TABLOIDSINARTANI.COM, Keerom --- Di tengah gemuruh alam Papua, kilang beras di Negeri Tapal Batas memancarkan harapan baru. Dengan setiap butiran beras yang diolah, kilang ini tidak hanya memenuhi kebutuhan pokok, tetapi juga menjalin benang merah kebersamaan dan kemajuan bagi masyarakat perbatasan.
Terletak di wilayah seluas 9.365 km⊃2;, Kabupaten Keerom adalah kawasan yang bertaut langsung dengan perbatasan Papua New Guinea di timur.
Dikelilingi oleh Kabupaten Pegunungan Bintang di selatan, Kota Jayapura dan Kabupaten Jayapura di utara dan barat, Keerom dikenal sebagai "Negeri Tapal Batas" yang menghadapkan diri pada tantangan dan potensi unik di Bumi Cendrawasih.
Dengan pemekaran provinsi Papua, harapan bertumpu pada Keerom untuk menjadi sumber pangan utama, menggantikan peran lama Merauke dan Nabire, didukung oleh luas wilayahnya dan pertumbuhan lahan sawah yang tak kenal batas.
Di tengah tantangan yang menghampiri, kilang beras modern CV. Maju Tama Agro, yang diprakarsai oleh pengusaha Surabaya, Ely Khobu, telah menjadi cahaya harapan.
Ely Khobu.dengan penuh kesadaran akan kebutuhan akan beras, memandang keberanian sebagai kunci untuk menghadapi kekurangan tersebut. Dengan membuka lahan sawah seluas 20 hektar, dia bertekad untuk memenuhi kebutuhan pangan di Bumi Cendrawasih.
Namun, perjalanan menuju kemandirian pangan tidaklah mudah. Kendala produksi rendah dan keterbatasan tenaga kerja memang menjadi tantangan serius yang harus segera diatasi untuk menjaga kelangsungan kilang beras ini.
Dengan produktivitas padi hanya mencapai 3,7 ton per hektar dan luas panen sekitar 32,45 hektar, produksi padi tahunan di Kabupaten Keerom masih jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan beras di Papua secara keseluruhan.
Melihat dari luas panen, tampaknya hanya sekitar 16-20 hektar lahan sawah yang dimanfaatkan, di luar lahan yang dimiliki oleh CV. Maju Agro Tama.
Selain itu, penurunan jumlah tenaga kerja petani juga menjadi perhatian serius. Meskipun upaya telah dilakukan untuk mendatangkan tenaga kerja dari Pulau Jawa, tantangan budaya dan perbedaan lingkungan membuat mereka sulit bertahan dalam jangka panjang.
Melihat potensi dan tantangan yang dihadapi, BPSIP Papua bergerak cepat dengan memilih Kampung Traimelyan di Distrik Skanto, Kabupaten Keerom, sebagai lokasi pendampingan produksi beras.
Dengan mengalihfungsikan lahan yang dulunya digunakan untuk pertanian kelapa sawit yang tidak produktif, kampung ini diubah menjadi lahan sawah yang subur, memperkuat pemenuhan beras tidak hanya untuk Keerom, tetapi juga untuk Provinsi Papua secara keseluruhan.
Berawal dari Demplot
Kegiatan perbenihan yang dilakukan oleh BSIP Papua di Kampung Intaimelyan, yang menghasilkan produktivitas tinggi mencapai 8 ton per hektar, menjadi pemicu rasa penasaran dan keingintahuan yang besar bagi Ibu Ely Khobu terhadap Balai Penerapan Standar Instrumen Pertanian (BPSIP) Papua.
Meskipun menyadari keterbatasan sumber daya manusia dan teknologi yang tersedia, keinginan untuk mengoptimalkan potensi padi dan sawah membawa Ely Khobu untuk belajar langsung di BPSIP Papua.
Ely Khobu memiliki keyakinan yang kuat BPSIP Papua memiliki kemampuan untuk memajukan pertanian dan memberikan solusi bagi kelangsungan kilang beras ini.
