Sosisalisasi penggunaan CLKS kepada pekebun sawit di Riau | Sumber Foto:Alishter
TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta--- Aliansi Stewardship Herbisida Terbatas (ALISHTER) memperkenalkan teknologi Closed Loop Knapsack System (CLKS) untuk menghilangkan paparan produk perlindungan tanaman (prolintan). Teknologi ini untuk membantu menjaga keamanan petani saat mengaplikasikan herbisida terbatas berbahan aktif parakuat diklorida.
Herbisida terbatas berbahan aktif parakuat diklorida adalah salah satu bentuk teknologi pertanian yang telah membantu petani Indonesia selama hampir lima dekade dalam mengendalikan gulma pada tanaman, termasuk kelapa sawit agar tumbuh optimal dan meningkat produktivitasnya.
Upaya memperkenalkan CLKS, ALISHTER mengadakan Gelar Inovasi Alat Aplikasi Parakuat Diklorida di Kabupaten Siak, pada 21 Maret 2023. Ketua ALISHTER Mulyadi Benteng mengatakan, ALISHTER hadir di tengah-tengah petani untuk melatih penggunaan herbisida parakuat secara tepat dan aman.
”Dalam acara ini ALISHTER memperkenalkan inovasi teknologi alat semprot yang jauh lebih aman bagi petani, bernama CLKS,” kata Mulyadi di Desa Simpang Perak Jaya, Kecamatan Kerinci Kanan, Kabupaten Siak, Provinsi Riau.
Mulyadi mengatakan, pihaknya memperkenalkan CLKS kepada petani sawit dan pemangku kepentingan. Provinsi Riau dipilih sebagai tempat acara karena memiliki perkebunan sawit terluas di Indonesia yaitu 3.38 juta ha.
Kelapa sawit menjadi komoditas unggulan yang menopang perekonomian di Provinsi Riau dan berperan besar terhadap percepatan pembangunan ekonomi. Karena itu produktivitas kelapa sawit diharapkan terus naik agar dapat meningkatkan indeks kesejahteraan masyarakat pedesaan.
”Dalam upaya mengembangkan potensi dan meningkatkan produktivitas kelapa sawit, petani harus memahami cara mengelola kebun dengan benar, mulai dari memilih benih unggul, merawat tanaman termasuk mengendalikan organisme pengganggu tanaman (OPT), memupuk dan memanen kelapa sawit dengan tepat,” kata Mulyadi.
Gulma menurutnya, merupakan salah satu OPT yang jika tidak dikendalikan akan menganggu pertumbuhan tanaman dan mengurangi produktivitas tanaman kelapa sawit. Herbisida berperan penting untuk mengendalikan gulma secara efektif dan efisien.
Parakuat diklorida merupakan herbisida yang telah lama digunakan dan membantu petani sawit Indonesia dalam mengendalikan gulma selama hampir lima dekade. Penelitian dan studi membuktikan, parakuat diklorida berkontribusi positif terhadap perekonomian petani dan nasional.
Dari aspek lingkungan, parakuat diklorida tidak menurunkan keragaman, keseimbangan, dan komposisi bakteri, nematoda, cacing, dan mikroartopoda tanah. Penggunaan parakuat diklorida yang sesuai dengan rekomendasi juga tidak berpengaruh terhadap kesehatan petani.
”Di sini terlihat bahwa parakuat diklorida jika digunakan secara tepat dan bertanggung jawab membawa manfaat tidak hanya bagi petani, tetapi juga lingkungan, sosial, dan ekonomi,” katanya.
Perlu diketahui, CLKS ini merupakan alat aplikasi yang mengadopsi Closed Transfer System (CTS) yang sudah banyak digunakan baik di Eropa maupun Amerika untuk aplikasi produk perlindungan tanaman (prolintan). Sistem CTS ini menghilangkan proses pencampuran prolintan dengan air sehingga risiko kontaminasi dapat diminimalisir.
