TABLOIDSINARTANI.COM, Banjar---Berwisata kini bukan hanya dinikmati kalangan masyarakat perkotaan. Bagi masyarakat pedesaan berwisata juga ingin merasakan jalan-jalan menikmati keindahan alam.
Kapan dan dimana pun obyek wisata pasti didatangi pengunjung, baik wisata modern, maupun wisata alam. Wisata menjadi salah satu lokasi tempat belajar juga. Salah satu wisata alam terbaru di Kalimantan Selatan adalah Puncak Arta.
Destinasi wisata alam tersebut berada di Kecamatan Aranio, tepatnya di Desa Tiwingan dan Tambelasari. Masyarakat di dua desa tersebut kini sedang berkompetisi membangun dan memoles lokasi yang dinilai dapat menarik pesona pengunjung.
Beberapa lokasi diantaranya Taman Hutan Raya Tambela, Bukit Tambela, Lembah Kahung, Bukit Alimpung dan Matang Keladan. Paling baru adalah Puncak ARTA (Aranio –Tambela Sari) yang berpintu gerbang di lembah Desa Tambela Sari. Di lokasi tersebut terdapat budidaya ikan keramba dan jaring apung milik masyarakat setempat yang dapat memanjakan mata.
Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Tambela Sari, Agau mengatakan, pengembangan Puncak Arta berawal dari pemikiran tokoh masyarakat dan pemuda yang berwawasan lingkungan, kemudian dipadu dengan masyarakat tani yang tergabung Kelompok Tani Gunung Tinggi dalam membangun dunia ekonomi dari sektor pariwisata.
Dimotori Amang Enggo atau biasa dipanggil Singka, bahkan kalau di Kotabaru dipanggil Ahmad Syahrani, kemudian terjadi kesepakatan untuk bergabung menjadi satu dengan membentuk Pokdarwis Gunung Tinggi. “Amang Enggo adalah pegiat Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau boleh juga disebut sebagai pekerja sosial patikelir karena atas inisiatif sendiri didorong rasa tanggung jawab dan memiliki hutan. Apalagi Amang Enggo tinggal di desa sekitar hutan yang harus dilestarikan serta aman dari gangguan,” tutur Agau.
Puncak Arta bukanlah gunung tapi lebih cocok adalah bukit di gugusan pegunungan Mratus dengan ketinggian di atas 100 meter, namun mengandung misteri unik yang bisa dibuktikan bila pengunjung datang ke Puncak Arta.
Tujuannnya hanya satu kata Amang Singka yang getol memantau kondisi hutan agar aman dari kebakaran hutan, baik ulah tangan jahil maupun kebakaran secara alami akibat kekeringan kemarau panjang.
Rehabilitasi fasilitas
Saat ini masyarakat sedang merehabilitasi jembatan yang membentang di atas sungai Aranio/Riam Kanan menghubungkan Desa Tambela Sari ke Puncang Arta di seberang sungai itu. Untuk menuju lokasi Puncak Arta melalui jalan setapak yang berkelok kelok menelusuri tebing dan ngarai yang landai.
Pengunjung bisa menggunakan jasa ojeg dari pemandu yang sudah siap mengantar pengunjung sampai ke bukit dengan jasa Rp 20 ribu. Saat memasuki lokasi, pengunjung bisa membayar retribusi masuk Rp 5 ribu plus mengisi buku tamu.
Di puncak Arta, pengunjung akan disuguhi panorama indah yakni riak gelombang ombak mengalun air waduk Riam Kanan/PLTA IR. PM. Noor. Diwaduk tersebut akan dapat terlihat berseliweran kapal/kelotok pengangkut penumpang dan barang masyarakat dari desa disekitar danau buatan dari Pelabuhan Tiwingan Lama.
Agau dan Amang Singka mengatakan, jika sudah tertata rapi jembatan penghubung yang masih terbuat dari rangkaian tonggak kayu ulin dan lempengan papan ukuran satu setengah meter diharapkan mampu menjadi salah satu daya tarik wisata alam di desa itu. Memang masih terlihat sederhana, namun sejalan dengan mimpi indah masyarakat Desa Tambela Sari, puncak Arta akan menjelma menjadi obyek wisata alam unggulan.
Beberapa fasilitas yang kini tengah dibangun adalah sarana sanitasi, tempat peristirahatan khas desa atau pondo (dangau) atau saung tani, lokasi kuliner, camping ground, pancuran buatan, serta sarana olah raga. Di lokasi tersebut telah direncanakan budidaya berbagai tanaman hortikultura , baik buah buahan maupunn sayuran.
Puncak Arta menjadi harapan baru bagi masyarakat untuk perbaikan ekonomi pedesaan. Puncak Arta akan menjadi catatan sejarah baru bagi Arnio dan Tambela Sari.