Rumah Pengering Suryakancana
TABLOIDSINARTANI.COM, Bogor---Kegiatan pasca panen, termasuk dalam mengeringkan hasil panen hingga kini menjadi persoalan tersendiri bagi petani. Apalagi ketika panen pada musim hujan, membuat proses pengeringan menjadi terhambat. Tapi kini ada solusi terbaru yakni dengan rumah pengering.
Seperti diketahui, selama ini dalam proses pengeringan petani masih menggunakan cara konvensional yakni menggunakan sinar matahari secara langsung. Jika hujan turun, maka hasil panen yang dijemur akan dipindahkan dan dimasukkan ke dalam karung. Kemudian akan dijemur kembali saat cuaca cerah.
Kondisi tersebut membuat proses pengeringan memakan waktu cukup lama, bahkan menjadi tidak efisien dan biaya tinggi untuk tenaga kerja. Belum lagi kadang ada gangguan hewan saat penjemuran.
Namun kini persoalan tersebut bisa diminimalisir dengan adanya rumah pengering yang diperkenalkan PT Agricon Sentra Agribisnis Indonesia (ASABI). Rumah pengering yang dinamankan Rumah Pengering Suryakancana ini memanfaatkan efek rumah kaca, sehingga mampu menghasilkan panen yang bisa mengeringan berbagai jenis komoditas pertanian.
Menurut Senior Vice Presiden Agricon Grup, Harland Bernadi, melalui anak perusahaan Agricon yakni PT ASABI, pihaknya membuat sebuah inovasi UV Dryer Suryakancana sebagai solusi bagi petani dan industri dalam proses pengeringan hasil panen. UV Dryer Suryakancana menggunakan metode efek rumah kaca.
“Rumah pengering ini dilengkapi plastik uv yang berfungsi sebagai penghantar panas, sehingga temperatur didalam ruangan dapat terjaga dengan baik,” katanya saat peluncuran Rumah Pengering Suryakancana di Makoerm 061, Bogor, beberapa waktu lalu.
Beberapa keunggulan rumah pengering ini yakni, lebih ramah lingkungan karena tanpa bahan baku listrik, lebih ekonomis dari dryer konvensional, bebas hama tikus dan serangga dan mudah pemeliharaannya, tahan lama hingga 4 tahun.
Selain itu ungkap Harland, rumah pengering Suryakancana juga rendah biaya operasionalnya karena hanya bergantung pada efek rumah kaca. Bahkan dapat dioperasionalkan sepanjang tahun dan untuk berbagai jenis biji-bijian.
Jika gabah yang dijemur, maka kualitasnya menjadi lebih baik. Misalnya, saat panen kadar air gabah mencapai 24 persen. Untuk mengeringkan hingga kadar air 14 persen hanya perlu 2-3 hari sudah kering. “Keuntungan lainnya, petani juga bisa menyewakan rumah pengering, sehingga bisa menambah penghasilan,” katanya.
Manfaatkan Radiasi
Sementara itu GM Asabi, Atang Komara menambahkan, prinsip pemanasan dari Rumah Pengering Suryakancana ini memanfaatkan radiasi yang masuk ke dalam bangunan pengering dan terperangkap bangunan yang berpenutup transparan, sehingga meningkatkan suhu panas dalam bangunan.
“Suhu tersebut digunakan untuk menguapkan air yang terkandung pada hasil panen. Perbedaan suhu di luar bangunan dan di dalam Rumah Pengering Suryakancana berkisar antara 5-10 derajat,” katanya. Dengan bantuan Rumah Pengering Suryakancana, proses pengeringan dapat tetap berjalan walaupun cuaca hujan. Pada saat kondisi cuaca cerah pengeringan dapat dilakukan selama 2-3 hari.
Menurutnya, zat aditif yang terkandung didalam plastik UV memberikan banyak keuntungan lain seperti anti bakterial untuk melindungi hasil panen dari penyebaran bakteri, serangga, dan jamur. Bentuk bangunan yang didesain anti tikus dengan barrier tembok dan wiremesh menambah perlindungan Rumah Pengering Suryakancana.
Cara aplikasi menggunakan Rumah Pengering Suryakancana. Pertama, droppingdan spreading. Hamparkan gabah basah (sekitar 25% kadar air) pada permukaan lantai, kemudian ratakan ketebalannya. Semakin tipis hamparan maka akan semakin baik proses pengeringannya.
Kedua, pembalikan gabah. Proses pembalikan gabah sangat penting untuk mempercepat proses pengeringan, terutama setelah 30 menit pertama pengeringan. Sebab, saat itulah laju pengeringan berada di fase tertinggi. Selanjutnya, lakukan pembalikan setiap 2 jam. “Dengan menggunakan Rumah Pengering Surya Kancana proses pengeringan hasil panen dapat menjadi lebih efektif dan efisien,” ujarnya.
Rumah Pengering Suryakancana dijual dengan harga Rp 220 juta. Bagi petani tidak lah murah. Seperti diakui Dadih, Ketua Gapoktan Sinar Wangi, Desa Bumi Wangi, Pelabuhan Ratu, Sukabumi. Dengan berbagai kelebihan Rumah Pengering tersebut, ia berharap pemerintah memberikan bantuan ke petani untuk meningkatkan mutu hasil paen.