TABLOIDSINARTANI.COM, Yogyakarta--- Budidaya ikan sistem bioflok yang dikembangkan Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Al Muhsin, Bunder, Banaran Galur, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta telah menuai hasil gemilang. Paket bantuan budidaya sistem bioflok ke pondok pesantren pada tahun 2019 lalu telah panen sebanyak lima kali. Total panen yang dihasilkan dari budidaya sistem bioflok tersebut sebanyak 3 ton.
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto mengatakan, akuakultur merupakan kegiatan yang bersifat ekonomi dan sangat cocok apabila diterapkan di lembaga pendidikan. Seperti pesantren yang menampung banyak santri bisa memanfaatkan budidaya sistem bioflok kepada para santrinya. Budidaya sistem bioflok juga menjadi bekal pengalaman dan pengetahuan bagi para peserta didik di masa yang akan datang.
“Selain menunjang faktor ekonomi, kegiatan ini juga diharapkan dapat berperan dalam peningkatan kualitas SDM yang ada yakni dengan mengenalkan ikan sebagai sumber pangan yang dapat dibudidayakan dan juga menumbuhkan kebiasaan mengonsumsi ikan sejak usia dini kepada masyarakat,” papar Slamet, di Yogyakarta, Selasa (29/9).
Menurut Slamet, peran aktif para santri dan pengurus dalam melakukan usaha budidaya ikan dengan baik, berpotensi meningkatkan perekonomian pondok pesantren dan yayasan. Budidaya sistem bioflok juga berperan sebagai penopang kebutuhan ikan bagi masyarakat di sekitarnya.
“ Apabila potensi ekonomi yang ada dapat digerakkan secara maksimal, kemajuan dan kemandirian pesantren akan dapat dicapai bersama,” ujar Slamet.
Data KKP menyebutkan, pada tahun 2019 KKP telah menggelontorkan 260 paket bantuan budidaya ikan lele/nila sistem bioflok yang tersebar di 32 Provinsi dan 121 Kabupaten/Kota. Nilai bantuannya mencapai Rp 44 miliar. Pada tahun 2020 KKP berencana mendistribusikan bantuan sebanyak 371 paket dengan nilai Rp 73,4 miliar.
Ketua YPI Al Muhsin, Maryanto mengatakan, bantuan budidaya ikan sistem bioflok ini memberikan manfaat yang berlipat, baik bagi yayasan maupun kepada masyarakat sekitar.
“ Dari setiap kegiatan panen yang dilakukan, selain untuk memenuhi kebutuhan konsumsi santri yang mencapai 396 orang, kami selalu menyisihkan hasil panen untuk dibagikan sebagai sedekah kepada masyarakat yang kurang mampu di sekitar yayasan,” kata Maryanto.
Maryanto mengatakan, yayasan juga mengusung konsep keberlanjutan usaha dengan melakukan re-investasi menebar benih di kolam yang telah dipanen. Guna memuluskan langkah ini, pihaknya melakukan kerja sama dengan pelaku usaha budidaya yang dapat menyediakan benih sekaligus membeli hasil panen yang dihasilkan.
Dikatakan, selain menghasilkan ikan, air kolam budidaya bioflok ini juga terintegrasikan dengan tanaman sayuran organik seperti cabai, tomat dan terong. Tanaman sayuran tersebut hasil panennya cukup bagus dan mencukupi untuk menambah gizi dan konsumsi santri.
“ Kami siap apabila diberikan amanat untuk memperluas jumlah kolam yang ada. InsyaAllah memberikan manfaat penambahan gizi yang baik bagi santri maupun masyarakat sekitar,” kata Maryanto.