Jumat, 20 Juni 2025


Maura Farm, Dari Hobi Hingga Menjadi P4S Hidroponik Pertama di Bekasi

24 Mar 2025, 11:56 WIBEditor : Herman

Sumartono bangun Maura Farm, awalnya dari hobi kini jadi bisnis

TABLOIDSINARTANI.COM, Bekasi --- Berawal dari sebuah persiapan pensiun, Sumartono mendirikan Maura Farm pada 12 Agustus 2017, bertepatan dengan hari kelahiran putrinya. Tak hanya sebagai usaha, Maura Farm menjadi wujud kecintaannya terhadap dunia pertanian hidroponik yang kini berkembang pesat.

Selain hidroponik, awalnya Sumartono mencoba berbagai bidang usaha, seperti pembesaran ayam broiler dan cuci mobil/motor online. Namun, hanya satu yang bertahan hingga kini yaitu hidroponik. "Hidroponik saya pilih karena passion saya paling besar di bidang ini," ujar Sumartono.

Sebelum terjun ke dunia pertanian, Sumartono memiliki latar belakang di bidang telekomunikasi,. Namun, minatnya terhadap hidroponik mulai tumbuh sejak ia mengikuti pelatihan sebelum pensiun.

Dari sekadar hobi dengan menanam di pekarangan rumah, ia kemudian membangun sistem hidroponik di rooftop. Seiring berjalannya waktu, permintaan sayur dari tetangga terus meningkat, sehingga ia mulai serius mengembangkan bisnis ini.

Kini, Maura Farm memiliki dua lokasi kebun utama di Pedurenan dan Cimuning, kota Bekasi. Di Pedurenan, luas lahan sekitar 400 meter persegi dengan 8.000 lubang tanam, sementara di Cimuning mencapai 700 meter persegi dengan lebih dari 20.000 lubang tanam.

"Awalnya saya hanya menanam untuk konsumsi pribadi, tetapi lama-kelamaan tetangga dan teman-teman mulai tertarik membeli. Dari sanalah bisnis ini berkembang," katanya.

Maura Farm menanam berbagai jenis sayuran hidroponik, baik oriental maupun western. Sayuran oriental meliputi kangkung, bayam merah, bayam hijau, bayam batik, pakcoy, caisim, sawi keriting, samhong, hingga kale. Sementara itu, untuk jenis western, terdapat berbagai varian selada seperti selada keriting, endive, romaine, dan siomak.

Dalam perjalanan usahanya, Sumartono mengalami tantangan dalam pemasaran. "Di awal, hasil panen saya melimpah, tetapi saya kesulitan menjualnya. Akhirnya, saya berbagi hasil panen ke masjid, gereja, panti asuhan, dan tetangga sekitar. Itu menjadi strategi yang tidak saya rencanakan, tetapi justru membantu saya dikenal lebih luas," ujarnya.

Kini, Maura Farm telah memiliki jaringan pasar yang kuat, di mana pembeli langsung mencari produknya. Harga jual sayuran bervariasi, tergantung pada jenis dan volume pembelian. Misalnya, bayam hijau dijual Rp30.000 per kilogram untuk pengguna langsung, sementara reseller mendapat harga lebih murah, sekitar Rp18.000-Rp20.000 per kilogram.

 "Saya sadar bahwa kunci bisnis ini bukan hanya bisa memproduksi, tetapi juga harus bisa menjual. Itu yang saya pelajari dari pengalaman jatuh bangun di awal usaha," tambahnya.

Kolaborasi dengan Petani 

Keterbatasan lahan menjadi tantangan berikutnya dalam mengembangkan bisnis. Untuk memenuhi tingginya permintaan, Maura Farm bekerja sama dengan 11 mitra tani di sekitar Bekasi. Dengan sistem ini, Sumartono dapat memenuhi kebutuhan pelanggan secara lebih efisien.

Maura Farm juga telah menjadi Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S) yang mendapat dukungan dari Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota Bekasi.

Berawal dari banyaknya kunjungan edukasi dari anak-anak TK hingga ibu-ibu rumah tangga, dinas akhirnya mendaftarkan Maura Farm sebagai P4S dengan status kelas madya. Sebagai bagian dari dukungan, Maura Farm menerima hibah peralatan edukasi seperti laptop dan proyektor dari BBPP Lembang.

Saat ini, Maura Farm menjadi satu-satunya P4S Hidroponik di Kota Bekasi dan sering dikunjungi oleh masyarakat serta mahasiswa dari berbagai universitas untuk magang dan belajar hidroponik secara langsung.

"Saya ingin berbagi ilmu kepada siapa saja yang ingin belajar. Hidroponik ini tidak hanya sekadar bertani, tetapi juga memiliki nilai ekonomi yang besar," tutur Sumartono.

Meski bisnisnya terus berkembang, Sumartono mengakui bahwa ada banyak tantangan yang harus dihadapi. Salah satunya adalah ketersediaan lahan yang terbatas.

 "Permintaan sayur lebih tinggi dari yang bisa saya produksi. Oleh karena itu, saya berkolaborasi dengan petani lain agar tetap bisa memenuhi kebutuhan pasar," katanya.

Selain itu, Maura Farm juga menghadapi tantangan dalam mengedukasi masyarakat tentang keunggulan sayuran hidroponik. "Banyak yang belum paham bahwa sayuran hidroponik lebih sehat karena bebas pestisida. Ini yang terus kami sosialisasikan agar lebih banyak orang tertarik mengonsumsi dan membudidayakan sayuran hidroponik," jelasnya.

Sumartono berharap Maura Farm bisa terus berkembang, berkolaborasi dengan berbagai pihak, dan semakin banyak masyarakat yang tertarik berkebun hidroponik.

 "Saya ingin lebih banyak orang mengenal hidroponik dan bisa menanam sendiri. Saya juga berharap dapat terus bersinergi dengan siapa pun untuk mengembangkan pertanian modern yang berkelanjutan," tutupnya dengan optimisme.

Reporter : Rafi
BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018