Pupuk bersubsidi dijamin pemerintah meskipun ada wabah Corona
TABLOIDSINARTANI.COM, Bogor -- Peneliti Ahli Muda BRIN, Adhitya Marendra Kiloes M.M., Ph.D, menjelaskan bahwa adanya pasar gelap ini menyebabkan bocornya alokasi pupuk bersubsidi dari tingkat nasional ke regional, sehingga menimbulkan ketidakseimbangan antara supply dan demand.
Hasil survei dan wawancara yang dilakukan oleh BRIN, bersama PIHC dan pelaku pupuk bersubsidi, mengungkapkan diagram sebab-akibat dari sistem pupuk bersubsidi yang ada saat ini.
Masalah utama dalam kisruh pupuk bersubsidi adalah adanya gap antara pasokan dan permintaan.
Singkatnya, jika terdapat gap tersebut, maka alokasi nasional dan regional perlu ditambah.
Dengan demikian, ketersediaan pupuk bersubsidi di kios juga akan meningkat, membantu mengatasi ketidakseimbangan pasokan dan permintaan.
Namun, ada kendala berupa kebocoran antara alokasi nasional dan regional yang berujung pada munculnya pasar gelap.
Dalam pasar gelap ini, pupuk subsidi dijual tidak sesuai ketentuan.
Berbagai faktor menyebabkan hal ini, termasuk perilaku kios yang ingin meraih keuntungan pribadi, adanya pupuk subsidi yang tidak terpakai karena rumitnya proses penebusan, serta adanya permintaan dari petani yang tidak terdaftar atau petani dengan lahan lebih dari 2 hektar.
Ditambah lagi, terdapat oknum yang menggelapkan pupuk bersubsidi.
Akibat dari pasar gelap ini adalah berkurangnya jumlah pupuk bersubsidi yang tersedia di kios atau pengecer resmi, yang akhirnya memperbesar gap antara pasokan dan permintaan.
Untuk mengatasi masalah ini, BRIN mengajak semua pihak untuk menentukan titik-titik kritis dalam sistem ini.
Salah satu langkah yang diperlukan adalah mengontrol pasar gelap agar jumlah pupuk bersubsidi di pengecer resmi tetap terjaga.
Lalu, bagaimana jika opsi penghapusan pupuk bersubsidi dipilih?
Adhitya memprediksi bahwa penghapusan pupuk subsidi akan meningkatkan biaya usaha tani, mempengaruhi keuntungan petani, dan dalam jangka panjang, berpotensi mempengaruhi kepemilikan lahan.
Ketika petani tidak lagi mendapatkan keuntungan, mereka mungkin akan menjual lahannya, yang pada akhirnya akan menyebabkan konversi lahan dan berdampak pada total produksi nasional.