Keyakinan itu terbayar ketika Kepala BPSIP Papua, Martina Sri Lestari, dengan cepat mengarahkan penyuluh Madya Siska Tirajoh untuk melaksanakan demplot pendampingan budidaya padi standar guna meningkatkan produksi beras berkualitas medium hingga premium.
Hasil dari demplot padi menunjukkan peningkatan produksi gabah kering menjadi 3,5 ton per hektar, melebihi kondisi eksisting sebelumnya di lahan sawah CV. Maju Tama Agro.
Upaya terus dilakukan untuk meningkatkan produksi padi dari tahun ke tahun, sambil memastikan bahwa seluruh lahan sawah seluas 20 hektar ditanami setiap musim tanam untuk mendorong produksi dan mencapai target penggilingan beras.
Meskipun demikian, beras yang dihasilkan masih dalam tahap pengujian mutu di Laboratorium Penguji BBPSI Pascapanen Pertanian di Bogor, dengan membandingkan mutu beras dari petani di Kabupaten Keerom dan Kota Jayapura, termasuk memastikan kualitas beras mencapai standar premium untuk memenuhi persyaratan ekspor.
CV Maju Tama Agro telah mengambil langkah penting dalam memastikan jaminan mutu beras mereka dengan melakukan pendaftaran NIB melalui aplikasi OSS.
Langkah berikutnya adalah penambahan KBLI produk beras untuk mendapatkan surat pernyataan mandiri Standar Nasional Indonesia (SNI). Dengan memiliki label SNI, akan memberikan kepercayaan tambahan bagi konsumen terhadap kualitas beras mereka.
Untuk mendukung UMKM seperti CV Maju Tama Agro, pemerintah menyediakan SNI Bina UMK secara gratis kepada UMKM dengan kategori KBLI rendah.
SNI Bina UMK ini akan digunakan dalam pendaftaran ke BSN untuk mendapatkan pendampingan lebih lanjut bagi UMKM dalam memenuhi standar mutu yang ditetapkan.
Langkah ini merupakan bagian penting dalam memperkuat posisi CV Maju Tama Agro di pasar dan memberikan kepastian kepada konsumen mengenai kualitas beras yang mereka beli.
Dukungan
Keterlibatan dan peran aktif pemerintah setempat sangat penting untuk mendukung operasional Kilang Beras CV. Maju Tama Agro.
Peran pemerintah tidak hanya memengaruhi kedudukan dan status kilang tersebut dalam masyarakat, tetapi juga menjadi kunci untuk memastikan pemanfaatan optimal dari kilang tersebut.
Dalam kegiatan pendampingan untuk menerapkan dan menyebarkan standar instrumen pertanian serta mengawal kilang beras yang belum dimanfaatkan secara maksimal, keterlibatan Pemerintah Daerah Kabupaten Keerom, termasuk Bupati dan instansi teknis seperti Dinas Pertanian dan Pangan, sangatlah penting.
Hal ini mencakup regulasi yang mendukung, fasilitas bagi petani, serta pengawalan dan pendampingan dari penyuluh pertanian.
Meskipun saat ini program pemerintah daerah lebih terfokus pada pengembangan jagung sebagai bagian dari program nasional, namun dukungan penuh dalam pengembangan komoditas padi tetap diperlukan.
Dengan adanya dukungan penuh dari pemerintah setempat, diharapkan operasional kilang beras dapat berjalan lancar dan memberikan manfaat yang maksimal bagi masyarakat setempat serta pengembangan pertanian di wilayah tersebut.
Penulis : Siska Tirajoh, Martina Sri Lestari, Sitti Raodah Garuda, Siti Nurjannah, Ghalih Priyo Dominanto, Edison Ayakeding dan Jeriston Parinding
Balai Penerapan Standar Instrumen Pertanian Papua
Jalan Yahim No. 49, Sentani, Jayapura - Papua