Cokelat Umnia yang berawal dari coba coba jadi serius dan peluang yang menggiurkan
TABLOIDSINARTANI.COM, Tangerang --- Paling enak memang menekuni bisnis dari sebuah hobi. Apalagi kalau hobi makanan, seperti cokelat bisa mendatangkan bisnis yang lumer dan menggiurkan.
Seperti yang dilakukan wanita berdarah Padang-Yogyakarta, Nikita Ayu Nastiti, mencoba merintis usaha dark cokelat.
Dirinya sangat suka mengkonsumsi susu, es krim dan cokelat dari kecil. “Dari ketiganya (susu, es krim dan cokelat), saya pilih berbisnis makanan cokelat. Kenapa? Karena cokelat lebih tahan lama (awet), dibandingkan susu dan es krim,” jelasnya saat diwawancara Sinar Tani.
Dengan menggunakan bahan baku cokelat dari Yogyakarta, Nikita menuturkan cokelat asal Yogyakarta rasanya lebih enak dan wanginya lebih tajam. “Selain itu, saya juga banyak jaringan di sana. Makanya lebih mudah untuk mendapatkan bahan bakunya,” jelasnya.
Dirinya memproduksi dark cokelat kemasan setiap dua hari sekali. Untuk kemasan kecil sebanyak 72 buah dengan kakao yang dibutuhkan sebanyak 2-3 kg, sedangkan untuk yang kemasan besar sebanyak 60 buah dengan kakao yang dibutuhkan 5-6 kg.
“Saya ini menjual dalam 2 kemasan. Kemasan kecil beratnya 35 gram dan kemasan besar beratnya 65 gram. Lalu persentase kandungan cokelatnya bermacam-macam. Ada yang 65 persen, 56 persen dan 33 persen. Rencanannya kami akan menjual yang kandungan cokelatnya 70 persen,” terang Nikita.
Harganya bermacam-macam. Untuk yang kemasan kecil dijual Rp 8.500, dark cokelat 33 persen dijual Rp 15.300, dark cokelat 56 persen dijual Rp 34.800 dan dark cokelat 65 persen dijual Rp 38.800.
Dark cokelat merek Umnia ini dijual di gerai 212 Mart dan Ikhlas Mart. Selain itu, dijual juga dengan via onlineshop.
“Dark cokelat Umnia ini pernah ada yang membawanya ke Thailand dan Malaysia, ternyata laku. Jadi ya rencana kedepan ingin ekspansi ke negara-negara lain juga,” kata Nikita.
Dengan memasok ke minimarket sebulannya sebanyak 7 lusin (5 lusin 35 gram dan 2 lusin 65 gram) serta penjualan via onlienshop, Nikita mampu mengantongi keuntungan kotornya Rp 5-10 juta per bulan.
Bagaimana rencana kedepannya? Rencananya dark cokelat Umnia ini ingin membuka peluang yang lebih lebar lagi, yakni dengan menjual produk-produk lainnya.
“Saya nanti ingin menjual minuman cokelat, es krim cokelat, produk kecantikan berbahan baku cokelat (masker dan lulur), susu kedelai dan es krim susu kedelai. Tidak hanya itu, saya juga ingin membuka café yang didalamnya menjual makanan-minuman berbahan baku cokelat,” harap Nikita.
Jatuh Bangun
Usaha dark cokelat yang dirintis bersama adiknya ini sudah berjalan sejak tahun 2016, tetapi baru hanya mendapatkan sertifikat P-IRT. Baru ketika tahun 2018, dark cokelat dengan nama merk-nya adalah ‘Umnia’ mendapatkan sertifikat P-IRT dan halal.
“Usaha pertama kali saya jalankan di Yogyakarta karena saya kuliah di sana. Berhubung saya pindah ke Tangerang, sekarang dapur usaha dark cokelat Umnia ini dipindahkan ke Tangerang. Makanya saya kembali mengurus P-IRT dan sekalian mengajukan sertifikat halal. Alhamdulillah di tahun 2018, kedua sertifikat tersebut saya dapatkan. Sekarang produk saya jadi legal,” papar wanita lulusan Psikologi UII Yogyakarta.
Awalnya merk dark cokelat buatan Nikita dinamai Umi karena bermakna Ibu yang diharapkan bisnisnya akan lebih barokah.
Tetapi ternyata sudah ada produk yang bernama Umi. Akhirnya mengganti merknya menjadi Umnia yang artinya pemberian sehingga diharapkan rejeki yang diperoleh selalu halal dan barokah.
Diakui Nikita, Niat awal merintis usaha di dunia percokelatan bukan hanya sebatas mendapatkan keuntungan semata, melainkan mempunyai cita-cita untuk membahagiakan kedua orangtuanya.
“Saya memang jatuh-bangun membangun bisnis ini, tetapi dibalik keterpurukan saya selalu ingat dengan orang tua. Makanya usaha bangun usaha ini dengan sungguh-sungguh karena cita-cita saya ingin membahagikan kedua orang tua,” terang Nikita yang saat ini berusia 25 tahun.
Karena itu, dirinya bukan hanya mementingkan keuntungan semata, 10 persen keuntungan penjualannya akan disedekahkan ke orang-orang yang membutuhkan.
"Dengan tagline ‘Berbisnis Sekaligus Beribadah’, Saya ingin berbagi kebahagian dengan orang lain. Makanya sebagian labanya saya sedekahkan,” terang Nikita.