TABLOIDSINARTANI.COM, Cianjur --- Usaha budidaya jamur hingga sekarang masih tetap ngetrend. Bahkan jika serius digeluti, bisa berpeluang ekspor.
“Saat ini usaha jamur jauh lebih baik jika dibanding tahun-tahun sebelumnya. Dapat dilihat dari menjamurnya pelaku usaha jamur baik dalam hal budidaya, pasarnya sampai pengolahannya," ungkap salah satu pelaku usaha jamur tiram di Cianjur, Kelompok Tani Asa Agro, Bahtiar.
Tren perubahan pola konsumsi sebagian masyarakat telah menempatkan jamur sebagai salah satu pangan alternatif yang digemari.
Kini di kota-kota besar di pulau Jawa sudah menjamur restoran berbahan baku jamur. Jamur ini telah banyak diolah menjadi berbagai varian masakan aneka jamur, keripik jamur, dan lain-lain.
Pelaku bisnis restoran, katering maupun hotel-hotel di berbagai daerah mulai banyak membutuhkan jamur untuk memanjakan konsumen mereka.
Menurut informasi dari Asosiasi Petani Jamur (APJ), setiap hari Jakarta mampu menyerap lebih dari 10 ton jamur.
Adapun tingkat konsumsi jamur Indonesia di tahun 2018 diperkirakan mencapai sekitar 47.753 ton dengan tingkat konsumsi mencapai 0,18 kg per kapita per tahun. Sedangkan produksi Indonesia diperkirakan mencapai 37.020 ton.
Sehingga peluang permintaan pasar dalam negeri masih bisa terus ditingkatkan seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan tingkat konsumsi jamur perkapita pertahun
Meningkatnya produksi jamur nasional dapat dijadikan andalan untuk memenuhi gizi keluarga. Serta menjadi peluang terbukanya potensi pasar dalam negeri dan ekspor ke mancanegara.
Saat ini produsen jamur tiram paling besar terdapat di Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan. Sentra produksi jamur merang terpusat di wilayah Pantura Jawa Barat, seperti Karawang, Subang, Purwakarta. Sementara itu sentra-sentra lain mulai bermunculan di seluruh wilayah nusantara.
Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Ditjen Hotikultura, Prihasto Setyanto membenarkan potensi pengembangan Jamur yang semakin prospektif.
"Pemerintah berkomitmen mendukung pengembangan sayuran eksotik baik di tingkat on farm maupun off farm untuk meningkatkan produksi jamur di Indonesia. Kami juga permudah proses perizinan ekspornya", ujarnya.
Menurut FAOStat pada 2016, produksi jamur dunia mencapai 10.790.859 ton. Lima negara produsen terbesar adalah China dengan produksi sebanyak 7.797.929 ton, diikuti oleh Italia, USA, Belanda, Polandia.
Sedangkan produksi jamur Indonesia menduduki peringkat ke 15 dunia dengan produksi sebesar 40.906 ton walaupun masih di bawah Australia sebanyak 50.387 ton.
Namun produksi Indonesia masih lebih tinggi dibanding India, Korea Selatan dan Vietnam.
Anton menjelaskan produksi jamur Indonesia mencapai rata-rata 38.679 ton per tahun dengan volume ekspornya sebanyak 5 ribu ton lebih.
Bahkan jamur membantu menyumbang devisa lebih dari 9 juta dollar setahun. "Pasarnya sudah merambah ke Timor Leste, Hongkong, Malaysia, Oman, Rusia, Saudi Arabia, Singapore, USA, Vietnam", tambahnya.
Adapun Negara - negara pengkonsumsi jamur di dunia antara lain Amerika Serikat, Jepang, China, Korea Selatan, Jepang, Hongkong, Kanada, Belanda, Jerman.
Tingkat konsumsi jamur di Eropa rata-rata sebesar 1,5 kg per kapita setiap tahunnya. Sedangkan Amerika Serikat sekitar 0,5 kg per kapita per tahun.
Tahun 2007 Indonesia masuk ke dalam 5 besar negara eksportir jamur kalengan dengan ekspor sebanyak 18.392 ton, ke negara Jerman, Rusia, USA, Jepang bersama China, Belanda, Spanyol, dan Perancis.
Selama ini kebanyakan jamur yang diekspor dari genus Agaricus yaitu jamur berbentuk kancing (Agaricus bisporus). Pasar ekspor jamur terbesar Indonesia adalah USA dan bisa mencapai 70 persen dari total ekspor jamur.