TABLOIDSINARTANI.COM --- Febroni Purba, sosok inspiratif di balik transformasi peternakan lokal. Dari pendamping peternak, ia kini menjadi pelopor hilirisasi produk ternak, membuka jalan bagi kemajuan ekonomi peternak Indonesia.
Dulu dikenal sebagai pendamping peternak yang setia, Febroni Purba kini melangkah jauh lebih maju dengan memimpin inovasi dalam hilirisasi produk ternak. Dengan semangat baru dan visi yang tajam, Purba menghadapi tantangan industri dengan tujuan transformasi yang berkelanjutan.
Dalam beberapa tahun terakhir, bisnis ternak ayam kampung telah berkembang pesat dan menjadi salah satu usaha yang sangat menjanjikan.
Permintaan akan daging ayam kampung terus meningkat, tidak hanya dari restoran mewah tetapi juga dari warung pinggir jalan yang menawarkan menu ayam kampung sebagai pilihan utama.
Hal ini tidak lepas dari kecenderungan konsumen yang semakin menginginkan makanan dengan cita rasa autentik dan berkualitas tinggi. Daging ayam kampung dikenal karena teksturnya yang lebih padat dan rasa yang lebih khas dibandingkan dengan ayam potong pedaging atau broiler, yang membuatnya menjadi pilihan populer di berbagai segmen pasar.
Salah satu faktor utama yang berkontribusi pada pertumbuhan bisnis ini adalah stabilitas harga karkas ayam kampung yang lebih terjaga dibandingkan ayam broiler. Hal ini memberikan keuntungan lebih bagi para peternak karena mereka tidak perlu khawatir dengan fluktuasi harga yang tajam.
Kualitas daging ayam kampung yang unggul, yang dihasilkan dari pola pakan dan perawatan yang lebih alami, mempengaruhi harga jualnya yang lebih tinggi.
Dengan permintaan yang terus meningkat dan harga yang stabil, usaha ternak ayam kampung menjanjikan profitabilitas yang baik bagi para pelaku usaha.
Febroni Purba, yang sebelumnya dikenal sebagai pendamping kelompok peternak ayam kampung di PT Sumber Unggas Indonesia, kini merasakan manisnya keberhasilan dalam industri ini. Setelah bertahun-tahun berfokus pada pendampingan peternak, Purba telah beralih ke peran yang lebih strategis dengan menggeluti hilirisasi produk ternak.
Ia kini memimpin inovasi dan pengembangan dalam pengolahan dan pemasaran produk ayam kampung, memanfaatkan pengetahuan mendalam tentang kualitas daging dan tren pasar.
Usahanya, yang dikenal dengan merek *Ayam Kampung Andalas*, telah berkembang menjadi sebuah usaha terintegrasi yang mencakup seluruh rantai produksi ayam kampung.
Dari pembiakan dan pembesaran ayam, hingga produksi telur dan berbagai produk olahan seperti fillet, daging giling, sayap, tulang, dan ceker, Febroni Purba telah mengubah konsep tradisional peternakan ayam kampung menjadi sebuah industri yang modern dan efisien.
Inovasi yang dilakukan oleh Purba tidak hanya berhenti pada produk-produk konvensional. Ia juga meluncurkan produk ayam bumbu marinasi dan kaldu yang dirancang khusus untuk makanan pendamping ASI (MPASI), menjawab kebutuhan pasar yang semakin beragam.
Produk-produk ini kini telah tersedia di berbagai saluran distribusi modern, termasuk supermarket, toko bahan makanan online, warung daging segar, dan restoran.
Keberhasilan ini menunjukkan bagaimana adaptasi dan inovasi dalam produk dapat membuka peluang baru di pasar yang kompetitif.
Dengan memanfaatkan berbagai saluran distribusi, Ayam Kampung Andalas kini dapat menjangkau lebih banyak konsumen, dari pembeli individual hingga bisnis kuliner. Pendekatan strategis Purba dalam memperkenalkan produk olahan ayam kampung yang berkualitas ke pasar modern tidak hanya memperluas jangkauan pasar, tetapi juga meningkatkan nilai tambah produk peternakan. Ini adalah contoh nyata bagaimana inovasi dan pemahaman pasar dapat mengubah sebuah usaha peternakan tradisional menjadi bisnis yang sukses dan berkelanjutan.
Febroni Purba mengungkapkan bahwa memulai usaha ternak ayam kampung bisa dimulai dengan modal yang relatif kecil, bahkan hanya dari pekarangan rumah.
Ini menjadikannya pilihan yang ideal bagi pemula yang ingin memulai dengan kapasitas kecil sebelum berkembang lebih jauh.
Menurut Roni, model pemeliharaan ayam kampung memang terjangkau. Dimulai dari anak ayam (doc), peternak bisa memanen dalam waktu sekitar 70 hari dengan harga jual berkisar antara 29.000 hingga 30.000 per ekor, dengan berat rata-rata 0,9 hingga 1 kg.
Roni menambahkan, jika ayam kampung dipasarkan langsung ke konsumen akhir seperti restoran atau kawasan perumahan, harga karkas ayam kampung bisa jauh lebih menjanjikan.
Dalam perhitungan awal, memelihara 300 ekor ayam kampung memerlukan biaya sekitar 9 juta rupiah, belum termasuk biaya kandang. Namun, dengan harga jual di pasar yang bisa mencapai 50.000 per ekor, peternak bisa menghasilkan pendapatan antara 10.000 hingga 20.000 per ekor.
Roni juga menekankan bahwa usaha ternak ayam kampung bisa dijadikan usaha sampingan yang menguntungkan. Pemberian pakan hanya perlu dilakukan dua kali sehari, dan beberapa peternak bahkan berhasil menggunakan wadah pakan yang lebih besar untuk mempermudah pengelolaan, sehingga memudahkan proses balik modal.
Dengan modal yang relatif kecil dan potensi keuntungan yang menjanjikan, usaha ternak ayam kampung menawarkan peluang bisnis yang menarik bagi siapa saja yang ingin terjun ke dunia peternakan.
Fleksibilitas dalam pengelolaan pakan dan potensi pasar yang luas menjadikan usaha ini sebagai pilihan cerdas untuk memulai usaha dengan risiko yang dapat dikendalikan.