TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta -- Kementerian Pekerjaan Umum (PU) terpaksa menunda pembangunan bendungan baru karena belum adanya alokasi anggaran dari Kementerian Keuangan.
Kementerian Pekerjaan Umum (PU) memutuskan untuk menunda sementara pembangunan infrastruktur besar, termasuk bendungan, akibat belum adanya alokasi anggaran dari Kementerian Keuangan.
Menteri PU, Dody Hanggodo, mengatakan bahwa langkah ini diambil sesuai arahan Presiden Prabowo Subianto, mengingat terbatasnya anggaran yang tersedia.
Proyek-proyek ini akan dilanjutkan setelah mendapatkan persetujuan dari Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, meski belum ada kepastian kapan penghentian ini akan berakhir.
Dalam menghadapi keterbatasan anggaran, pemerintah fokus pada optimalisasi infrastruktur yang sudah ada untuk mendukung program-program prioritas Presiden Prabowo, seperti ketahanan pangan, energi, dan air.
Menteri Pekerjaan Umum, Dody Hanggodo, menjelaskan bahwa 259 bendungan yang telah ada akan dimaksimalkan untuk meningkatkan ketahanan pangan dan energi, serta memastikan pasokan air yang optimal.
"Dengan anggaran terbatas, kita akan memaksimalkan yang sudah ada untuk mendukung Asta Cita Presiden Prabowo," ungkap Dody.
Sebelumnya, Dody juga meninjau Daerah Irigasi Karangtalun di Magelang yang baru saja direhabilitasi, guna meningkatkan keandalan air irigasi serta mendukung program swasembada pangan yang menjadi fokus pemerintah.
Rehabilitasi Sistem Irigasi Daerah Irigasi (DI) Karangtalun dimulai pada 2021 dan selesai pada 2024, dengan total biaya mencapai Rp174,4 miliar.
Anggaran ini digunakan untuk memperbaiki berbagai infrastruktur, seperti kolam olak bendung, saluran primer sepanjang 38 km, saluran sekunder 40 km, saluran tersier, drainase, bangunan irigasi, jalan inspeksi, dan lansekap bendung.
Setelah proyek ini rampung, manfaat yang diperoleh akan sangat signifikan.
Layanan irigasi akan meningkat untuk mendukung lahan seluas 5.159 hektare yang mencakup tiga kabupaten: Magelang, Sleman, dan Bantul.
Harapannya, perbaikan jaringan irigasi ini dapat mendorong peningkatan Indeks Pertanaman (IP) dari 230 persen menjadi 280 persen.
Peningkatan ini diperkirakan akan meningkatkan produksi padi dan palawija dari 68.585 ton menjadi 80.740 ton.
Dengan optimasi irigasi yang lebih baik, produksi rata-rata padi dan palawija di lahan tersebut diperkirakan mencapai 9 ton GKP per hektare, mendukung ketahanan pangan dan kesejahteraan petani.