Kamis, 20 Maret 2025


Pasar Tani Agro Cepoko, Sensasi Belanja Buah Petik Sendiri

12 Peb 2025, 15:10 WIBEditor : Herman

Pasar Tani Agro Cepoko

TABLOIDSINARTANI.COM, Semarang – Matahari pagi baru saja naik ketika beberapa ibu-ibu pedagang di Pasar Tani Agro Cepoko mulai menata dagangan mereka. Meja-meja kayu di bawah bangunan kaca yang terang dipenuhi jambu kristal segar dan kelengkeng manis, hasil panen dari kebun yang terletak tak jauh dari sana.

Pasar yang berlokasi di Jl. Raya Cepoko I, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang ini bukan sekadar tempat jual beli buah. Di sinilah hasil panen dari Kebun Buah Agro Cepoko dijual langsung oleh para petani dan keluarganya, menciptakan pengalaman belanja yang lebih dekat dengan sumbernya.

Jika ingin mendapatkan buah yang benar-benar segar, pembeli bisa memilih cara unik memetik langsung dari kebun. Para pedagang, yang kebanyakan adalah istri petani penggarap, akan dengan senang hati mengantar pembeli ke kebun mereka.

Sesampainya di sana, para petani—yang sudah siap dengan alat panen—akan membantu proses pemetikan. “Silakan dipetik sendiri, nanti kami bantu timbang,” ujar Khadirin, salah satu petani yang sudah menggarap kebun ini sejak awal berdiri.

Khadirin menyebutnya sistem 'PETIR'—Petik, Timbang, Bayar. "Jadi pembeli bisa langsung menikmati buah yang baru saja dipetik dari pohon." tegasnya. 

Pasar Tani Agro Cepoko adalah bagian dari kebijakan Pemerintah Kota Semarang dalam memberdayakan petani lokal.

Kebun ini dulunya adalah lahan kelapa yang kurang produktif, sebelum akhirnya disulap menjadi kebun hortikultura pada tahun 2010. Tujuh tahun kemudian, tepatnya pada 2017, kebun ini resmi dibuka sebagai agrowisata oleh Wali Kota Semarang.

Kepala Bidang UPTD Kebun Dinas Pertanian Kota Semarang, Juli Kurniawan, menjelaskan bahwa sistem pengelolaan kebun ini diatur dalam Peraturan Wali Kota No. 30 Tahun 2015, yang mengatur pembagian hasil antara petani dan pemerintah daerah.

“Dari hasil penjualan, 70 persen untuk petani, sementara 30 persen masuk ke PAD (Pendapatan Asli Daerah),” ujarnya.

Kebun seluas 2,7 hektar ini memiliki sekitar 950 pohon buah dengan 15 jenis komoditas, termasuk jambu kristal, kelengkeng, durian, dan berbagai tanaman lainnya.

Infrastruktur di sekitar kebun pun sudah lengkap dengan jalan paving blok, aula besar, gazebo, toilet, musala, serta gedung Pasar Tani yang menjadi pusat penjualan hasil panen.

Sistem ini ternyata cukup menguntungkan bagi petani. Ibu Khadirin, salah satu pedagang di Pasar Tani, mengaku bahwa jambu kristal dan kelengkengnya selalu laris terjual.

“Harga setoran jambu kristal ke pemerintah Rp10.000 per kilogram, lalu kami jual Rp12.500. Dari situ, petani dapat Rp7.000, dan Rp3.000 masuk ke pemerintah. Kalau kelengkeng, harga setoran Rp25.000, kami jual Rp35.000. Selisihnya untuk operasional kebun.” jelasnya. 

Bulan Februari ini menjadi awal panen raya jambu kristal, yang biasanya berlangsung dua kali setahun, yakni Februari-Maret dan Agustus-September. Sedangkan kelengkeng dan beberapa buah lainnya bisa dipanen hampir sepanjang tahun.

Bagi Slamet Widodo, seorang pensiunan PLN yang hobi berkebun, berbelanja di Agro Cepoko bukan hanya sekadar urusan membeli buah.

“Harga di sini tidak jauh beda dengan pasar, bahkan lebih murah. Yang paling menyenangkan, kita bisa metik sendiri dari pohon. Rasanya beda, lebih segar,” katanya sambil tersenyum.

Pasar Tani Agro Cepoko bukan sekadar tempat belanja, tetapi juga pengalaman yang membawa pembeli lebih dekat dengan petani dan proses pertanian.

Dengan harga bersahabat dan kesempatan memetik sendiri, siapa pun yang datang pasti ingin kembali.

Reporter : Djoko W
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018