Pertanaman padi Inpari | Sumber Foto:ISTIMEWA
TABLOIDSINARTANI.COM, Bogor --- Amatlah membanggakan bangsa Indonesia di detik-detik jelang HUT Kemerdekaan RI ke 77. Dunia Internasional melalui represesentasi lembaga penelitian beras ternama dunia, International Rice Research Institue (IRRI) menganugerahkan penghargaan atas pencapaian Indonesia dalam memenuhi kebutuhan beras di masa pandemi COVID-19 tanpa impor. Penghargaan ini diberikan kepada Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo di Istana Merdeka Jakarta, Minggu (14/08/2022).
Oleh Dunia Internasional, Indonesia dinilai mampu mempertahankan ketahanan pangan nasional dengan menjaga ketersediaan stok pangan melalui swasembada beras selama 3 tahun terakhir. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) produksi beras nasional sejak tahun 2019 konsisten berada di angka 31,3 juta ton dengan perhitungan stok beras di akhir bulan April 2022 mencapai angka tertinggi di 10.2 juta ton.
Selain itu kebijakan pembangunan pertanian Indonesia dibawah arahan presiden Joko Widodo layak diapresiasi karena dianggap dunia memiliki ketangguhan melalui berbagai dampak bencana COVID-19 berkat kerja keras petani, dan sinergi Kementerian Pertanian bersama Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, Bulog hingga perguruan tinggi dalam upaya peningkatan produksi beras nasional melalui pengembangan Varietas Unggul Baru (VUB) dan intensifikasi serta ekstensifikasi melalui dukungan pembangunan bendungan, perbaikan jaringan irigasi, Kredit Usaha rakyat (KUR), berbagai subsidi pemerintah berupa pupuk dan benih untuk petani serta pendampingan dan penguatan kelembagaan petani.
Keberhasilan Indonesia dalam menciptakan pangan yang tangguh dan mempertahankan Swasembada Pangan kurun 2019-2021 merupakan kerja bersama dan integratif banyak pihak, tak terkecuali para petani. Kementerian Pertanian selaku fasilitator utama telah menggerakkan jajaran Ditjen Teknis terkait termasuk Badan Litbang Pertanian (Balitbangtan) untuk terus berkoordinasi dengan K/L dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait baik di Provinsi maupun Kabupaten dalam upaya mengawal laju produktivitas hasil hingga produksi bahan pangan guna menjamin pemenuhan kebutuhan ‘perut’ 275 juta jiwa.
Balitbangtan selaku Satuan Kerja Supporting System Kementerian Pertanian dalam inovasi teknologi pertanian, sejak awal berdiri telah menancapkan perannya dalam menghasilkan variertas unggul padi. Secara nasional dukungan hasil penelitian yang telah dihasilkan di Badan ini telah memberikan nilai kemanfaatan ekonomi padi yang luar biasa bagi para pelakunya baik bagi para petani, penangkar, penggilangan padi hingga pelaku distribusi/pemasaran beras.
Kepala Badan Litbang Pertanian, Fadjry Djufry mengatakan bahwa berbagai VUB padi dengan potensi hasil 5,4-12,1 ton/ha dari 308 VUB yang dihasilkan, telah berperan meningkatkan produksi beras dalam skala nasional. Paling menonjol disampaikan Fadjry adalah VUB Ciherang, Mekongga, dan berbagai VUB kelompok Inpari, telah mampu menggantikan kelompok IR hasil IRRI sejak lebih dari 20 tahun lalu.
Fadjry juga menyampaikan bahwa penggunaan VUB itu meningkatkan produktivitas padi 10-20 persen dibandingkan VUB sebelumnya serta mampu menghasillkan keuntungan ekonomi beras sekitar Rp 16,56 triliun per tahun. Keuntungan tersebut diyakini Fadjry belum termasuk keuntungan akibat interaksinya dengan teknologi dan inovasi lain.
Hilirisasi dan diseminasi inovasi teknologi berupa VUB yang berjalan masif ke 34 provinsi di Indonesia pada kenyataannya tak bisa lepas dari peran Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) sebagai ujung tombak Balitbangtan untuk menderaskan pemanfaatannya oleh petani/penangkar bersama Balai Komoditas, Ditjen Teknis dan Dinas Pertanian di tingkat provinsi/kabupaten setempat.
Momentum Penghargaan IRRI akan menjadi sebuah tonggak bagi penguatan pengembangan varietas unggul dan penguatan jaringan perbenihan nusantara melalui sistem pengelolaan benih sumber oleh Unit Pengelola Benih Sumber (UPBS) yang dimiliki Balitbangtan yang selama ini telah terbangun proses bisnisnya melalui komando terintegrasi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.
Diversifikasi Pangan
Keberhasilan program pemerintah guna mewujudkan ketahanan pangan yang tangguh juga tak lepas dari upaya paralel berbagai kalangan termasuk masyarakat untuk meningkatkan diversifikasi pangan sehingga tercatat dalam data SUSENAS, konsumsi beras Indonesia turun dari 99 kg/kapita pada tahun 2016 menjadi 94.4 kg/kapita di tahun 2021.
Harapannya angka ini dapat terus diturunkan hingga 85 kg/kapita per tahun sesuai rekomendasi Pola Pangan Harapan (PPH) mengingat trend peningkatan hidup sehat dan budaya pangan masyarakat yang mulai menggeser pangan pokok beras ke bahan pangan substitusi lain seperti kentang, jagung, gandum, singkong, sagu, sorgum dan bahan pangan lokal lainnya. Hal tersebut menjadi peluang terciptanya kemandirian pangan melalui upaya diversifikasi dengan memanfaatkan pangan lokal. BPTP sebagai representasi vertikal Kementan di daerah lagi-lagi kehadirannya dapat diandalkan untuk ikut mewarnai implementasi program diversifikasi pangan di 34 Provinsi.
Kondisi geopolitik dunia yang kurang stabil memaksa kita untuk kembali menggelorakan budaya pangan daerah yang bertumpu pada keanekaragaman hayati daerah setempat sebagai warisan leluhur yang patut dijaga kelestariannya. Kemandirian pangan yang tangguh dan berkelanjutan serta tidak mudah terguncang oleh krisis global menjadi modal dasar bagi berkembangnya industri pangan bahan baku selain beras dan impor dan mendukung peningkatan kesejahteraan petani lokal.
Selain itu diversifikasi pangan akan mampu meningkatkan peran Indonesia untuk menjadi negara pengekspor beras dunia yang diperhitungkan sehingga ke depan gelar feed the world layak disandingkan dunia dengan gelar Indonesia sebagai negeri penghasil beras terbesar keempat dunia setelah Tiongkok, India dan Bangladesh.