TABLOIDSINARTANI.COM, Ungaran --- Bukan rahasia umum jika tikus jadi salah satu musuh yang paling kuat bagi petani. Berbagai cara dilakukan untuk bisa mengatasi hama yang kerap membuat mereka rugi. Adalah Mufidin, petani dari Ungaran Timur yang memiliki cara tersendiri dalam mengatasi serangan tikus.
Gegara menanam padi varitas Pejajaran yang berumur pendek, Mufidin jadi lebih cepat panen dari teman-teman petani disekitar sawah garapannya. Namun pada musim kedua Mufidin malah ketinggalan panen, hal tersebut berakibat tanaman padi miliknya diserbu tikus dan burung.
Tikus memang dikenal sebagai salah satu hama tanaman padi yang susah dikendalikan. Ulah tikus sawah dapat merusak tanaman padi dengan berbagai cara.
Contohnya memakan biji padi atau benih padi. Tikus sawah seringkali memakan biji padi yang baru ditanam atau yang sudah ditanam di ladang, sehingga tumbuh tidak merata.
Kemudian tikus sawah juga menggali tanah di sekitar tanaman padi untuk mencari akar atau umbi yang dapat dimakan. Gali menggali inilah yang dapat merusak sistem akar tanaman, mengganggu pertumbuhan, dan menyebabkan tanaman menjadi lebih rentan terhadap penyakit, dan mengganggu irigasi sawah.
Karena gigi tikus terus tumbuh, maka tikus selalu mengerat agar gigi tidak kepanjangan., Tetapi kalau yang dikerat batang dan daun padi jelas menimbulkan kerusakan. Bukan hanya itu tikus juga doyan sekali makan gabah yang sudah masak, sehingga petani bisa gagal panen, alias puso.
Tikus adalah hewan yang dapat berkembang biak dengan cepat. Jumlah anak tikus sawah yang dilahirkan setiap kali oleh induknya bervariasi, tetapi secara umum dapat melahirkan 6 – 12 ekor setiap kali melahirkan.
Tergantung pada faktor-faktor seperti kondisi lingkungan, ketersediaan makanan, dan kesehatan individu tikus betina. Pada tikus, periode kehamilan biasanya berlangsung sekitar 19-21 hari, tergantung pada jenis tikusnya.
Tindakan yang umum dilakukan untuk pencegahan serangan hama tikus antara lain: Gropyokan, dilakukan oleh seluruh komponen masyarakat yang terkoordinir dan terencana dalam satu hamparan pertanaman yang luas.
Pengendalian tikus juga dengan dilakukan dengan pengumpanan racun tikus. Menggunakan rodentisida akut atau antikoagulan yang dicampur gabah atau beras kemudian diletakkan pada lalulintas tikus.
Kemudian .pengendalian dengan pemasangan jaring juga sering dilakukan. Jaring dipasang pada salah satu sisi hamparan sawah, kemudian di sisi lain secara bersama-sama dilakukan penggiringan tikus dan di tepi jaring beberapa orang menunggu dengan alat pemukul.
Pada lahan sawah yang mempunyai air irigasi berlebih, dilakukan pengendalian dengan penggenangan air di lobang-lobang tikus. Biasanya dilakukan pada saat menjelang pembuatan persemaian.
Kegiatan yang penting mencegah tikus adalah sanitasi, yaitu membersihkan semak belukar/gulma, membongkar lobang tikus dan perbaikan pematang. Tikus tidak suka pada tempat yang relatif bersih.
Pengendalian menggunakan musuh alami seperti kucing, anjing dan burung hantu.juga dianjurkan. Sering cara ini efektif mengendalikan tikus.
Pengaturan Pola Tanam dan tanam serempak dapat menekan populasi tikus disawah. Karena ada periode tenggang waktu tidak ada makanan tikus di sawah.
Lain halnya yang dilakukan Mufidin. Petani maju dari dusun Krekesan, Desa Kalirejo, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang, ini solah-olah menanggung serangan tikus seorang diri. Karena petak sawah miliknya satu-satunya yang telah masuk fase generatif. Lainnya masih fase vegetatif.
Sehingga Mufidin tidak melakukan pengendalian tikus seperti yang biasa dilakukan, namun dia berusaha memacu pemulihan dan pertumbuhan tanaman yang telah terserang tikus.
Senjata andalan yang dipakai adalah pesnab (pestisida nabati) dan ZPT ( Zat Pengatur Tumbuh ) buatan sendiri. Bahan dasar yang dipakai adalah Nitrobakter.
Yang terakhir itu dibuatnya sendiri pula. Sekali produksi Mufidin bisa meracik Nitrobakter 150 liter, pesnab 100 liter dan ZPT juga 100 liter.
“ Biaya murah, jadi buat banyak sekalian” kata Mufidin.
Dosis pupuk Nitrobakter yang berikan Mufidin 1 kali pada lahan Garapan seluas 2.000 m⊃2; sebanyak 40 liter, diaplikasikan pada saat pengolahan tanah, dengan cara di tuang pada pintu masuk air irigasi di pematang.
“Serangan tikus mulai terjadi ketika padi masuk fase generatif setelah penyiangan ke 2. Begitu kelihatan tanda-tanda serangan tikus, penyemprotan pesnab dan ZPT dia lakukan berselang seling setiap minggu sekali” ujarnya.
Hasinya rumpun padi yang semula telah patah berantakan dikerat tikus dapat pulih tumbuh kembali. Masih dapat mengeluarkan malai.
“ Walau tidak pulih 100% tapi lumayan untuk kembali modal. Saya perkirakan bisa membawa pulang hasil panen 60%” ujarnya.