Selama libur Lebaran banyak pemudik memburu oleh-oleh dari Kampung | Sumber Foto:Julian
TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta---Hari Raya Idul Fitri menjadi momen paling membahagian bagi kaum muslimin. Bahkan dianggap sebagai hari kemenangan setelah berpuasa selama sebulan. Momen tersebut menjadi ajang silahturahim ke keluarga, terutama yang tinggal jauh. Bukan hanya untuk mengobati rasa kangen, tapi juga melepaskan diri dari kesibukan pekerjaan.
Bagi perantau yang bekerja di Ibukota atau kota-kota besar, mudik atau balik kampung menjadi sebuah aktivitas yang tak boleh terlewatkan saat Lebaran. Pemerintah pun memfasilitasi dengan memberikan dengan menambah waktu cuti lebaran. Pada tahun ini, cuti bersama berlangsung dari 19-25 April 2023. Lamanya waktu liburan itulah dimanfaatkan masyarakat untuk balik kampung.
Tahun ini, Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi memperkirakan jumlah pemudik Lebaran 2023 mencapai 123,8 juta orang. Angka itu naik dari 85,5 juta orang dibandingkan Lebaran 2022. Guna mengantisipasi jumlah pemudik yang sangat besar tersebut, pemerintah tak bisa tinggal diam, termasuk rekayasa perjalanan arus mudik. Berbagai moda transportasi dipersiapkan. Beberapa perusahaan BUMN diminta menggelar Mudik Bareng.
Berburu Oleh-oleh
Mudik selain menjadi momen silaturahmi, juga dimanfaatkan masyarakat untuk memburu oleh-oleh di kampung halaman dan menikmati destinasi wisata. Dengan budaya nusantara yang cukup beragam membuat buah tangan dari kampung juga semakin unik. Wahana rekreasi di daerah juga kian banyak.
Saat libur Lebaran 2023, tim Tabloid Sinar Tani yang juga berkesempatan mudik mencoba berburu buah tangan dan menikmati beberapa wisata kuliner. Di Kabupaten Karanganyar, ada oleh-oleh unik namanya Gethuk Lepi. Gethuk ini berbeda dari umumnya yang hanya terbuat dari singkong, karena terbuat dari campuran umbi porang.
Joko Sutanto, petani porang yang tinggal Desa Anggrasmanis, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, berhasil mengolah umbi porang menjadi gethuk. Nama Lepi diambil dari usaha yang sebelumnya digeluti Joko yakni Lemon dan Sapi. Karena permintaan umbi porang sempat booming, Joko dan banyak petani akhirnya tergiur untuk membudidayakan tanaman tersebut.
Sayangnya pasar tak mampu menyerap semua umbi porang. Akhirnya Joko berinisiatif mengolah umbi porang menjadi gethuk dengan memadukan bahan baku singkong. Tiap kemasan Gethuk Porang Lepi yang dijual Joko berisi 12 potong gethuk dengan harga Rp 16.000/dus.
Di Kabupaten Purworejo juga ada produk unik lainnya, namanya Bithok (Bir Plethok). Mendengar bir pletok, pastinya yang terbayang adalah minuman khas masyarakat Betawi (Jakarta). Minuman berbahan baku rempah ini memang sudah menjadi brand tersendiri bagi warga Ibukota Negara sejak lama, bahkan ketika bangsa Indonesia ini masih dijajah Belanda.
Tapi dengan perkembangan zaman dan terbukti khasiat kesehatan, beberapa daerah juga mengembangkan minuman rempah tersebut. Salah satunya Kelompok Wanita Tani (KWT) Putri Candi di Kabupaten Purworejo yang memproduksi Bithok .
Kepada Tabloid Sinar Tani, Wakil Ketua KWT Putri Candi, Suwarni menceritakan alasannya memproduksi bir pletok, karena bahan baku mudah didapatkan. Misalnya, jahe, kayu manis, kapulaga, kayu secang, daun pandan, daun jeruk wangi, cengkeh, serai dan cabe Jawa. Setidaknya ada 10 macam rempah yang semuanya diolah.
Bukan hanya memburu oleh-oleh, pemudik pun memburu kuliner. Baca halaman selanjutnya.