”CLKS juga menjadi sebuah jawaban setelah dalam 30 tahun terakhir ini belum ada perubahan teknologi yang signifikan dari back sprayer yang dapat menjamin keamanan petani saat mengaplikasikan prolintan,” kata Mulyadi.
Bulan April 2021, Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Beracun Berbahaya telah mengeluarkan Rencana Aksi Pengelolaan Parakuat Diklorida di Indonesia. Salah satu poin yang tercantum dalam rencana aksi tersebut adalah tentang inisiatif pengembangan alat dan teknik aplikasi yang lebih aman.
”ALISHTER sebagai asosiasi perusahaan produsen/pemegang pendaftaran produk perlindungan tanaman berbahan aktif parakuat diklorida menyambut baik rencana tersebut dengan menguji coba dan memperkenalkan alat aplikasi inovatif bernama CLKS,” kata Mulyadi.
Kegiatan gelar inovasi ini dihadiri perwakilan pemerintah yaitu dari Sub-Direktorat Pestisida, Kementerian Pertanian; Direktorat Industri Kimia Hulu, Kampung Simpang Perak Jaya, perwakilan Kecamatan Kerinci Kanan, Kabupsten Siak serta SOLIDARIDAD, sebuah LSM Internasional.
Kurangi Dampak Negatif
Mediarti, yang mewakili Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Siak memaparkan, inovasi teknologi aplikasi memang sangat diperlukan untuk mengurangi secara signifikan dampak dari penggunaan produk perlindungan tanaman terhadap petani, tanaman, dan lingkungan.
Hal ini diperkuat pernyataan perwakilan dari Direktorat Industri Kimia Hulu yang menyampaikan bahwa keamanan pangan nasional menjadi salah satu prioritas pemerintah. Untuk itu, inovasi teknologi CLKS akan didukung sepenuhnya oleh pemerintah sebagai salah satu upaya menjamin keamanan petani dan pangan.
Sementara itu Lolita Tasik Taparan dari Sub-Direktorat Pestisida, Kementerian Pertanian menjelaskan, parakuat memainkan peranan penting dalam menjaga ketahanan pangan nasional, namun tetap harus ditangani dengan penuh kehati-hatian.
“Kami sangat mengapresiasi ALISHTER sebagai mitra pemerintah dalam mengupayakan keamanan bagi petani saat menggunakan parakuat. Selanjutnya CLKS yang diperkenalkan ALISHTER sebagai inovasi teknologi untuk mengaplikasikan parakuat akan didukung sepenuhnya oleh pemerintah untuk mencapai tujuan tersebut,” jelasnya.
Aktivitas acara di gelar inovasi ini dimulai dari berkunjung ke kebun sawit untuk melihat perbandingan kecepatan pengendalian gulma pakis di sawit dengan menggunakan parakuat, glifosat, dan glufosinat. Nelson Sihombing dari ALISHTER, menjelaskan jika melihat hasil perbandingan, parakuat adalah bahan aktif yang paling cepat dalam mengendalikan berbagai jenis gulma termasuk gulma jenia pakis-pakisan.
Pada plot perlakuan gulma dengan parakuat, juga dibedakan antara yang disemprot dengan menggunakan CLKS dan yang tidak menggunakan CLKS dengan hasil tidak ada perbedaan efikasi dalam mengendalikan gulma pakis antara yang menggunakan CLKS dan non-CLKS.
Dalam acara ini ALISHTER juga memperagakan penggunaan CLKS kepada seluruh peserta yang hadir. ALISHTER membandingkan penggunaan CLKS dengan alat semprot punggung konvensional yang saat ini digunakan petani di Indonesia. Peragaan ini membuktikan bahwa CLKS dirancang dengan mempertimbangkan aspek keamanan yang tinggi sehingga paparan produk perlindungan tanaman terhadap petani ketika menyemprot dapat diminimalkan.