Rabu, 11 Desember 2024


Iis Sunisih Dari Penjaga Kantin Sekolah ke Pengusaha Kopi Kelas Dunia

18 Mar 2024, 11:29 WIBEditor : Gesha

Iis Sunisih, seorang warga Desa Sidamulih, Kecamatan Sidamulih, Kabupaten Pangandaran, telah menorehkan kisah inspiratif sejak 2019. | Sumber Foto:Istimewa

TABLOIDSINARTANI.COM, Pangandaran -- Dengan perjuangan yang tiada henti, penjaga kantin sekolah di Pangandaran menapaki perjalanan yang berliku untuk menjadi pengusaha kopi robusta yang sukses, meraih omzet yang memikat.

Iis Sunisih, seorang warga Desa Sidamulih, Kecamatan Sidamulih, Kabupaten Pangandaran, telah menorehkan kisah inspiratif sejak 2019.

Bersama suaminya, Suparman, penggemar kopi seduhan alami, bukan kopi sachet, mereka mulai tertarik pada kopi robusta Pangandaran.

Kini, usaha kopi Silalabak yang mereka gagas telah membuahkan hasil yang mengagumkan. Selain itu, Iis juga memberikan dukungan kepada sedikitnya 20 petani kopi Pangandaran.

“Awal menanam kopi, benih ambil di bawah tanaman kebun kopi milik tetangga,”tutur Iis.

Untuk memastikan kualitas kopi yang prima, Iis, suaminya, dan anaknya memutuskan untuk tidak pulang ke rumah selama 20 hari, menginap di perkebunan. "Rumah kami cukup jauh dari kebun kopi, jadi kami memilih untuk menginap di gubug kebun," tambah Iis.

Saat ini, Iis memiliki kebun kopi seluas 1 hektar yang mampu menghasilkan sekitar 400 kilogram biji kopi. Setelah melalui proses seperti aerob, anaerob, dan anaerob termal, kopi Silalabak yang dihasilkan didistribusikan ke beberapa kedai di Pangandaran.

Lebih dari sekadar rasa pahit, kopi ini menawarkan beragam cita rasa seperti aren, durian, dan nangka yang muncul setiap kali diseruput. "Saya mensuplai kopi ke 17 kedai di Pangandaran," ungkap Iis, yang sebelumnya telah mengikuti program Petani Milenial pada tahun 2021.

Iis menyatakan bahwa awalnya menjalankan bisnis tidaklah sesederhana yang ia bayangkan. Dia menghadapi penolakan dari beberapa konsumen, termasuk perdebatan mengenai harga yang dianggap terlalu tinggi jika dibandingkan dengan kopi sachet.

"Saat saya mencoba menawarkan kopi ke kedai di Pangandaran, banyak yang menolak karena dianggap rumit dan dianggap mirip dengan kopi sachet," ujarnya.

Setelah itu, Iis mencoba beralih ke penjualan kopi roaster atau biji kopi mentah karena permintaan mulai meningkat. "Waktu itu ada permintaan untuk kopi roaster," katanya.

Meskipun mengalami penurunan omzet selama pandemi COVID-19, Iis mengaku tidak menyerah. "Meskipun hampir putus asa, saya dan tim tetap bertahan. Saya tidak hanya menjual kopi robusta," ujarnya.

Dengan berpikir kreatif, Iis akhirnya menemukan terobosan dengan memasarkan kopi arabika house blend dan arabika espresso. Kedua jenis kopi tersebut membuat namanya semakin dikenal dan diminati oleh banyak kedai kopi di Pangandaran.

Robusta Wine

Seiring berjalannya waktu, pada tahun 2021, Iis kembali menciptakan kopi hasil tanamannya sendiri yang dikenal sebagai Robusta Wine. Menurut Iis, kopi Robusta Wine khas Pangandaran ini diproses secara alami seperti proses pembuatan wine.

"Dari saat dipetik hingga proses selanjutnya dilakukan secara alami, kemudian biji kopi tersebut dicuci bersih," ungkap Iis.

Ia menjelaskan perbedaan kopi Robusta Wine dengan jenis kopi lainnya terletak pada proses panen hingga biji kopi siap saji. Setelah proses pemetikan dan pencucian bersih, biji kopi Robusta Wine mengalami proses fermentasi selama 10 hari. Kemudian, biji kopi tersebut menjalani proses pengeringan selama 1 bulan.

"Inilah yang membuat kopi Robusta Wine memiliki karakteristik fermentasi yang khas," tambahnya.

Dalam setiap tegukan kopi Robusta Wine, terdapat citra rasa yang unik, dengan sentuhan ringan rasa anggur. "Ya, memang proses fermentasi itulah yang memberikan nuansa buah tersebut," jelasnya.

Meskipun memiliki warna yang sama dengan jenis kopi lainnya, yakni hitam dengan rasa pahit yang khas, kopi Robusta Wine memberikan sensasi tersendiri saat mencapai lidah dengan nuansa anggur yang menyelip. Untuk menikmatinya, kopi Robusta Wine dapat dicampur dengan gula, namun disarankan menggunakan gula aren agar keasliannya tetap terjaga.

Sejak itu, Iis secara resmi menamai usahanya dengan nama Silalabak. "Dari penjualan biji kopi saja, omzetnya mencapai 20 juta per bulan karena saya juga menjual ke luar daerah, seperti Jogja, Bandung, Depok, dan Jakarta," ungkapnya.

Dalam setiap kali panen, Iis mampu memproses biji kopi hasil sangrai sebanyak 1 kwintal. "Dengan 1 kwintal, kedai kopi di Pangandaran dapat dilayani untuk 17 kedai, dan juga untuk pelanggan perorangan yang membeli secara langsung," katanya.

Nama kopi Silalabak milik Iis terus meroket dalam industri kopi, dengan produknya diminati oleh kedai kopi hingga hotel di Pangandaran. Iis menyebutkan bahwa pada tahun 2022, permintaan ekspor ke luar negeri mulai muncul.

"Pecinta kopi dan roastery dari Austria dan Singapura mengunjungi kami pada tahun 2022 dan meminta untuk ekspor secara reguler," ujarnya.

Iis menjelaskan bahwa jenis kopi yang diminta untuk diekspor adalah biji sangrai, khususnya robusta natural classic dan natural anaerob. "Ketika mereka pertama kali berkunjung, permintaannya tinggi. Namun, pada saat itu saya belum memiliki modal dan biaya pengiriman yang cukup besar," tambahnya.

Iis menyatakan bahwa untuk pertama kalinya, mereka hanya mengirimkan 2 kilogram sebagai sampel ke Austria dan Singapura. "Alhamdulillah, ternyata kopi Silalabak sangat disukai di sana juga," ucapnya dengan bangga.

Reporter : Nattasya
BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018