TABLOIDSINARTANI.COM, Ungaran --- Pelatihan yang diberikan Bapeltan Soropadan pada tahun 2017 memberikan dampak nyata bagi Mufidin. Dengan ilmu yang didapat, Ketua kelompok Tani Tegalepek ini bisa meramu pupuk cair yang popular dengan nama Nitrobakter, dan menghemat penggunaan pupuk subsidi.
Mufidin yang tinggal di dusun Krekesan, desa Kalirejo, kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang, merupakan salah satu petani yang terobsesi dapat memproduksi dan menjual beras organik.
Kunjungan PPL setempat, memberi informasi dan solusi yang diperlukan. Disamping itu, seperti petani-petani muda yang lain, Mufidin juga akrab dengan Informasi Teknologi yang dapat di akses melalui handphone miliknya. Dari sosial media yang diikuti, Mufidin memperoleh banyak sekali informasi mengenai pertanian organik. Dia juga membangun jaringan dengan sesama petani dan penggerak pertanian organik.
Namun petani yang menggarap sawah persis ditepi exit TOL Ungaran ini menyadari bahwa untuk menghasilkan beras organik murni tidak mudah, bahkan tidak mungkin dilakukan saat ini.
Sebenarnya hamparan lahan seluas 15 Ha cukup memenuhi syarat sebagai lahan sawah padi organik. Karena letak hamparan yang terisolir dari lahan sawah sekitar.
Namun kenyataan yang ada, belum semua petani penggarap dihamparan tersebut bersepakat bercocok tanam secara organik. Dari kurang lebih 30 petani, baru 10 petani yang mengikuti Mufidin.
“ Mungkin juga karena biaya pertanian organik dirasa lebih mahal ” kata Ketua Kelompok Tani Tegalepek ini.
Disamping itu, hamparan sawah tersebut masih menerima aliran irigasi dari hamparan diatas, yang belum organik pula.
Sehingga ketika memperoleh ilmu pengetahuan tentang pembuatan dan penggunaan pupuk Nitrobakter, ia merasa sangat beruntung. Pupuk ini diharapkan dapat menjadi jalan antara menuju pertanian padi organik yang diidam-idamkan. Karena pupuk ini termasuk organik, dosis per hektar tidak banyak, dalam bentuk cair sehingga lebih mudah diaplikasikan dan dapat dibuat sendiri sehingga jatuhnya murah.
Penggunaan pupuk Nitrobakter dijadikan sarana bagi Mufidin dan teman-temannya untuk berlatih menerapkan prinsip-prinsip pertanian organik. Dia menyebut cara bertani yang demikian : Pertanian Ramah Lingkungan atau Pertanaman Sehat.
“ Penggunaan pupuk Nitrobakter bila dibanding dengan pupuk kimia jatuhnya jauh lebih murah “ kata Mufidin “
Dilahan garapannya yang hanya seluas 2.000 m⊃2;, Mufidin bisa menghemat belanja pupuk sebanyak Rp 190.000,- per musim tanam.
Biasanya Mufidin memupuk tanaman padinya dengan 1 zak Urea dan 1 zak NPK. Harga pupuk ditambah ongkir sebesar. Rp 140.000,- sampai ditempat. Sedangkan perlakuan Nitrobakter disemprot 6 kali hanya mengeluarkan biaya Rp 20.000,-. Tapi Mufidin masih menambah pupuk urea 25 kg (1/2 zak) seharga Rp 70.000,-
“Produksi yang dihasilkan sama yakni 1,5 ton Gabah Kering Panen (GPK),” tambahnya.
Mufidin juga tidak pelit membagi ilmu cara membuat Nitrobakter kepada siapa saja, terutama teman sehamparan sawahnya. Dia beranggapan makin banyak yang mengetahui cara membuat dan memakai pupuk Nitrobakter, maka akan makin luas tanaman sehat atau pertanian ramah lingkungan.Kemudian makin mudah untuk meningkat menjadi Pertanian
Menurut brosur “Pembuatan Pupuk Organik” yang dikeluarkan oleh Balai Pelatihan Pertanian (Bapeltan) pupuk Nitrobakter yang dikatakan Mufidin, disana disebut sebagai Pengembangan Bakteri Penambat N. Melihat bahan yang digunakan dalam pembuatan, pupuk ini dapat digolongkan sebagai pupuk Hayati. Karena berisi mikrobia-mikrobia penambat unsur nitrogen.
“ Mudah kok membuat Nitrobakter. Bahan yang dipakai hanya tetes tebu 1 liter, Urea 2-3 kg, biang nitrobakter 5 liter dan air 100-150 liter. Lalu di aduk berlawanan dengan arah jarum jam dan didiamkan selama 5-7 hari. Nitrobakter siap dipakai” jelasnya.
Nitrobakter yang telah jadi dapat disimpan lama sebelum digunakan. Barang ini juga sudah menjadi biang Nitrobakter. Dan ternyata dari biang Nitrobakter dapat diproses, dengan ditambah bahan-bahan lain, menjadi pesnab (pestisida nabati), ZPT (Zat Pengatur Tumbuh), POC (Pupuk Organik Cair dan MPT (Microorganisme Pembenah Tanah).
Tentu saja bahan penambah untuk masing- masing jenis berbeda -beda, disesuaikan keinginan dan tujuan. Mufidin ini juga mempunyai Grup WA yang semua anggotanya adalah penggerak lingkungan khususnya pertanian organik, sebagai ajang pertukaran pengalaman dan berbagi informasi.
Ditanya tentang tanggapan petani disekitarnya, ia mengaku sangat berat dan sulit mengajak petani untuk berralih menjadi petani organik. Bermacam alasan yang dikemukakan, walaupun bukti penghematan biaya dan penambahan hasil telah ia tunjukkan. Namun diakui pula pasar ditempatnya belum mendukung. Harga beras sehatnya dihargai sama saja dengan beras lain oleh pedagang pengumpul.
Namun nuansa optimis tetap berlangsung didaerah ini. Endang Rukmiyanti, SP, Koordinator Penyuluh Pertanian di BPP Ungaran Timur mengatakan bahwa di wilayah BPP nya, sudah ada 20 kelompok tani semacam Kelompok Tani Tegalepek nya Mufidin.Ternyata kemajuan berkembang dengan caranya sendiri.