Selasa, 17 Juni 2025


Sumber Pupuk Organik, Jangan Bakar Jerami

27 Jul 2021, 10:35 WIBEditor : Yulianto

Jerami sumber pupuk yang kerap diabaikan petani

TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta---Budidaya padi organik membutuhkan kerja keras dan komitmen yang kuat dalam pelaksanaannya. Memamg awalnya  petani akan menghadapi banyak tantangan berat, utamanya dalam pemupukan.

Apalagi penggunaan pupuk organik membutuhkan jumlah yang sangat besar, serta memberikan efek kesuburan yang lebih lama dibanding pupuk anorganik alias tidak instan. Dampaknya terhadap produksi akan terjadi penurunan pada awal pelaksanaan budidaya organi, namun pelan-pelan akan meningkat pada produksi berikutnya.

“Pada budidaya padi organik petani yang membakar jerami setelah panen, saya anggap sebagai membakar uang,” ungkap Peneliti padi organik BB Padi Sukamandi, Dr. Suziani Susanti.

Menurut Suzi, jerami sisa panen bisa dimanfaatkan sebagai bahan utama dalam pemupukan di lahan. Memang diperlukan jumlah yang sangat besar, yaitu 5 ton jerami untuk lahan seluas 1 hektar. Alternatif lainnya bisa menggunakan kotoran hewan atau kompos dengan jumlah yang sama,” ujarnya.

Suzi menambahkan, kebutuhan unsur hara tanaman ada  16 jenis unsur, baik hara makro, mikro dan beneficial element hanya bisa didapat dari pupuk organik dengan kuantitas yang sangat besar. Khusus untuk jerami perlakuan yang paling ideal untuk digunakan sebagai pupuk organik adalah dengan proses pengomposan di luar lahan sawah yang lembab, bukan dalam kondisi yang tergenang air.

Untuk proses fermentasinya bisa ditambahkan bio dekomposer seperti AgroDeco produk Badan Litbang,” tambahnya. Penggunaan bio dekomposer ini penting untuk merombak bahan organik yang terdapat dalam jerami menjadi pupuk organik.

Caranya adalah dengan mencampurkan 4 kg dengan 400 liter air bersih. Lalu disiramkan secara merata pada tunggul jerami lalu diglebeg dalam tanah dibiarkan dalam kondisi lembab. Proses ini minimal membutuhkan waktu selama 7 hari atau 1 minggu.

Untuk mendapatkan kualitas hasil kompos terbaik, menurut penelitian kami dibutuhkan waktu 4 minggu untuk mendapatkan N diangka 2,85, papar Suzi. Selain unsur N, lanjutnya, akan didapat Asam Humat di angka 55,33 serta kadar C Organik di angka 35,40 yang akan membuat lahan sawah menjadi subur dan siap untuk ditanam.

Disamping pemupukan, menurut Suzi, hal penting lainnya dalam budidaya padi organik adalah pengaturan populasi tanaman. Untuk penanaman dengan model jajar legowo populasi tanaman harus ditingkatkan. Hal ini perlu dilakukan sebagai kompensasi atas kemungkinan pengurangan jumlah anakan per rumpun serta hasil yang rendah pada awal penerapan ‘padi organik’.

Jumlah populasi tanaman yang tinggi ini juga akan meningkatkan prosentase ‘malai produktif’ yang optimal dari malai indukan (mother tiller). Disamping itu juga, akan mengurangi anakan yang non produktif serta mengurangi persentase senescence alias penuaan dini pada sel tumbuhan.

Suzi menambahkan, proses pengendalian OPT juga dapat dilakukan secara hayati. Antara lain dengan pemanfaatan musuh alami parasitosid  Trichoderma japonicum dengan dosis 20 pias per hektar sejak awal pertanaman. Sedangkan untuk pengendalian gulma pengganggu dilakukan dengan pengaturan genangan air.

 

Reporter : Iqbal
BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018