TABLOIDSINARTANI.COM, Malang--Meletusnya Gunung Kelud di tahun 2014 telah menimbulkan banyak kerugian bagi masyarakat yang terkena dampaknya, termasuk petani jamur. Namun ada hikmah di balik itu semua. Salah satunya, Zainul Abidin.
Pasca meletusnya Gunung Kelud, Zainul yang awalnya adalah pegawai bank, kini beralih profesi menjadi enterpreneur jamur. Jika melihat perjalanan usahanya, usaha jamur yang ditekuni sarjana Ekonomi ini tidak pernah diniatkan sebelumnya.
Awal mengenal dunia jamur saat ia menjadi aktivis lingkungan di Ngantang. “Pada 2014 ketika Gunung Kelud meletus, banyak petani jamur yang usahanya mati, sehingga saya membina petani jamur di lingkungan Ngantang,” ucap Zainul.
Modal didapat Zainul setelah memenangkan perlombaan tentang pemberdayaan masyarakat. Ia mendapat dana hibah dari suatu bank di Jakarta. Program yang diajukan Zainul yaitu membuat pelatihan terkait dengan pemberdayaan petani jamur di Malang dengan nama Sekolah Jamur Nusantara. Kemudian terciptalah branding Jamur Nusantara.
Baca juga:
Bekerja sama dengan dinas pertanian, Zainul memberikan pelatihan-pelatihan terkait dengan manajemen pemasaran, keuangan, dan teknik budidaya jamur tiram selama dua tahun. Karena seringnya berinteraksi dengan petani jamur, baru pada tahun 2016 Zainul tertarik berwirausaha di bidang tersebut. “Bertani jamur itu unik, bisa panen setiap hari dan harganya cenderung stabil. Dari situlah saya melihat usaha jamur sangat potensial,” tambahnya.
Sejak 2017, Zainul juga berprofesi pelaku usaha jamur, sekaligus pendamping UMKM dalam hal permodalan, perizinan, produksi hingga sumber dayanya. Sampai saat ini, Zainul bekerja dalam tim beranggotakan dua orang yang berbagi tugas untuk bagian produksi dan pemasaran
Dengan bendera Jamur Nusantara, Zainul sekarang memiliki dua produk unggulan yaitu nutrisi natural untuk jamur dan baglog jamur tiram. Bahkan menurutnya, nutrisi jamur sekarang pangsa pasarnya sudah seluruh Indonesia, hampir setiap hari ia mengirim produknya tersebut. Untuk Februari ini, sudah ada 200 botol yang dikirimkan ke seluruh Indonesia,” ujarnya. Omset yang didapat dari produk nutrisi jamur satu bulannya rata-rata Rp 10 juta.
Zainul memproduksi jamur tiram segar kurang lebih sekitar 3000-5000-an baglog untuk dijual ke pengepul. Harga 1 kg jamur segar yaitu Rp 10 ribu. Sedangkan untuk ukuran perbaglog harganya Rp 2.500.
Dengan berkembangannya media online, Zainul pun terjun ke dunia digital. Pemasaran produk nutrisi jamur ia lakukan menggunakan media website, facebook dan instagram. Dengan mamanfaatkan media online, jangkauan pasarnya lebih luas. Apalagi pasar nutrisi jamur adalah petani jamur di seluruh Indonesia. Sedangkan untuk baglog jamur tiram dari mulut ke mulut saja karena pangsa pasar masih hanya untuk lokal.
Antisipasi cuaca
Selama berwirausaha jamur, tentunya Zainul pernah mengalami kendala. Misalnya, Oktober lalu baglog jamurnya gagal akibat suhu yang terlalu dingin di Malang. Namun kerugian tersebut bisa tertutupi karena ia juga memproduksi nutrisi jamur.
“Saya menggunakan sistem silang keuntungan, kerugian baglog ditutupi dengan keuntungan dari nutrisi jamur untuk mengatasinya. Sedangkan untuk produksi nutrisi jamur sejauh ini tidak ada masalah,” tuturnya.
Kendala lainnya adalah dalam pemasaran. Saat hari besar seperti Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha, Zainul mengaku pasar jamur tiram turun. Penyebabnya karena masyarakat cenderung menyukai makanan lain seperti daging dan pedagang yang tutup. “Solusinya, kami membuat produk olahan misalnya seperti jamur krispi, abon jamur, dan macam-macam lainnya,” ujar Zainul.
Selain itu, kesulitan yang dialami Zainul saat ini juga terkait dengan modal untuk pengembangan usaha. Apalagi rencana ke depan ia ingin memperbesar usahanya menjadi supplier produk peralatan/perlengkapan pembibitan jamur. “Rantai nilai dari serbuk kayu sampai olahan jamur semuanya dapat diuangkan, namun kami belum bisa mengcover semuanya,” tambahnya.
Selain itu, banyak petani yang membutuhkan modal untuk pengembangan usaha jamurnya. Zainul berharap adanya perhatian khusus untuk petani jamur di Indonesia. “Selama ini kan bantuan pemerintah untuk petani jamur belum ada, tidak seperti tanaman lain seperti bantuan kepada petani bawang merah, cabai, padi itu pasti ada,” katanya.