakde Aris berdekatan dengan Pariwisata Kawas Putih atau Pariwisata Batu Putih Kecamatan Bayat. Letaknya tidak jauh hanya kurang lebih sekitar 50 m.

Budidaya tanaman di dalam greenhouse adalah sistem produksi pertanian yang menggabungkan pemanfaatan perlindungan tanaman dari intensitas hujan, sinar matahari dan iklim mikro. Budidayanya dengan mengoptimalkan pemeliharaan tanaman, pemupukan dan irigasi mikro, sehingga mampu meningkatkan produksi buah.

Pakde Aris mengungkapkan, awalnya tempat ini hanya merupakan lahan kering, tandus  dan gersang. Selain itu terletak di atas perbukitan yang merupakan perbatasan antara Kecamatan Cawas dan Kecamatan Bayat.

Namun oleh Pakde Aris, seorang yang ulet dan nekad, lahan tersebut di sulap menjadi greenhouse kebun melon. Greenhouse ini digunakan untuk budidaya tanaman melon varietas Sangata menggunakan media polybag.

Pakdhe Aris  menjelaskan konsep pertanian melon yang dipakai merupakan wujud aplikasi teknologi di pertanian. “Greenhouse ini sederhana dengan ukuran 20x25 meter persegi dengan biaya yang tidak begitu banyak, hanya butuh plastik dan polybag serta bambu untuk tiang penyangga,” tuturnya.

Dengan system greenhouse, Pakde Aris berharap melon dihasilkan merupakan kualitas premium. Karena itu ia memilih varietas Sangata. Varietas ini dikenal karena kualitas buahnya bagus, rasanya manis seperti ada madunya dan renyah. Namun masa panen bervariasi yaitu 60 hingga 80 hari bisa panen.

Koordinator Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Cawas, Tut Wuri Handayani didampingi penyuluh pertanian Desa Bawak mengakui, Pakde Aris merupakan sosok inovatif dan menginspirasi. Bahkan Pakde Aris mampu memproduksi produk pertanian berkualitas dengan pengairan dan media terbatas dan yang lebih ekstrim lokasinya di pegunungan yang tandus dan gersang.

Karena itu Tut Wuri berharap inovasi Pakde Aris ini bisa menjadi motivasi sekaligus inspirasi bagi masyarakat petani, khsusnya di wilayah Kecamatan Cawas dan sekitarnya. “Tidak ada rasa lega yang bisa mengalahkan saat kita berhasil dalam melakukan wujud inovasi dari teknologi, terus berinovasi menjadi petani maju mandiri dan modern,“ tutur Wuri.

Lebih lanjut, Wuri mengatakan, salah satu cara mewujudkan program Kostratani ialah melalui pemanfaatan lahan pekarangan. Hal ini harus bisa diikuti petani lainnya, karena bisa menambah penghasilan. “Setiap jengkal tanah harus bisa menghasilkan demi pemenuhan kebutuhan keluarga terutama dimasa pandemi,” ujarnya.

Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo  (SYL) seringkali mengatakan terutama dalam menghadapi wabah Covid-19, bahwa pertanian tidak boleh berhenti dalam memenuhi kebutuhan pangan nasional agar lebih baik. Sektor pertanian memiliki potensi yang sangat besar dalam menumbuhkan ekonomi nasional.

Hal ini juga sesuai arahan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi. "Untuk mendukung program Kostratani, petani harus terus didorong agar dapat melakukan hilirisasi kegiatan usaha taninya baik secara on farm maupun off farm," katanya.

Reporter : Tut Wuri H/Yeniarta (BBPP Ketindan)
BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018