TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta –-Siapa sangka, kelor yang dianggap mistik oleh sebagian masyarakat ternyata memiliki banyak manfaat. Ditangan Dudi Krisnadi, daun kelor yang kaya dengan mineral dan antioksidan disulap menjadi berbagai produk kaya manfaat salah satunya untuk mengatasi stunting di masyarakat.
Dibalik kesan mistik yang selalu mendampingi tanaman kelor, ternyata ada banyak manfaat untuk kesehatan. Selain antioksidan, tanaman yang satu ini diketahui mengandung vitamin dan mineral, antara lain vitamin B6, vitamin B2, vitamin C, vitamin A, zat besi, dan magnesium.
Berbagai kandungan pada kelor itulah yang mengantarkan Pemilik Moringa Organik Indonesia (MOI), Dudi Krisnadi mencoba mengembangkan dan manfaatkannya untuk masyarakat.
“Saya dekat dengan kelor karena waktu itu saya melihat kantong-kantong kemiskinan dan kekurangan gizi ada di sekitar hutan. Tadinya niatnya agar masyarakat sekitar hutan sehat sehingga bisa bekerja dan berpendapatan lebih baik serta tidak merabah hutan. Dan yang paling pas itu menggunakan kelor berdasarkan pengalaman negara-negara di Afrika.” ujarnya.
Lebih lanjut, Dudi yang mulai berkecimpung dengan kelor sejak 2010 ini menceritakan bahwa lewat Kelor Indonesia (Kelorina) ia mencoba memperkenalkan kelor dalam mengatasi malnutrisi yang saat itu sedang marak di masyarakat.
“Saya menginisiasi penggunaan kelor, menanam dan memanfatkannya untuk mengatasi malnutrisi,” ungkapnya.
Dalam perjalanan, keuletan Dudi dalam meperkenalkan produk kelor pelan tapi pasti mulai mendapatkan respon positif. Selain di dalam negeri, kelor Indonesia pun juga mulai diakui masyarakat internasional.
“Saya ikut symposium kelor dunia pertama, dengan membawa produk tepung royal moringa. Ternyata mereka kaget lihat kehalusan, warna dan wanginya produk tepung kelor yang saya buat, ditambah lagi kandunganya yang ada pada produk tepung kelor itu sangat tinggi, lebih tinggi dari banyak produk dari produsen lain di dunia.” Ungkapnya.
Semakin banyaknya permintaan, Dudi pun mecoba membuat Perusahaan yang bergerak dalam budidaya dan produk olahan kelor dengan nama Moringan Organik Indonesia (MOI) pada tahun 2015.
“Dengan semakin gencarnya pemberitaan tentang kelor, makin banyak Masyarakat yang melirik dan menanam. Bahkan banyak juga yang belajar ke tempat kami di Blora, dan sepulang darisana mereka mengembangkan di daerah masing-masing,” tambahnya.
Bila pada awalnya kampanye kelor yang dilakukan Dudi terkait Malnutrisi, saat ini Dudi juga mengkampanyakan kelor untuk menangani stunting.
“Dengan kandungan yang ada dalam kelor ini, kelor digunakan untuk mengatasi stunting di banyak negara. Dan saya mengembangkan kelor untuk menanganai stunting di Indonesia bekerjasama dengan Pemerintah dalam hal ini lewat Puskemas, BKKBN dan lain sebagainya,” jelas Dudi.
Agar dapat diterima masyarakat, Dudi membuat berbagai produk olahan dari kelor. Mulai dari tepung, teh hingga es krim.
“Tepung daun kelor ini bisa sebagai bahan pembuat makanan seperti kue, mie dan lain sebagainya. Sedangkan untuk teh, saya buat karena melihat anak muda sekarang suka minum teh produk dari luar. Karena itu saya buat the dengan rasa lebih enak dan pastinya lebih sehat karena kandungan nutrisi yang jauh lebih tinggi,” ungkapnya.
Tepung kelor ditawarkan Dudi dengan harga Rp 85 ribu per pack 250 gram. Sedangkan untuk teh ditawarkan dengan harga mulai dari Rp 35 ribu per pack isi 15 kantung.
Menurut Dudi yang paling sulit dalam memasyarakatkan kelor ialah merubah mainset masyarakat tetang kelor. Banyak cara coba dilakukan mulai dari menarakan kelor dengan nama berbeda, hingga dukungan dari para tokoh yang kerap mengkampanyekan kelor bagus untuk mengatasi stunting.
“Dan ketika BPOM mengeluarkan izin edar, kepada produk kelor itu dampaknya sangat luar biasa,” tambahnya.
Dengan berbagai kandungan yang ada pada kelor, Dudi berharap Pemerintah lebih memberikan dukungan yang ekslusif terhadap kelor sehingga bisa sebagai sumber asupan nutrisi bangsa.
“Saya akan terus menggalakkan agar kelor ditanam dan dimanfaatkan secara luas oleh rakyat Indonesia.” ungkapnya
,