TABLOIDSINARTANI.COM, Jepara --- Petani garam di Desa Kedungmalang, Kecamatan Kedung, Kabupaten Jepara merasa lesu karena harga garam yang merosot, meskipun stok mereka melimpah.
Para petani garam di Jepara merasa terbebani dengan harga jual garam yang kini turun menjadi sekitar Rp 1000 perkilogram, jauh di bawah kisaran normal Rp 1.200 hingga Rp 1.300 perkilogram.
Mereka menganggap penurunan ini disebabkan oleh stok garam yang masih melimpah di gudang penyimpanan, meskipun sekarang sudah memasuki musim kemarau yang seharusnya menjadi awal produksi garam.
Syuhada (50), seorang petani garam dari Kedungmalang, Kecamatan Kedung, Kabupaten Jepara, mengakui akan pentingnya persiapan pada masa ini untuk memulai proses produksi.
Menurutnya, harga jual garam merosot karena persediaan garam di gudang harus dihabiskan untuk menampung produksi garam musim ini.
"Stok garam di gudang masih banyak, mau tak mau harus dikeluarkan (dijual, red) karena akan ada produksi lagi," kata Syuhada.
Seorang petani garam berpengalaman selama 30 tahun ini mengungkapkan, penurunan harga garam telah terjadi sejak awal Mei 2024, menyebabkan pendapatan para petani merosot.
Menurutnya, penurunan harga disebabkan oleh akumulasi persediaan yang berlebihan, yang mengharuskan penurunan harga untuk menarik pembeli.
Pendapat serupa juga diungkapkan oleh petani garam lainnya di Kedungmalang, Masyhuri (53), yang menyatakan bahwa harga garam saat ini mencapai seribu rupiah per kilogram, jauh di bawah kisaran normal 1.200 hingga 1.300 rupiah per kilogram.
Masyhuri berharap agar harga garam di pasaran bisa kembali stabil menjelang musim produksi garam, sehingga para petani dapat meraih hasil yang memuaskan saat panen garam mendatang.
"Semoga nanti bisa kembali stabil, setidaknya di atas Rp 1000 per kilogram. Bulan Agustus sudah masuk musim panen," ungkapnya.