Lokasi penginapan di wisata Gunung Luhur | Sumber Foto:Iqbal
TABLOIDSINARTANI.COM, Lebak---Ingin liburan yang berbeda? Yuk menikmati awan di puncak Gunung Luhur. Kawasan wisata yang terletak di Desa Citorek Kidul, Kecamatan Cibeber, kini menjadi desa wisata favorit warga ibukota Jakarta dan sekitarnya untuk merasakan tinggal di “negeri di atas awan”.
Lokasinya hanya berjarak 120 kilometer dari Jakarta yaitu di Kabupaten Lebak Banten. Pengunjung banyak yang datang ke tempat ini untuk menikmati pesona gumpalan awan dari atas Gunung Luhur yang masih menjadi bagian kawasan Gunung Salak Halimun ini.
Berada di ketinggian 1084 meter di atas permukaan laut, lokasi wisata ini cukup sejuk ditambah dengan pemandangan yang indah yaitu hamparan sawah hijau sepanjang mata memandang. Pengunjung sengaja datang ke tempat ini untuk menantikan datangnya sunrise dan penampakan gumpalan indah pada pagi hari mulai pukul 06.00 sampai 07.00 WIB.
Bagi yang ingin menikmati sunrise, pengunjung datang pada sore hari dan menginap di beberapa penginapan yang telah disediakan pengelola kawasan tersebut. Bagi wisatawan yang koceknya kurang tebal, pengelola kawasan menyediakan lahan seluas kurang lebih 1 ha untuk menginap murah meriah dengan menyewakan tenda.
Untuk sewa penginapan, pengunjung harus mengeluarkan kocek Rp 150 – 300 ribu. Sedangkan penyewaan tenda pengunjung hanya perlu membayar Rp 50 ribu/malam.
Selain penginapan, kawasan ini juga dilengkapi dengan warung kecil yang menyediakan berbagai jenis makanan untuk pengunjung. Bahkan pemerintah Provinsi Banten akan melengkapi kawasan itu dengan masjid dengan luas 5.000 meter persegi yang pembangunannya sedang dikerjakan dengan menggunakan APBD Provinsi tersebut.
Dikelola BUMDesa
Pengembangan Wisata Desa dapat mendongkrak ekonomi masyarakat dan akses sarana prasarana yang dibutuhkan. Salah satu peran BUMDes adalah membantu pengembangan Desa Wisata di masing-masing daerah. Pemerintah melalui Kementrian Desa mendorong pembentukan BUMDes, terutama yang memiliki potensi sebagai tempat wisata.
Pengelolaan kawasan desa wisata ini sejak awal dilakukan BUMDes Citorek yang didirikan aparat Desa Citorek Kidul dengan persetujuan beberapa sesepuh desa tersebut.
Pengelola menggandeng warga desa untuk menjadi pemilik usaha di kawasan tersebut. Tujuannya untuk mengangkat perekonomian masyarakat yang mayoritas pekerjaannya petani. Sinergitas ini memberikan dampak positif karena dapat memberikan alternatif pemasukan bagi warga sekitar.
Pemasukan yang diterima BUMDes sebagai pengelola adalah tiket masuk kawasan gunung luhur sebesar Rp. 10.000/orang. Bagi pengunjung dipungut biaya parkir dan keamanan kendaraan sebesar R[ 2.000 untuk motor dan Rp 5.000 untuk mobil. Ada juga toilet berbayar yang disediakan dengan tarif Rp 2.000.
Semua petugas penjaga tiket dan parker direkrut dari warga desa sehingga dapat menciptakan lapangan kerja baru. Untuk penginapan dan kios-kios, BUMDes menggandeng warga dengan sistem bagi hasil.
Pengelola hanya menyediakan lahan, warga yang membangun penginapan dan kios-kios tersebut dengan uang sendiri. Pemilik kios dan penginapan hanya dikenai biaya penggunaan listrik dan air sebesar Rp 25 ribu/minggu.
Untuk penginapan, pemilik harus menyetor sebesar 20 persen dari tarif pengunjung yang menginap. Untuk kamar dengan ukuran 1,5 x 2 meter tarif sebesar Rp 200 ribu, maka yang harus disetorkan adalah sebesar Rp 40 Ribu.
Iwan, salah satu pemilik kios dan penginapan Saung Kuring menceritakan kepada Tabloid Sinar Tani bahwa dirinya mengeluarkan uang sebesar Rp 10 juta untuk membangun kios dan penginapan dengan ukuran 2 x 10 meter tersebut.
Setiap minggu ia hanya membayar uang listrik dan air sebesar Rp 25 ribu. Sedangkan jika ada tamu yang menginap ia harus menyisihkan sebesar 20 persen dari tarif penginapan sebesar Rp 150.000 untuk disetorkan ke kas BUMdes. “Model bagi hasil ini lebih fair, karena pemilik penginapan hanya akan membayar jika ada tamu yang menginap, kalo tidak ada tidak perlu setor,” kata Iwan.
--