Selasa, 29 April 2025


KWT Srikandhi Raup Rezeki Nomplok Pisang Gablok  

20 Agu 2021, 21:59 WIBEditor : Yulianto

Proses pembuatan kripik pisang gablok

TABLOIDSINARTANI.COM, Bojonegoro---Mungkin tidak banyak yang mengenal jenis pisang gablok. Namun sebagian masyarakat menyebut pisang ini dengan nama gedang gablok. Buah pisang gablok ini hampir mirip dengan pisang kepok, hanya saja ukuranya jauh lebih besar pada saat mentah.

Ciri-cirinya kulit buah berwarna biru langit dan ketika sudah matang. Sedangkan, rasa buahnya agak asam. Pisang jenis ini banyak dimanfaatkan untuk membuat kolak tanpa santan yang biasa disebut dengan setup.

Berawal dari keinginan memberdayakan ibu rumah tanggga dengan membentuk Kelompok Wanita Tani (KWT), Nyunarwati bersama anggota KWT memproduksi kripik pisang gablok yang bisa menambah kocek keuangan keluarga.  Pisang gablok kini menjadi rezeki nomplok bagi emak-emak di daerah tempat tinggalnya.

Ibu rumah tangga yang tinggal di Desa Sambongrejo, Kecamatan Gondang, Kabupaten Bojonegoro, bersama kelompoknya mengolah pisang gablok yang banyak ditanam masyarakat menjadi kripik. “Kami saat itu melihat pisang yang tidak laku dijual. Sementara, kalau dimasak rasanya kecut,” kata  Ketua UPPKS Srikandhi.

Sebelum memproduksi kripik pisang gablok, pada tahun 2014 Nyunarwati mendirikan kelompok wanita tani (KWT) untuk memberikan kegiatan kepada ibu-ibu yang ada di daerah tempat tinggalnya. Awalnya kegiatannya hanya berupa arisan dan belajar pembuatan pupuk organik untuk tananam dipolibag.

Namun pada tahun 2015 ungkapnya, kebetulan ada program pelatihan untuk warga Bojonegoro. Sebagai ketua kelompok, Nyunarwati lantas mengajukan proposal dan disetujui untuk mengolah hasil pertanian. Kemudian anggota kelompok wanita tani tersebut mendapat pelatihan membuat keripik pisang dan emping singkong.

“Waktu itu kami memilih keripik pisang karena masih bisa diolah secara manual. Sejak itu kami mulai membuat olahan produk keripik pisang sampai sekarang,” katanya. Bahkan kini menurutnya, tetangga desa juga tertarik mengolah pisang gablok, sehingga sekarang produknya menjadi naik. Apalagi dengan mengolah menjadi kripik, rasanya menjadi enak dan tidak kecut.

Karena usaha ini juga untuk peningkatan pendapatan, KWT ini mendapat binaan dari penyuluh dan mantri pertanian. Anggota KWT sendiri terdiri 40 orang, dengan 13 orang pengurus dengan pembagian tugas membuat, mengemas dan mengantar pesanan.

Untuk budidaya pisang, Nyunarwati mengakui, anggota kelompok belum mempunyai ilmunya, tapi tetap wajib menanam pisang gablok tersebut, meski hanya satu atau dua pohon sebagai bahan baku untuk produksi. Jika dibudidayakan di tempat yang kurang subur, maka tanaman pisang gablok dalam satu tandan hanya ada 3-4 sisir. Tapi ditempat yang bagus bisa mencapai 7 sisir.

Proses Pembuatan

Dalam membuat kripik pisang, Nyunarwati mengatakan, salah satu syaratnya adalah pisang harus tua, tapi tidak matang agar warnanya bisa bagus. Jika masih muda mudah, maka akan mudah hancur.

Proses pembuatannya, menurutnya, pertama pisang dipisahkan dulu yang besar dengan yang kecil. Setelah itu dikupas, lalu dicuci bersih kemudian diiris. Setelah itu  dicuci lagi sampai bersih, lantas ditambahkan pewarna dan garam.

Untuk 5 liter air, garamnya 50 gram. Pisang direndam sekitar 3-5 menit. Selanjutnya ditiriskan dan digoreng. Setelah matang tunggu sampai dingin. “Besoknya kita masukkan ke air gula, kemudian digoreng lagi dengan api kecil.  Setelah dingin, baru dikemas,” katanya.

Soal harga, Nyunarwati mengatakan, pihaknya menjual Rp 10 ribu untuk berat 150 gram. Namun ada juga yang dititipkan di toko dengan ukuran 500 gram, 400 gram atau 250 gram. Sedangkan untuk 5 kg dijual Rp 40 ribu. “Kami juga menerima pesanan,” ujarnya.

 

Reporter : Soleman
BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018