TABLOIDSINARTANI.COM, Boyolali --- Tak hanya menggenjot produksi bawang merah di hulu saja, pemanfaatan pengolahan pasca panen seperti bawang goreng menjadi prospektif untuk dikembangkan di daerah, salah satunya Boyolali yang kini tengah bersiap-siap
Siapa yang tidak mengenal bawang goreng?. Banyak panganan yang tidak sedap jika tidak memakai bawang goreng. Karena banyak dibutuhkan, pengolahan lanjutan dari bawang merah tersebut sangat memguntungkan jika diolah langsung oleh petani, terutama pada saat musim panen.
Usaha pengolahan bawang goreng tentunya dapat meningkatkan daya saing dan nilai tambah produk hortikultura.
Menyadari hal tersebut, setiap tahunnya pemerintah telah memberikan fasilitasi sarana peralatan pengolahan hasil bawang merah dan cabai.
Fasilitas ini diberikan kepada kelompok tani atau kelompok wanita tani di seluruh wilayah Indonesia melalui dana APBN 2018 yang dialokasikan pada Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten/Kota.
Salah satu kelompok tani penerima sarana peralatan pengolahan tersebut tahun ini adalah Kelompok tani Maju Tani berlokasi Desa Mliwis Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali.
Meskipun usaha bawang goreng baru berjalan 3 tahun, namun sudah mampu membantu masyarakat sekitarnya.
Setiap hari para ibu rumah tangga bisa mengupas bawang merah sebanyak 10 kg per hari. Proses pengerjaan bawang goreng ini melibatkan 45 rumah tangga yang tergabung sebagai anggota di Kelompok tani Maju Tani.
Suwarjo, anggota Poktan Maju Tani berujar bahwa usaha pengolahan bawang goreng ini menjadi andalan kelompok dalam mengangkat pendapatan masyarakat. Dalam proses pengolahan bawang goreng membutuhan bahan baku sebanyak 450 kg per hari atau 13,5 ton per bulan.
Bahan baku diperoleh melalui perantara para pengumpul dari Kabupaten Brebes, Batu, Tulungagung, Garut dan sekitar Boyolali tergantung pada musim panen daerah masing-masing.
Bahan baku bawang sebanyak 70 – 75 peesen diperoleh dari Kabupaten Garut dan Kabupaten Batu - Malang dengan harga Rp 13.000 - sampai Rp 14.000.
Dari usaha olahan bawang merah, masing - masing kelompok bisa memperoleh pendapatan bersih sebesar Rp 3.000 - per kg.
Bawang goreng curah tanpa spinner dijual kepada pengumpul dengan harga Rp 70.000 per kg kemudian pengumpul menjual kembali kepada warung-warung, dan pedagang keliling.
Sedangkan bawang goreng grade A yang menggunakan spinner dijual dengan harga Rp 90.000 per kg ke produsen langsung.
Selain itu kelompok tani ini juga menjual bentuk kemasan 85 gram yang dijual dengan harga Rp 9.000 dan dipasarkan di kios atau warung sekitar.
Pemerintah telah memberikan bantuan kepada kelompoktani Maju Tani berupa sarana peralatan pengolahan bawang merah terdiri atas alat pengupas, alat perajang, mesin penggorengan, alat peniris minyak (spinner), baskom, perlengkapan kompor, mesin pengemas, generator set, meja kerja, dan sealer dengan gas.
Kelompok ini juga telah mengikuti bimbingan teknologi pengolahan yang diselenggarakan oleh Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura tahun 2018 berikut pendampingan oleh Dinas Pertanian dan Perkebunan Propinsi Jawa Tengah.
"Sehingga produk olahan bawang goreng bisa terus maju dan berkembang dan bisa meningkatkan pendapatan masyarakat dari usaha olahan bawang goreng di Kabupaten Boyolali. Saya berharap kedepan Kementerian Pertanian dapat membantu kelompok tani lain agar produk olahan bawang goreng menjadi ikon Kabupaten Boyolali", ujar anggota Komisi 2 Bidang Pendapatan DPRD Kabupaten Boyolali Joko Maryanto
Sementara itu, Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian Kabupaten Boyolali, Supardi menyampaikan juga bahwa produksi bawang tersebut masih banyak dijual dalam bentuk segar.
"Produksi bawang tersebut masih banyak dijual dalam bentuk segar dan belum mengalami pengolahan. Dengan adanya bantuan alat pengolahan diharapkan akan menjadi stimulan bagi petani untuk lebih menggiatkan pengolahan bawang merah", ujar Supardi.
Kelompok Tani Maju Tani merupakan salah satu binaan Dinas yang diharapkan bisa menjadi berkembang dan menjadi motivasi bagi kelompok tani pengolah yang lain.