TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta---Permodalan selama ini menjadi kendala bagi petani dalam usaha tani. Namun kehadiran Kredit Usaha Rakyat (KUR), ibarat oase di tengah keringnya pembiayaan untuk petani. Terlihat dari terus naiknya penyerapan kredit berbunga rendah tersebut.
Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian, Kementerian Pertanian, Ali Jamil mengatakan, sejak masa pandemi Covid-19 pemerintah meluncurkan mekanisme pembiayaan melalui KUR. Bahkan KUR pertanian kian digencarkan untuk membantu petani, khususnya untuk mengejar target produksi pertanian.
Serapan KUR sektor pertanian 2020 mencapai 1,9 juta debitur dan realisasi kredit Rp 55,30 triliun (110,62 persen) dari target Rp 50 triliun. Sedangkan serapan KUR pertanian 2021 mencapai 2,6 juta debitur dengan realisasi kredit Rp 85,62 triliun (122,31 persen) dari target Rp 70 triliun.
Bahkan tahun 2022 hingga 6 Desember, serapan KUR pertanian sudah mencapai Rp 104,58 trilin dai target Rp 90 triliun dengan jumlah debitur mencapai 2,53 juta debitur. Subsektor perkebunan menjadi penyerap KUR terbanyak Rp 35,51 triliun, diikuri tanaman pangan Rp 29,18 triliun. Lalu peternakan Rp 17,81 triliun, hortikultura Rp 12,15 triliun. Kemudian mixed farming Rp 8,54 triliun dan jasa pertanian Rp 1,35 triliun.
“Alhamdulillah NPL (non performance loan) KUR pertanian hanya 0,03 persen. Ini artinya pengguna KUR pertanian, khususnya petani sangat menjaga pinjaman. NPL dibawah 1 cukup membanggakan,” kata Ali Jamil. Apalagi menurutnya, dalam usaha tani mungkin kadang terjadi gagal panen akibat dampak climate change (banjir atau kekeringan) atau kondisi lain, sehingga ada petani minta menunda membayar cicilan.
Saat ini, Ali Jamil menambahkan, pihaknya telah menggagas KUR khusus untuk program Taksi Alsintan. KUR tersebut telah diluncurkan Presiden Joko Widodo saat kunjungan ke industri alsintan di Gresik, beberapa waktu lalu. “Kita harapkan dengan program KUR alsintan ini dapat mengurangi kehilangan hasil panen yang saat ini mencapai 12-13 persen, menjadi hanya 3-5 persen,” ujarnya.
Sejak diluncurkan Ali Jamil mengakui, peminatnya cukup banyak. Terlihat, kini ada indent (menunggu) permintaan combine harvester mencapai 3.000 unit. Untuk KUR Taksi Alsintan, pemerintah membuka kesempatan kepada siapa saja dan tidak harus petani. “Prinsip pengelolaannya seperti taksi mobil. Jadi siapa saja boleh punya usaha Taksi Alsintan,” ujarnya.
Dengan program Taksi Alsintan Ali Jamil berharap dapat meningkatkan level mekanisasi di Indonesia yang kini hanya 2,6 horse power (HP). Angka itu jauh dibandingkan negara maju seperti AS dan Jepang yang sudah mencapai 15 HP. Level mekanisasi ini menunjukkan berapa alsintan per hektar.
“Kita masih sangat kecil. Jadi dengan Taksi Alsintan kita buka ruang, pengadaan alsintan tidak hanya mengandalkan APBN. Kalau dari APBN tidak cukup. Jadi kita gunakan mekanisme lain melalui KUR Taksi Alsintan,” tuturnya.
Sementara itu Direktur Pembiayaan, Ditjen PSP, Kementerian Pertanian, Indah Megahwati mengatakan, sumber pembiayaan melalui KUR diharapkan dapat mendorong penyediaan pangan dan meningkatkan produktivitas. Terlihat meski anggaran Kementerian Pertanian pada 2018 hanya Rp 23,9 triliun, tapi realisasi KUR mencapai Rp 29,8 triliun.
Kemudian pada tahun 2019 APBN Kementerian Pertanian hanya Rp 21,8 triliun dan serapan KUR mencapai Rp 36,17 triliun. Bahkan pada tahun 2022 dengan APBN hanya Rp 14,45 triliun, serapa KUR mencapai Rp 104 triliun. Pertanian sudah teruji, kita sudah eksis saat ada ancaman krisis pangan dan pandemi. Terbukti permodalan di luar APBN selama pandemi mendominasi program pertanian.” katanya.
Terbukti juga, produktivitas tanaman padi juga terdingkrak. Jika tanpa KUR sebesar 5 ton GKG/ha, maka setelah menggunakan KUR, produktivitas meningkat menjadi 6 ton/ha atau produktivitas naik sebesar 20 persen. Sedangkan dalam skala usaha, meningkat sebesar 25 persen.
Begitu tanaman jagung. Produktivitas tanpa KUR sebesar 3.5 ton/ha. Setelah menggunakan KUR, produktivitas meningkat menjadi 4 ton/ha atau meningkat sebesar 14,28 persen. Sedangkan dalam skala usaha, meningkat sebesar 210 persen. “KUR bukan hanya untuk budidaya, tapi juga menunjang infrastruktur dan penigkatan produksi,” katanya.
Tahun 2023, menurut Indah, Menko Perkenomian akan meluncurkan skema khusus untuk alsintan dengan bunga 3 persen dan uang muka 10 persen. Bahkan pembayarannya bisa fleksibel sesuai pemanfaatannya atau setelah panen. “Saat ini sedang kami perjuangkan. Diharapkan bulan ini bisa selesai dan tahun 2023 bisa diaplikasikan,” kata Indah.
Bagaimana suara petani dan penyuluh terhadap keberadaan KUR? Baca halaman selanjutnya.
Bagi sahabat Sinar Tani yang ingin mendapatkan materi dan e sertifikatnya, bisa diunduh di link bawah ini.
Link Materi :
Link E Sertifikat :