TABLOIDSINARTANI.COM, Kendal---Masa SMA adalah masa paling indah. Pasalnya, masa-masa SMA membawa sebagian remaja pada pengalaman baru, adrenalin remaja membuncah ruah untuk mendapatkan kebebasan bermain, berekspresi dan menyalurkan hobi.
Namun hal itu tak berlaku bagi Septarizky Nazarudin Lutfi, yang akrab disapa Eky. Pemuda Dusun Wonokambang Desa Tirtomulyo, Kecamatan Plantungan Kabupaten Kendal Jawa Tengah ini, saat masih duduk di bangku SMA sudah berpikir untuk berwirausaha. Ia pun memilih menjadi petani dengan menekuni tanaman hidroponik.
Calon Duta Petani Milenial (DPM) Kementerian Pertanian tahun 2021 ini memulai usaha dengan 200 lubang tanam atau sekitar lima pipa paralon yang dibuat di samping rumahnya, bermodalkan uang tabungan/celengan. Kini bisnis sayuran hidroponiknya terus berkembang.
Dalam satu kali siklus produksi, Ia menyemai 1.000 bibit dan panen 15 – 20 kg selada per hari dengan harga Rp 24 ribu/kg. Populasi lubang tanam yang dikelola saat ini mencapai 5.000 lubang tanam dengan pembagian tanam 4.000 khusus selada dan 1.000 sayur- sayuran.
“ Alhamdulillah dengan menjaga kualitas, mulai dari packing, rasa, jenis selada, sekarang sudah ada sekitar 20 lebih stand kebab dan burger, warung dan cafe yang menjadi langganan,” kata Ekky, Kamis (15/4).
Jika ada kelebihan stok, Ekky langsung menngirim ke pasar pekalongan. Namun akhir-akhir ini justu dirinya kekurangan stok. Untuk mengatasinya, Ekky menggandeng mitra yang beberapa bulan terakhir ini diajari membuat hidroponik juga untuk menbantu pasokan jika ada kekuranga.
Ia mengaku sejak awal usahanya tak pernah berjualan langsung ke pasar, melainkan langsung drop ke konsumen dengan promo gratis antar, berapapun jumlah pesanannya. Keinginan berwirausaha muncul didorong rasa tanggung jawab terhadap keluarga, sebagai anak sulung dari tiga bersaudara.
“Bapak sudah meninggal saat saya SMP. Jadi saat itu saya penuh dengan kegundahan, kesedihan. Terlebih karena saya anak pertama jadi dimana pikiran saya pada saat itu sekitar tahun 2018 tepatnya saya kelas 12 SMK, pengen sekali berwirausaha sendiri” tuturnya.
Belajar dari Internet
Ekky mengakui, saat itu hidroponik belum sepopuler sekarang, bahkan untuk mencari vendor pupuk cukup sulit. Untuk mendapat informasi mengenai hidroponik dirinya memperoleh hasil berselancar di internet. “Di tahun 2018 itu masih jarang yang mengetahui soal Hidroponik,” ujarnya.
Ia bercerita, sejak kecil dirinya memang sering bertanam dengan kakeknya disamping rumah. Bahkan Ekky juga suka mencari informasi soal pertanian dari youtube. “Sampai suatu saat saya ingat ada satu chanel yang gencar post video tentang hidroponik. Kaget saya ternyata bisa tanaman pakai air,” kisahnya.
Diawal usahanya Ekky memang hanya fokus pada informasi mengenai budidaya hidroponik, belum sampai cara memasarkan. Namun setelah menguasai ilmunya mulailah menanam sayuran sawi dan caysim (manis).
Ekky mengaku belum paham cara memasarkan hasil panen hidroponik. Saat itu sayur hidroponik dihargai sama dengan hasil panen konvensional. “Lalu, saya mulai berpikir ke pemasaran dan mulai menambah lubang tanam jadi 1.000 lubang tanam. Saya mulai survei ke pasar sebenernya tanaman apa sih yang nggak segampang ditanam di tanah konvensional,“ ungkapnya.
Usaha kerasnya tersebut membuahkan hasil, Ia melihat peluang dari komoditas selada. Eky kembali melakukan survei mulai dari catering, usaha ayam geprek, ayam bakar, hingga ke burger dan kebab. Akhirnya, Ekky menemukan harga tinggi selada konvensional sekitar Rp 16 ribu/kg. “Harga selada yang ditanam konvensional lumayan tinggi. Saya berpikir apalagi hasil hidroponik,” ucapnya.
Dengan menambah 1.000 lubang tanam, mulailah Ia menanam selada. Saat panen pertama langsung habis diborong catering. Ekky lalu mulai merambah ke kebab, burger dan ayam geprek.
Langkah Eky sejalan dengan harapan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL). Generasi muda atau yang biasa disebut pemuda milenial menjadi penentu kemajuan pertanian di masa depan.
Estafet petani selanjutnya adalah pada pundak generasi muda. Mereka mempunyai inovasi dan gagasan kreatif yang sangat bermanfaat bagi kelangsungan pertanian.
Saat ini banyak petani milenial yang telah menjadi pengusaha dalam sektor pertanian. Untuk menjawab tantangan ke depan, sektor pertanian perlu beradaptasi dengan teknologi 4.0 Sehingga diperlukan peran serta generasi milenial.
Sementara itu, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian, Dedi Nursyamsi menambahkan, keberadaan petani milenial sangat diperlukan untuk menjadi pelopor sekaligus membuat jejaring usaha pertanian.
“Sukses petani milenial menjadi pengusaha sektor pertanian dan mengembangkan usahanya dari hulu hingga hilir, diharapkan mampu menarik minat generasi milenial menekuni usaha di bidang pertanian, “ ungkapnya.
--
Sahabat Setia SINAR TANI bisa berlangganan Tabloid SINAR TANI dengan KLIK: LANGGANAN TABLOID SINAR TANI. Atau versi elektronik (e-paper Tabloid Sinar Tani) dengan klik: myedisi.com/sinartani/