TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta - Menjelang 100 tahun Kemerdekaan Indonesia perlu dipersiapkan pembangunan nasional dengan baik, termasuk di sektor perikanan, salah satunya di bidang pengolahan dan pemasaran hasil perikanan.
Untuk mempersiapkan hal tersebut, Ikatan Sarjana Perikanan Indonesia (ISPIKANI) mengagas Perikanan Emas 2045 dengan melakukan kajian dan pembahasan mendalam untuk menghasilkan suatu rumusan sebagai sumbangsih pemikiran bagi kesuksesan pembangunan jangka panjang nasional di sektor perikanan.
Upaya tersebut salah satunya dibahas pada Webinar Menuju Perikanan Emas 2045: Pengelolaan Sub Sektor Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan, Jumat (29/7). Kegiatan ini diselenggarakan oleh Pengurus Pusat ISPIKANI bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).
Sekretaris Jenderal ISPIKANI, Kusdiantoro saat membuka webinar series pertama dari 6 series yang direncanakan mengatakan, pengolahan merupakan suatu sub sektor yang sangat strategis dalam pembangunan perikanan. Menurutnya perikanan Indonesia dari sisi produksi sudah cukup baik, namun perlu adanya peningkatan dan determinasi dari sisi pengolahan dan pemasaran.
"Kita ambil hilirnya karena ini merupakan suatu sub sektor yang sangat strategis dalam pembangunan perikanan, yaitu pengolahan dan pemasaran, di mana kita melihat bawasanya kita masih menduduki peringkat delapan sampai dengan sepuluh untuk ekspor perikanan Indonesia. Padahal kita produksinya sudah di posisi kedua untuk penangkapan dan kelima untuk budidaya. Artinya sisi produksinya sudah cukup baik, tetapi bagaimana kita meningkatkan sub sektor pengolahan dan pemasaran," ujarnya.
Kusdiantoro melanjutkan, saat ini telah terjadi peningkatan ekspor, namun produksi perikanan Indonesia untuk ekspor masih untuk pasar tradisional (pasar lama). Dengan demikian, menurutnya perlu dibuat terobosan untuk pasar baru produk perikanan melalui penyelesaian pembahasan masalah tarif dan non tarif ekspor produk perikanan di tingkat bilateral, regional dan internasional.
"Kita melihat selama dua tahun terakhir ada peningkatan ekspor yang sudah cukup baik dilakukan, namun demikian kita juga melihat bawasanya produksi kita untuk ekspor masih untuk pasar-pasar tradisional. Amerika masih menguasai 40 persen, kedua Tiongkok, ketiga Jepang, baru ASEAN dan UE. Artinya kita perlu membuat trobosan baru untuk pasar-pasar baru produk perikanan, di samping produk kita masih berorientasi pada udang yang menguasai hampir 40 persen dari ekspor yang kita hasilkan, disusul oleh tuna, tongkol, cakalang, dan komoditas lainya. Ini suatu gambaran posisi perikanan saat ini dengan adanya kegiatan ini kita membuat suatu desain yaitu Perikanan Emas 2045," tuturnya.
Menurutnya, ISPIKANI mencoba meramu semua pikiran stakeholder di bidang perikanan, baik itu pemerintah, swasta, akademisi, NGO, komunitas perikanan, dan sebagainya, untuk membuat suatu pemikiran dalam merancang suatu cetak biru (blue print) pembangunan perikanan di Tahun 2045. Hal ini merupakan bagian dari upaya ISPIKANI untuk membuat suatu solusi bagaimana dengan adanya perikanan emas 2045,
"Indonesia bisa menguasai pasar ikan dunia, disamping tetap menjadikan perikanan sebagai tuan rumah sendiri yang dapat dimanfaatkan masyarakat indonesia sebagai sumber protein hewani melalui kegiatan Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan. Dengan demikian, diharapkan sektor perikanan dapat berjaya di dalam dan luar negeri, " sebutnya.
Kusdiantoro juga berharap melalui diskusi ini bisa menghasilkan suatu rumusan yg menjadi bahan di dalam proses penyiapan buku Perikanan Emas Tahun 2045 dan menjadi suatu upaya dalam berkontribusi terhadap pembangunan nasional di sektor perikanan.
Diskusi ini diharapkan menghasilkan masukan-masukan yang menguatkan sehingga menjadi suatu momentum dalam mencetakan blue print tahun 2045. Rumusan diskusi selanjutnya disampaikan kepada pihak terkait sebagai bagian dari suatu pemikiran dalam proses perencanaan jangka panjang nasional hingga tahun 2045.
Hadir sebagai keynote speaker pada dikusi ini Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) KKP Artati Widiarti yang berbicara mengenai Kebijakan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Menuju Indonesia Emas 2045.
Menurutnya, intervensi kunci untuk mewujudkan Visi 2045 antara lain perikanan tangkap berkelanjutan berbasis kuota, ekspor berbasis komoditas akuakultur, budidaya perikanan untuk pemberdayaan masyarakat, serta dukungan hilirisasi yang kuat secara bertanggung jawab.
Bertindak sebagai narasumber adalah Dewan Pakar Bidang Pasca Panen Pengolahan Ikan ISPIKANI Prof. Joko Santoso sebagai Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) yang berbicara mengenai Trend Produk Olahan dan Pasar Perikanan Tahun 2045.
Narasumber lainnya adalah Hantowo Tjhia, Law and Regulation Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia (AP5I) juga merupakan Direktur PT. Lola Mina, yang berbicara mengenai Peluang Produk Hasil Perikanan di Pasar Global Tahun 2045. Pembicara terakhir adalah Hendra Sugandhi, pelaku usaha perikanan sekaligus pengurus APINDO dengan mengangkat peluang pasar perikanan tahun 2045.
Sebagai pembahas pada diskusi yang dihadiri hampir 900 peserta ini adalah Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro (UNDIP) Prof. Tri Winarni Agustini serta Ketua Umum Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia (MPHPI) Prof. Nurjanah.
Sebagai informasi, ISPIKANI adalah organisasi profesi di bidang perikanan, yang didirikan pada tanggal 12 Mei 1984. Organisasi ini dibentuk sebagai forum silaturahmi antar sarjana perikanan sehingga mampu memberikan kontribusi pemikiran terhadap kemajuan pembangunan perikanan di Indonesia. Wadah ini lahir sebagai bentuk menggalang potensi segenap sarjana perikanan guna menjadi penggerak pembangunan nasional.
ISPIKANI hadir membawa solusi serta mengedepankan profesionalitas untuk bersama pemerintah dan stakeholder perikanan lainnya memajukan sektor ini. ISPIKANI bertekad untuk turut serta dalam memajukan, mengembangkan dan mengamalkan ilmu perikanan untuk kepentingan pembangunan perikanan nasional.