TABLOIDSINARTANI.COM Tangerang Selatan --- Kebutuhan daging dan telur ayam yang terus meningkat membuat peluang bisnis peternakan ayam memiliki prospek yang menjanjikan. Hal itu menjadi alasan Muhammad Rifqi Zuhdi yang masih duduk dibangku kuliah untuk terjun menjadi peternak sejak akhir 2021 lalu. Seperti apa peternak milenial ini membangun usahanya?
Dunia peternakan bisa dibilang bukan hal baru bagi Muhammad Rifqi Zuhdi. Mahasiswa Jurusan Agribisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah ini memang besar dilingkungan keluarga peternak ayam petelur. Bahkan beberapa saudaranya merupakan peternak ayam petelur berkapasitas 10.000 ekor.
Sebelum terjun ke dunia peternakan, Zuhdi merupakan penggiat urban farming. Sesuai dengan disiplin ilmu yang diambilnya saat ini, Zuhdi mengaku mulai terjun ke dunia urban farming sejak masih kuliah di semester 3.
“Sebelum memutuskan menjadi peternak ayam, saya bergerak dibidang urban farming yaitu dengan melakukan program pengabdian masyarakat, dan saya juga membentuk suatu komunitas yang bergerak dibidang urban farming, namun akhir-akhir ini lebih memilih untuk memulai bisnis baru di bidang peternakan ayam petelur,” ujar Zuhdi pada Tabloid Sinar Tani (13/2)
Dengan bermodalkan uang Rp 50 juta dan menjual sepeda motor kesayangannya, Zuhdi mulai merintis usaha peternakan ayam di lahan 24 m2; di daerah Gunung Sindur. Bukan hanya itu, kegagalan menjalankan usaha reseller telur ayam dan ayam potong bersama ke 2 orang temannya juga menjadi pelajaran bagi Zuhdi dalam membangun usahanya ini.
“Sebelum mendirikan peternakan ayam petelur, saya dengan 2 orang teman mencoba berbisnis sebagai reseller telur ayam dan ayam potong. Namun setelah 5 bulan menjalankan usaha terpaksa berhenti karena strategi manajemen yang kurang baik, hal ini menjadi bahan evaluasi kedepannya untuk meminimalisir resiko yang terjadi dalam menjalankan usaha,” ujar mahasiswa yang sedang menyelesaikan tugas akhir ini.
Dari kandangnya, Zuhdi saat ini sudah bisa menghasilkan 10 kg telur ayam setiap harinya. Karena kapasitas produksi yang masih kecil, penjualan telur dilakukan langsung kepada end user yang kebanyakan adalah kalangan rumah tangga.
Berbekal ilmu yang dipelajari di kampus, usaha yang dijalankan menjadi praktik nyata untuk mengasah potensi soft skill dan hard skill yang dimiliki. Berbagai kendala dan permasalahan yang ditemukan dijadikan sebagai suatu pelajaran agar bisa lebih baik dalam menjalankan usaha ini. Zuhdi mengajak anak muda untuk berusaha dan jangan malu untuk menjadi petani milenial.
“Jangan pernah takut untuk mencoba hal baru, karena sesungguhnya kita tidak akan tahu apa yang akan terjadi kedepannya,” ungkap Zuhdi.